Sekarang sudah akhir november, tidak lama lagi akan di adakan ujian dan seharusnya dari beberapa hari yang lalu pengumuman yang akan mengikuti olimpiade sudah diumumkan. Qanita yakin ia akan lulus seleksi ini, tapi fikirannya tidak berhenti berfikir bagaimana cara untuk menghindari Damar. Walaupun semuanya sudah berubah belum tentu akhirnya juga akan berubah, bukan?
"Ta udah liat pengumuman di mading belum?" Putra baru saja masuk kelas, ia tidak ikut ke kantin bersama karena mengikuti seleksi basket.
"Belum. Memang ada apa?"
"Pengumuman seleksi olimpiade katanya." Jawab Putra santai sambil berjalan ke arah tempat duduknnya
"Jadi gimana Qanita lolos gak ?" tanya Hana
" Ya gak tau, kan gue gak liat" dengan santai Putra duduk di kursi belakang Qanita
Muka Hana sekarang sudah penuh dengan kekesalan karena jawaban Putra.
"Ya kan lo lewat, kenapa gak liat sekalian sih. Gini amat punya teman." Sewot Hana
"Ok stop" Qanita sudah pusing mendengarkan keributan antara Putra dan juga Hana. Teman-temannya yang lain sepertinya juga merasa terganggu.
"Biar gue aja yang liat sendiri"
"Yaudah yok gue temenin" Hana mengajukan diri dan melemparkan bolpoin yang semula dipegangnya ke wajah Putra
Qanita berjalan bersama Hana untuk menuju mading di dekat lapangan basket. Mungkin Putra mendengar bahwa pengumuman seleksi olimpiade telah diumumkan di mading. Saat berjalan menuju mading Qanita merasakan banyak pasang mata yang menatapnya dan saling berbisik membicarakannya.
"Itu Qanita?"
"Kok bisa sih?"
"Hebat ya"
"Tapi kenapa bisa masuk ipa 5 kalau pintar?"
"Nyogok mungkin itu"
"Ihhh kalau kalah kan yang malu sekolah"
"Cantik banget anaknya"
"Gue yakin sih ini dia nyogok"
"iya nihhh"
"Curang pasti"
"Gak usah di dengerin ta. Mereka itu palingan iri sama lo. Lo udah cantik terus pintar lagi dan ditambah lagi nama belakang lo. Siapa sih yang gak iri?"
"Gue juga gak peduli kok. Gak penting"
"Ini baru sahabat gue" Hana tersenyum lebar
Qanita sudah biasa menjadi bahan pembicaraan saat kehidupannya dulu. Jadi tidak mungkin hanya pembicaraan mengenai dirinya curang bisa mempengaruhinya. Orang yang tidak mampu memang suka menjelekkan orang lain kan?
Qanita memasang wajah datar dan terus melihat ke depan. Hilang sudah Qanita yang ramah. Qanita memang ramah tetapi dia juga tidak bodoh, dia tidak akan baik kepada orang yang jahat kepadanya.
Qanita mendesak kedalam kerumunan di depan mading. Kenapa ramai sekali, padahal mereka tidak ada kepentingan. Yang ikut seleksi juga tidak sebanyak ini. Qanita mencari namanya dari paling atas sampai matanya berhenti dibawah tulisan matematika, Damar lulus. Sudah dipastikan sejak awal Damar pasti akan lulus.
Dibawah tulisan fisika ada namanya dan juga Fira. Ahh ia ingat Fira yang duduk dibelakangnya saat seleksi kemarin. Setidaknya Fira terlihat tidak meremehkan dan memandangnya rendah. Qanita mendengus saat mengingat banyak yang memandangnya rendah tadi. Memang siapa mereka bisa memandang dirinya rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...