Qanita berusaha abai akan keadaan kelasnya. Melanjutkan kembali melihat soal yang sudah Sita perbaiki hingga ia rasa sudah tidak ada lagi yang salah kemudian bangkit dan menyerahkannya kepada Adji selaku ketua kelas.
Setelah menyerahkan tugasnya ia segera merapikan alat tulis dan mencangklongkan tasnya di bahu sebelum keluar dari kelas.
Hari ini ia ada jadwal latihan balet. Tubuhnya yang sekarang sudah dalam kondisi yang sangat baik. Tidak kaku lagi seperti dulu, berkat ia sering melakukan peregangan dan juga latihan dasar lainnya. Bahkan papa juga membangunkan studio balet di rumah agar ia bisa berlatih kapan saja.
Begitu membuka pintu ruang balet, ia melihat kak Syirin yang sedang melakukan peregangan.
"Hai kak, cepet banget lo datengnya" sapanya santai.
"Hai, iya nih bosan gue, seharusnya sih gue udah berhenti ni karena udah kelas dua belas, tapi males banget gue belajar doang" keluh Syirin
"Hahaha, kan itu karena bentar lagi kalian mau ujian akhir kak"
"Iya iya, udah sana lo ganti baju terus peregangan." Perintah Syirin, ia terlalu malas mendengar kata ujian, sejak kelas dua belas hidupnya penuh dengan kertas dan juga ujian.
Qanita memberikan jempol kemudian beralih ke ruang ganti yang ada di pojok.
Ia mulai melakukan pemanasan pinggul dan telapak kaki kemudian duduk di lantai dan meluruskan dua kaki ke depan hingga menyentuh jari-jari kaki lalu mengambil barre, Qanita mengangkat tungkai sebelah kanan lalu meletakkan pergelangan kaki kanan di atas barre sambil meluruskan jari kaki ke depan lalu melekukkan tubuh hingga menyentuh kaki kanan selama tiga puluh detik kemudian ia mengulanginya lagi dengan kaki yang lain.
Siswi lain yang mengikuti balet sudah mulai berdatangan. Mengangkat barre ke ujung ruangan, ia mulai duduk di lantai.
"Cepet banget lo ta datanganya" Sapa Arin, salah satu anggota balet.
"Iya males gue lama-lama di kelas" Qanita duduk bersimpuh. Meluruskan kaki kanan ke depan lalu luruskan jari kaki sambil duduk bersimpuh di atas telapak kaki kiri sambil memegang jari kaki kanan dengan kedua tangan. Selama 20 detik lalu ulangi gerakan yang sama dengan meluruskan kaki kiri ke depan.
"Loh kenapa? Anak kelas lo kan ganteng-ganteng ta" Ujar Arin sambil mengulas senyum lebar membayangkan siswa di kelas Qanita yang kebanyakan diisi oleh siswa tampan.
Qanita hanya menghembuskan napas keras tidak bisa menolak pernyataan tersebut karena benar adanya, tidak hanya di kelasnya saja rata-rata yang ia lihat selama berada di dunia ini semua tampan dan cantik.
Sekarang ia akan melakkan split kemudian mendekatkan wajah ke arah tungkai. Berdiri mendekati dinding, ia mulai melakukan split di dinding. Setelah melakukan serangkai peregangan ia mulai melatih gerakannya.
Qanita mulai berputar-putar ringan dan melakukan lompatan ringan hingga ia mendengar suara tepuk tangan.
"Hebat banget lo ta" ujar Arin semangat yang diangguki yang lain.
"Baru juga masuk balet tapi gerakan lo itu udah ahli banget, lo nipu ya waktu bilang ini pertama kalinya lo balet"lanjut Arin
"Hahaha, enggak kok , ini memang pertama kalinya, tapi mungkin karena gue rajin latihan kali ya jadinya lebih cepat lancarnya" Qanita tersenyum lebar.
"Ngerendah aja terus lo ta, lo itu udah cantik, pinter, kaya , bisa balet, apalagi yang lo bisa hah, sempurna deh lo ta" beber kak Syirin panjang lebar sambil berkacak pinggang.
Ia hanya tersenyum membalas itu dan menggelengkan kepalanya.
Mereka mulai membentuk kelompok saat Miss Rosy datang, pelatih balet mereka. Juga miss Rosy mengabarkan akan ada pertandingan balet yang akan diadakan dua bulan lagi, seketika semua yang ada di dalam ruangan itu bersorak riang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS
Teen FictionDavira tak percaya hal ini terjadi di dunia nyata. Bagaimana mungkin ia menjadi Qanita salah satu karakter antogonis dalam novel berjudul "Simple Love". Qanita yang sempurna tapi tergila-gila pada Damar. Davira bertekad akan menjalani kehidupan yang...