"Oi Put" Alva datang dengan membawa daging mentah yang siap untuk dipanggang.
"Oi" balas Putra mengangkat tangannya kemudian bangkit menuju ke arah pemanggangan.
Alva menatap heran kearah Elina dan teman-temannya.
"Kalian kenapa?" Alva memilih duduk di kursi yang diduduki oleh Putra tadi.
"Kami mau gabung tapi gak dibolehin" Elina memasang muka memelas seketika Freya berpura-pura muntah.
Alva terlihat bingung dengan situasi yang terkesan mencekam itu, padahal ini adalah sekumpulan gadis cantik tapi hawanya sangat menyeramkan. Ia yang melihat temannya dikejauhan langsung saja mengangkat tangan mengabaikan pernyataan Elina yang membuatnya bersama teman-temannya seperti tamu tak di undang.
"Lah ini ngapa pada berdiri gini?, duduk lah" Evan melirik aneh Elina dan teman-temannya.
Elina tersenyum sumringah kepada Evan yang ia pikir membelanya dan perhatian kepadanya.
"Makasih Van" langsung saja gadis itu mengambil posisi duduk di sebelah Damar yang membuat Mira mendengus kasar.
Qanita memberi tatapan peringatan kepada Mira agar gadis itu diam saja. Ia lalu melihat Elina yang terlihat bangga sambil melihat kearahnya, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Sepertinya gadis itu memang memiliki kelainan.
"Eh itu jaket lo kw ya?" tanpa tahu suasana Mira memulai perang.
"A-pa?" Elina terkejut mendapati pertanyaan yang dilontarkan oleh Mira di depan orang ramai.
"Iya itu jaket lo yang sama dengan punya Qanita" Mira mengedikkan dagunya kearah jaket yang diapakai Elina.
'Enggak lah ini asli" ujar Elina dengn suara tak terima.
"Oh yaudah sih biasa aja, tapi dari mana lo dapet jaket itu, sorry nih ya tapi lo kan anak beasiswa jadi secara otomatis keluarga lo gak kaya-kaya amat lah ya" setelah mengucapkan itu Mira meminum jus didepannya dengan santai seolah ia baru saja membicarakan cuaca hari itu.
Wajah Elina terlihat memerah sekarang, mata gadis itu sudah berkaca-kaca, membuat orang lain yang melihat gadis itu iba dan menduga Mira telah membully gadis itu.
Elina langsung saja bangkit diikuti oleh teman-temannya.
"Gak dingin?" tanya Damar yang tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya.
"Enggak kok" Qanita tidak merasa dingin pun ia tidak ingin mengenakan jaket yang sama dengan Elina.
Damar terus saja melihat Qanita, gadis itu tampak cantik dari segala arah membuatnya tanpa sadar tersenyum.
Qanita yang merasa diperhatikan menolehkan kepalanya ke arah Damar dan mendapati pemuda itu masih saja menatapnya.
Ia menyisir rambut dengan tangannya "Kenapa ada yang aneh?" tanyanya kaku.
Pemuda itu menggelengkan kepalanya kemudian menopang satu tangannya ke wajahnya kemudian tersenyum lembut "Enggak kok, cantik"
Mendengar itu langsung saja wajahnya memerah, ia tidak pernah menduga kalimat yang keluar dari bibir Damar. Pemuda ini gampang saja memberikan pujian yang membuatya kewalahan.
"Jangan senyum" perintah Qanita menunjuk ke arah pemuda itu, senyum Damar sangat berpotensi membuatnya terkena serangan jantung, perasannya kepada Damar sulit dijelaskan karena sebelumnya ia tidak pernah merasakannya.
"Yuhuuuu, Ini dagingnya" Kaivan membawa dua nampan yang berisi daging panggang, wangi daging panggang membuat semuanya berseru heboh.
-----------------
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...