Sudah satu bulan lamanya Qanita menjalani semester baru. Ia merasa bisa menghindari Damar sejauh ini bahkan bisa dihitung menggunakan jari berapa kali ia berpapasan dengan Damar, itu semua berkat usahanya yang terlalu gencar menghindari Damar disaat gadis lain ingin berada di dekat pemuda itu. Dan sayang sekali hari ini ia tak mungkin bisa menghindari Damar lagi, karena ini hari pertama pelatihan olimpiade dimulai. Dan intensitas pertemuannya dengan Damar dapat dipastikan akan meningkat.
"Jadi lo nanti gak ikut bareng kita ?" wajah Mira sekarang sudah cemberut dengan bibir yang dimaju-majukan dan tangan yang bersidekap di dada.
"Iya, hari ini hari pertama pelatihan dan gak mungkin gue gak datang kan?" Tanya Qanita dengan mata melotot.
Sedari tadi teman-temannya ini memaksanya untuk ikut hang out bersama, sebenarnya ia lebih memilih untuk pergi bersama teman-temannya dari pada harus mengikuti olimpiade yang membosankan di tambah ia pasti akan bertemu dengan Damar disana.
"Yahhh gak seru lo ta" Freya sekarang memasang wajah lesu dan menatapnya dengan tatapan memohon.
Qanita menghela nafas panjang "Kita bisa pergi lain kali,ok? Jangan berlebihan deh lo pada" ujarnya sambil memutar bola mata dan mengibaskan rambutnya.
"Yaudah deh" sahut Hana tak bersemangat
Qanita tak mengerti dengan teman-temannya. Mereka berjumpa setiap hari kecuali hari minggu itu pun terkadang mereka tetap menghabisakan waktu bersama. Dan itu semua adalah waktu yang menyenangkan, mereka nonton bersama, belanja bersama, shopping bersama, ke salon bersama dan masih banyak lagi yang mereka lakukan bersama-sama.
------------------------
Bel sudah berbunyi lima belas menit lalu dan Qanita terlihat tak ingin beranjak dari tempat duduknya sekarang. Sekolah sudah sepi dan hanya terlihat siswa yang sibuk dengan kegiatan ekskul atau hanya sekedar bercanda ria bersama temaan-temannya. Dan sebentar lagi jika ia tak beranjak dapat dipastikan ia akan terlambat di hari pertama pelatihan juga itu akan menjadi bahan perbincangan anak-anak yang iri dengannya.
Dengan berat hati Qanita menyeret kakinya untuk berjalan ke perpustakaan, ia berharap bidang matematika dan fisika tidak disatukan di ruang belajar yang sama.
Beberapa murid sudah duduk di beberapa sofa dan masih asik berbincang. Qanita tak melihat Damar disana, apakah pemuda itu tidak hadir ?
"Kenapa berdiri disini?" suara berat itu membuyarkan lamunan Qanita yang tengah memikirkan pemuda yang sekarang tepat berada di hadapnya sambil menaikkan sebelah alis yang membuat pemuda itu terlihat lebih menarik. Tanpa sadar Qanita menggeleng-gelengankan kepalanya.
Qanita sadar sekarang ia terlihat sangat aneh ditambah tatapan pemuda itu seolah mengatakan "Lo gila ?"
"Ehmmm" Qanita berdehem pelan dan tersenyum tipis
"Ini mau kesana, lo ngapain disini?"
Lagi-lagi pemuda itu menatapnya aneh.
"Menurut lo?" Damar terlihat tak peduli dan melewatinya begitu saja dengan wajah yang kembali datar.
"Huhhh" ia mengekor Damar dan memilih tempat duduk agak jauh dari pemuda itu. Saat berdekatan dengan pemuda itu sering kali pikirannya terganggu dan membuatnya melakukan hal-hal yang tak wajar.
"Hai fir" sapa Qanita hangat.
"Hai juga" balas Fira.
Qanita memilih duduk di samping Fira karena gadis itu di bidang yang sama dengannya, akan lebih mudah jika Qanita mulai mengakrabkan dirinya dengan Fira.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...