"PERGI LO, GAK BUTUH GUE" teriakan nyaring itu membuat suasana kelas menjadi hening dan suram. Semua siswa yang berada di dalam kelas itu pucat dan bahkan takut untuk bergerak.
Damar terlihat sangat marah sekarang dan dihadapannya ada Elina yng terlihat menyedihkan. Mulanya gadis itu ingin meminta maaf dengan memberikan susu dan juga roti pada Damar namun pemuda itu sudah menolaknya dengan datar tetapi gadis itu memaksa, jadilah Damar murka sekarang.
"Gue cuma mau minta maaf aja kok" mata Elina terlihat berkaca-kaca yang membuat sekelas merasa Damar sudah keterlaluan namun walaupun begitu tidak ada yang berani mengatakannya dengan gamblang.
Qanita hanya melihat drama itu dengan tatapan datar. Ini novel, jadi wajar saja jika drama seperti ini sering terjadi begitu juga untuk kedepannya.
"Ta gue kok ikut deg-degan sih liat si Damar marah, serem cuy" ujar Ula dengan suara sangat pelan.
"Dan udah jelas gue bilang tadi gue gak butuh jadi mending lo sekarang pergi dari hadapan gue" Damar menatap tajam Elina yang sekarang menunduk menatap sepatu lusuhnya.
Sekarang gadis itu berlari keluar dari kelas sambil menangis dan dikejar oleh temannya yang tidak ia ketahui namanya. Lemah banget sih tokoh utamanya, apa semua tokoh utama lemah?.
Dikarenakan hari pertama masuk sekolah, jadwal pelajaran sangat lengang, sehingga banyak siswa dan siswi memanfaatkannya untuk bercerita setelah lama tidak berjumpa. Sedangkan di kelas ini semua sibuk dengan buku hanya beberapa yang masih tampak santai salah satunya Qanita, sedari tadi gadis itu sedang melihat inspirasi outfit dan juga aplikasi shopping, ia merasa saatnya untuk belanja, ia sudah merasa bosan dengan barang-barangnya, mungkin akan ia pesan saja dari aplikasi tersebut.
Ula terlihat sibuk dengan buku latihan soal kimia. Gadis itu terlihat kebingungan, jelas-jelas ia sudah menghitung dengan teliti tetapi hasilnya tetap salah.
Qanita yang melihat Ula kesusahan menjawab soal membantu gadis itu dengan menjabarkannya dari awal dan menjelaskan dimana letak salah yang gadis itu perbuat.
"Makasih ta, pantesan dari tadi gue cari salah rupanya ada yang kelewatan gak dihitung"
"Iya sama-sama" balasnya kalem.
Hari pertama di kelas sebelas terlewati dengan penuh drama, ia harap ia takkan masuk ke dalam drama tersebut.
------------------
Salah satu mall di kota besar tersebut tampak ramai pengunjung, bahkan di beberapa store terlihat antrian yang menjalar hingga keluar. Ia merasa ngilu di kakinya setelah memutari mall selama empat jam lamanya bersama sang mama. Semula ia hanya ingin memesannya lewat aplikasi tetapi barang disana tidak ekslusif dan juga ramai yang memakainya.
Setelah mendapat atasan, bawahan, gaun, aksesoris, tas, sepatu dan banyak lagi. Qanita mengeluh sudah terlalu lelah dan juga lapar, mama langsung menghubungi Pak Reno dan belanjaan kami dibawa ke mobil.
Restoran yang ia tuju lumayan ramai dikarenakan sebentar lagi sudah memasuki waktu makan malam. Mama memilih tempat yang agak menjorok ke belakang yang terdapat empat buah kursi. Setelah memesan Qanita mengedarkan pandangan, restoran semakin ramai pengunjung bahkan semua meja sudah terisi penuh.
"Permisi" sapa seorang wanita paruh baya yang terdengar ragu.
"Ya" jawab mama ramah.
"Semua meja sudah penuh, hanya meja ini yang tersisa dua kursi. Apakah anda keberatan jika saya bergabung disini?" tanya wanita itu, wajahnya menampilkan raut tidak enak dan segan kepada mama .
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...