"Sudah selesai packingnya sayang?" terlihat mama berdiri di depan pintu kamarnya.
"Ma jaket aku yang warna hitam kok gak ada ya?" Qanita sedari tadi sudah membongkar walk in closetnya tetapi tak juga kunjung menemukan jaket yang dicarinya.
"Yang mana?" wajar saja jika mamanya ikut kebingungan karena jaketnya yang berwarna hitam tidak hanya ada satu.
"Yang ada gambar mataharinya di lengan ma"
"Yang ini aja kamu bawa, ini juga belum kamu pakai kan?" Liliana menyodorkan sebuah jaket hitam dari merek mewah yang masih terbungkus rapi ke arahnya.
"Yaudah deh ma" Qanita mengambil jaket yang ada di tangan mama lalu memberikannya kepada mbak Tari yang sedang menyusun bajunya kedalam koper.
Mbak Tari menutup kopernya lalu menaruhnya tepat di samping pintu.
"Udah selesai non"
"Makasih ya mbak, mbak boleh keluar"
Selepas mbak Tari keluar mama menariknya untuk duduk di kasur.
"Gimana sekolah kamu? Lancar?"
"Lancar dong"
"Lomba balet kamu gimana?"
"Nanti hari senin pengumumannya ma, Qanita yakin Qanita bakalan lolos" ujarnya percaya diri.
"Ok, tapi kalau kamu mau berhenti atau ada sesuatu bilang sama mama ya" Liliana khawatir karena sekarang anaknya terlalu mandiri, tidak pernah mengeluh saat ia dan suami harus keluar negeri untuk waktu yang cukup lama, perubahan Qanita yang sangat drastis terkadang membuatnya dan suami khawatir.
"Iya ma, jangan khawatir" Qanita menggenggam tangan mama untuk menenangkan wanita cantik yang sangat disayanginya ini.
"Sekarang waktunya tidur, jangan nonton atau baca lagi, besok kamu gak sanggup bangun loh" Liliana memperingati anaknya yang sering kali begadang hanya untuk menonton drama atau membaca novel.
Qanita menampilkan senyum lebar mendengar mamanya yang sedang mengomel, begitu mama sudah keluar ia kembali menghidupkan ipad nya dan lanjut menonton drama korea yang sempat terhenti karena ia harus mengemas baju.
Tanpa terasa ia larut ke dalam tontonannya, sudah enam episode berlalu dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi yang artinya ia hanya mempunyai tiga jam waktu tidur.
"Mampus gue" gumamnya sambil mematikan ipad dan menarik selimut untuk tidur.
----------------
Qanita turun dengan wajah lesu, rambutnya ia ikat asal dan berusaha mengucek matanya agar bisa melihat dengan jelas.
"Pasti kamu nonton lagi kan tadi malam" mama berdiri sambil berkacak pinggang di samping meja makan.
Ia hanya mengangguk kemudian menarik kursi dan meletakkan kepalanya ke atas meja.
"Jangan tidur lagi" ia terkejut mendengat suara mama yang kencang.
"Gak usah teriak-teriak ma, nanti sakit loh tenggorokannya" ia bangkit kembali menuju toilet yang berada dekat dengan dapur.
Setelah mencuci mukanya, kini ia sudah tidak terlalu mengantuk lagi dan langsung memakan sarapannya sebelum berangkat ke sekolah untuk pergi bersama-sama naik bus dengan teman-temannya.
"Kamu yakin mau naik bus? Gak dianter pak Reno aja?"
"Yakin ma, gak enak sama temen-temen kalau Qanita diantar sedangkan mereka naik bus."
"Yang penting kamu nyaman, gak usah mikirin orang lain" tidak bisa ia pungkiri memang akan lebih nyaman jika menaiki mobil pribadi tetapi ia ingin merasakan bagaimana rasanya naik bus bersama teman untuk liburan sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...