Pembagian rapor sudah dilakukan seminggu yang lalu dan Qanita lagi-lagi berhasil meyambet juara, ya ia juara dua dan Damar juara satu. Walaupun ia bukan juara satu yang penting hasilnya memuaskan dan juga kedua orang tuanya bangga, itu sudah cukup, mungkin jika dulu ia akan dikurung dan tidak diberi makan selama seminggu dan berujung ia dirawat di rumah sakit.
Pagi ini Qanita tengah berleha-leha di depan tv sambil menonton kartun, sambil sesekali memakan camilan yang sudah ia siapkan di depan tv, rencananya hari ini ia akan berleha-leha seharian penuh.
Ia belum membicarakan kepada kedua orang tuanya akan berlibur atau tidak, sekolah libur satu bulan dan sekarang sisa tiga minggu.
Setelah ini ia tahu kehidupannya akan berbeda dikarenakan tokoh utama akan muncul, mungkin juga Damar tidak akan peduli kepadanya lagi nanti atau entahlah.
Camilan yang ia makan habis dan selanjutnya ia akan makan coklat. Sesekali ia tertawa saat melihat adegan lucu. Hari-hari libur seperti ini sungguh menyenangkan. Dulu ia tidak akan bisa makan sepuasnya dan nonton sepuasnya meskipun itu di hari libur. Ia sendiri sadar bahwa ia masih sangat sering mengingat dirinya yang dulu.
"Bi mau brownis dong , jangan lupa di taruh susu ya" teriaknya sedikit keras
"Kok teriak-teriak sih sayang?" suara mama mengalihkan perhatian Qanita, lalu gadis itu tersenyum lebar.
"Gakpapa maa" balasnya sambil menarik mama dan memeluknya.
"Mama di rumah aja kan hari ini?" tanyanya
"Iya sayang" Liliana mengelus lembut rambut putrinya, ia senang meihat Qanita ceria seperti ini dan dekat dengannya dan juga suaminya.
"Ini non" bi Ira menaruh piring yang berisi brownis yang dicampur susu dan juga segelas air mineral.
"Makasih bi" balasnya
"Ma kita liburan kemana? Gimana kalau swiss?" Qanita berujar semangat, ia telah membayangkan bermain ski dan juga naik helikopter untuk mengelilingi pegunungan Alpen bersama kedua orang tuanya.
"Maaf ya sayang tetapi sepertinya liburan kali ini kita gak bisa ke luar negeri"
"Kenapa ma?" nada kecewa terdengar kental dalam suaranya dan semangat yang tadi ia rasakan seakan menghilang begitu saja.
"Papa gak bisa libur terlalu lama kali ini, gimana kalau kita ke puncak aja tiga hari?"
Qanita tahu mamanya tidak bisa berbuat apa-apa jika itu menyangkut pekerjaan papa, ia juga tidak mungkin memaksa papa untuk pergi liburan dan meninggalkan kantor dalam keadaan yang mungkin saja membutuhkan papa, ia tidak boleh egois.
Ia menarik tangan mama lembut kemudian menggenggamnya dan tersenyum untuk menghilangkan raut wajah mama yang sedari tadi memandangnya dengan pandangan yang sulit ia artikan, yang jelas mamanya juga tidak mau ia kecewa.
"Gakpapa kok ma" balasnya "Liburan sekali lagi mungkin kita bisa pergi kesana" lanjutnya sambil tersenyum lebar.
"Ok, nanti kalau papa pulang kantor kita akan bilang dan besok kita langsung pergi, gimana?" Liliana tersenyum, anaknya sangat pengertian sekarang, semula ia takut anaknya akan marah-marah karena permintaannya tidak dituruti tetapi ternyata Qanita tidak terlalu mempermasalahkannya walaupun ia melihat sedikit kekecewaan di mata jernih itu.
"Ok ma" balasnya
Qanita meraih brownis dan memakannya dengan pelan seraya fokus kembali akan tontonan kartun yang ia tonton sejak tadi.
Ia menaruh kepalanya ke atas pangkuan mama dan sesekali mama mengelus kepalanya. Qanita tersenyum terlalu lebar pagi ini.
------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...