Di sabtu pagi yang cerah ini kesibukan tampak di SMA Harapan Bangsa. Semua orang tampak sibuk mondar-mandir. Di tengah lapangan outdoor terdapat panggung yang lumayan besar yang tampak sederhana tapi tetap menampilkan kesan elite yang tak pernah menjauh dari sekolah menengah atas itu.
Beberapa siswa tampak mengatur kursi-kursi di depan panggung, ada yang mengecek meja dan ada juga yang mengetes mic. Semua tampak sibuk dengan tugas masing-masing.
Kali ini Qanita didampingi oleh kedua orang tuanya untuk mengambil rapot. Sedari pagi ia tak sabar dengan pengumuman perangkingan kelas sepuluh serta piala yang akan didapatnya yang akan diberikan di lapangan sekolahnya.
Sekolahnya sendiri memang memiliki tradisi yang akan mengumumkan siswa dan siswi berprestasi di setiap semesternya, itu dilakukan agar para siswa dan siswi terus bersemangat dalam mengikuti berbagai hal, baik itu akademik maupun non akademik.
Di SMA Harapan Bangsa sangat banyak siswa dan siswi yang berprestasi. Di akademik saat semester satu biasanya tidak banyak cabang yang di perlombakan baik itu antar sekolah hingga antar internasonal. Sedangkan non akademik lebih banyak pada semester ganjil ini seperti, balet, musik, design dan masih banyak lagi cabang ekskul yang ada disekolah ini.
Qanita sendiri belum memilih ekskul apa yang akan ia ikuti, selain karena ingin beristirahat dari kehidupannya yang dulu yang selalu memaksanya untuk harus meguasai semua bidang juga karena ia bingung untuk memilih diantara semua bidang itu. Dulu semua ia lakukan tanpa menaruh hati di dalamnya, ia hanya berusaha agar orang tuanya tidak memarahinya atau bahkan sampai mengurungnya di gudang belakang.
Sebuah pengumaman terdengar ke seluruh penjuru sekolah bahwa sebentar lagi acara akan dimulai.
Qanita menyatukan kedua tangannya dan meremasnya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Kenapa sayang?" Liliana tersenyum hangat
Saat ini mereka tengah berjalan menuju kursi yang sudah di tunjukkan kepada mereka bertiga.
"Gakpapa ma, Qanita cuma gugup aja kok" Qanita membalas senyum ibunya lembut
"Kamu pasti juara, anak papa kan hebat" seru Darren semangat.
"Itu dia nama kita" tunjuk Liliana pada tiga kursi yang terletak agak ujung paling depan sebelah kanan.
Sekarang Qanita merasa banyak pasang mata yang memandang ke arahnya, ia tahu bahwa mama dan papa nya adalah orang yang terpandang dan sangat disegani, jadi mendapat perhatian seperti ini sudah pasti terjadi.
Seorang siswa tampak naik ke atas panggung sembari membawa mic dan kertas, sepertinya siswa tersebut akan bertugas menjadi mc.
Acara telah dibuka, siswa yang bertugas menjadi mc memberi penghormatan kepada dewan guru dan juga orang tua murid yang kebanyakan adalah orang yang berpengaruh. Saat ia mendengar nama keluarga Adhitama disebutkan kepalanya langsung mencari dimana letak Damar sekarang, ia melihat keluarga Damar juga duduk di depan tetapi menempati ujung kiri.
Sekarang pengumuman telah memasuki perangkingan kelas 10.
"Juara umum dari kelas 10 adalah Damar Zhafran Adhitama" seru mc tersebut dengan heboh
Damar dan keluarganya naik ke atas panggung dan kepala sekolah menyerahkan piala kepada Damar.
Dan sekarang pengumuman juara kedua, seharusnya sekarang adalah juaranya, ia yakin akan mendapatkan juara kedua. Ia hanya sedikit menyalahkan soal ujian.
"Juara kedua jatuh kepada...."
Sial. Kenapa lama sekali.
"Aleena Qanita Wijaya"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...