Qanita lega karena berhasil menghindar dari Damar dan tidak mengajak Damar berkenalan terlebih dahulu. Pasti hidup Qanita akan lebih mudah. Tidak perlu repot-repot mengejar Damar, dan membully mereka yang berusaha mengajak Damar berbicara. Qanita harus menghindar sebisa mungkin dari drama menjijikkan itu. Ia hanya akan fokus membanggakan orang tuanya dengan mendapat nilai yang baik dan menjadi wanita karir yang keren nanti.
Semua yang ada di dunia novel ini tampak asli. Semua sama seperti dikehidupannya yang sebelumnya. Semua nyata. Orang disini semua bergerak dan bernafas.
"Ta kenapa melamun aja sih dari tadi ?" Freya melihat Qanita sedari tadi hanya melamun, padahal mereka sedang mengerjakan tugas kelompok yang akan di presentasikan besok.
"Iya. Sorry" Qanita mengedarkan pandangannya melihat Freya yang melihat ke arahnya sambil melotot. Qanita terkekeh pelan. "Jadi udah sampai mana?"
Kali ini mereka mengerjakan tugas kelompok biologi yang berjudul virus yang ditugaskan membuat ppt dan makalah yang akan dikumpul dan dipresentasikan besok. Tapi mereka berbeda kelompok dengan Putra dan Kaivan, karena dipilihkan oleh guru mereka jadi tidak bisa sekelompok. Disini ada Mira dan Hana yang menjadi teman kelompok mereka.
Mira berambut ikal sepunggung. Pembawaanya manis dan ramah. Berkulit sawo matang, bertubuh tinggi semampai, Mira sudah seperti model saja. Hana terlihat cantik dengan kulit kuning langsat, wajahnya teduh dan ramah. Qanita rasa tidak ada yang jelek di dunia novel ini.
"Udah selesai kok ini, ini file makalahnya, ini ppt nya" Hana menunjukkan file yang ada di laptop Qanita.
"Ok. Yaudah kalian mau ke belakang aja gak? Kita makan sama ngemil dulu aja di belakang, papa sama mama gue pulang telat malam ini." Memang benar mama dan papa makan malam dengan rekan bisnisnya. Qanita mengerti dan tidak mempermasalahkan hal itu.
"Cusssssss" Ujar mereka serempak
Taman belakang keluarga Wijaya tampak sejuk dimalam hari. Di batasi pintu geser kaca. Dari pandangannya tampak kolam renang yang luas dan bersih. Disisi kiri terdapat gazebo dan disisi kanan terdapat kursi malas. Dan di depan kolam renang terdapat taman bunga yang indah.
"bi tolong bawa makanan sama minumannya kesini ya" teriak Qanita
"Kalian tau Zoya Cantara anak ipa 2 gk sih?" tanya Mira. Uhhh sepertinya gosip SMA Harapan Bangsa akan dimulai. Lanjutkan Mira.
"Tau yang imut itu kan?" Freya memfokuskan perhatian penuhnya pada apa yang di tanyakan oleh Mira. "Kenapa emang sama dia?"
"Gila. Dia ngejar-ngejar Damar. Lo pada tau gak dia selalu kasih makanan waktu istirahat tapi selalu dibuang sama Damar kalau enggak ya dikasih ke teman-temannya, tapi si Zoya ini gak pernah berhenti ngejar Damar padahal kan udah jelas ditolak."
"GILAA" seru Hana dan Freya
"Gue tau sih si Damar ganteng banget nget tapi gak sampai gitu juga kali. Malu-maluin diri sendiri itu namanya"
Freya tak menyangka ada orang segila Zoya yang mau mempermalukan dirinya sendiri.
Qanita bersyukur dalam hati bahwa yang dikatakan gila oleh Freya saat ini bukanlah dirinya melainkan Zoya. Tapi kenapa ada Zoya disini. Bukankah itu seharusnya perannya yang mengejar- ngejar Damar seperti orang gila? Apa alur novel ini sudah berjalan ke arah yang lain? Jadi bagaimana dengan Eliana? Apakah dia tak akan pernah sekolah disini? Bagaimana dengan hidupnya sendiri ? apakah sudah aman?
Begitu banyak pertanyaan di benak Qanita saat ini, tapi Qanita sadar ia tak akan mendapatkan jawabannya sekarang, melainkan ia harus terus mengawasi Damar si pusat cerita dan tokoh utama. Ia akan tahu apakah Elina akan bersekolah disini atau tidak saat kenaikan kelas nanti. Dan ia harus tetap pada posisi tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...