ayang, ini part tiga belas

176 86 230
                                    

13. Definisi panas yang gak kebakar

Pacarnya? Bukan. Suaminya? Apalagi. Terus, ngapain cemburu padahal cuma dideketin karena penasaran. Cie, yang katanya berkomitmen, tapi kok dighosting. Siapa? Tuh yang ngerasa.

•••

“FEBIII! LO KEMANA ANJIRIT!”

Tuk.

“Awh,” Aku merintih, pantatku langsung terduduk begitu saja, mendengar... ya ampun Zelina! Aku meringis pelan saat kepalaku membentur kepala ranjang nggak terlalu kuat, cuma... bangun tidur kek mendengar kabar bumi kiamat aja! “shhh... tuh orang kenapa sih? Teriak-teraik, hoaaam.” tanganku mengelus kepalaku yang terlanjur pening lantaran bangun tiba-tiba begini. Kepalaku menggeleng cepat. Oke, agak mendingan. Aku menatap seisi ruangan.

Dimas. Iya, sesuatu yang lagi tidur disofa membuat otakku langsung kembali hidup sempurna. Tanganku mengaruk kepala dan bibirku tersenyum sambil mengingat-ingat kejadian semalam. Satu kata; Ayang so sweet.

“FEBII! KONTRAKKAN LO KEKUNCI ANJING! GIMANA GUE MAU PULANG! ARGH!”

Damn!

Aku menghembuskan nafas pelan mendengar suara Zelina yang melingking menyapu seluruh ronga telingaku. Itu kenapa? Cuma ke kunci doang, nggak perlu-lah berteriak-teriak tengah pagi begini, kalem aja kenapa? Pintu belakang, ‘kan ada. Heran.

Aku menyibakan selimut yang menutupi tubuhku. Karena melihat Dimas yang tertidur tanpa benda-benda hangat disekitarnya, jadilah... aku yang baik hati ini menyelimuti dia. Dimas kalo tidur, mukanya kek bayi, bertekuk-tekuk. Aku yakin, kalo kamu semua Besttai, yang lihat Dimas terlelap kayak gini, aku jamin... nggak akan mudah berpaling. Mukanya mempunyai daya tarik tersendiri bagi yang kuat fisik memandangi. Karena aku udah sering pandang-pandang Dimas kayak gini, jadi... aku b aja. Itu berlaku untuk orang baru.

“BIIII! LO DIMANA SIH?! WOY FEBIII! DASAR ANJING BABI SETAN LO BI!”

Sepertinya, tamu kontrakan sebelah emang udah... gila. Pagi-pagi begini ngumpat nggak jelas! Aku memandangi pintu kamar Dimas sambil mengernyitkan alis, “Aish! Kurang waras... ” rutukku sendiri Besttai.

“BI! AH LO DIMANA SIH? KOK GUE DITINGGAL SENDIRI!” Udah jelas-jelas orang tuan rumahnya nggak ada, jadi Zelina berteriak-teriak begitu apa gunanya? Coba—tunggu aja aku pulang dengan... buat kopi atau sarapan kek, dasar si Zelina-nya aja yang kepalang panik.

Tanpa membuang waktu lagi, karena aku itu... orangnya baik hati. Aku memikirkan Zelina yang pastinya kek orang gila, jadilah aku mengurungkan niatku untuk menatap wajah Dimas lama-lama. Sebelum keluar kamarnya, aku berbisik pelan agar suaraku nggak menggangu tidurnya yang... sepertinya sangat nyaman.

“Bay Ayang ganteng. Thank you untuk kopinya semalam, hehehe.” Aku berjalan beneran keluar kamar Dimas. Dipertengahan pintu, mulutku yang berdosa ini memberikan kecupan jauh kepada orang yang tertidur pulas disofa sana layaknya... suami tercinta. Anjay. Setelahnya aku meninggalkan kontrakkannya yang nyaman... termasuk penghuninya yang perhatian. Nggak usah ngiri Besttai! Cie yang nggak punya Ayang? Pada lemes semua yah? Sabar!

Cerita sedikit nih yah pas kejadian semalam; Dimas rela-rela bangun dari tidurnya yang nyenyak Besttai setelah, aku membangunkannya secara paksa, untuk... membuatkan kopi. Nggak tau kenapa subuh-subuh tadi, aku pengen banget minum kopi. Mungkin juga efek kasihan sama keadaanku yang lebay dan... nggak bisa jalan, Dimas memurutinya tanpa protes omolan dia yang terlalu panjang kalo ngomong! Sejujurnya. Aku ngelakuinnya juga sengaja sih sebetulnya, supaya bisa manja-manja sama dia. Dan Dimas... fine-fine aja aku bertingkah layaknya bocha—apa kata dia Besttai. Sampe-sampe aku yang mau tidur, dinyanyiin nina bobo—cuma nama ninanya diganti nama aku, Febi—oleh Dimas. Seperti ini;  Febi bobo oooh, Febi bobo, kalo tidak bobo digigit nyamuk. Nah begitulah. Aku jadi senyum-senyum sendiri Besttai.

FriendgameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang