ayang, ini part tujuh belas

208 75 308
                                    

17. Mo curhat!

Gengsi sewajarnya, nanti, giliran target kena embat orang duluan, eh... malah marah?

•••

Betina itu identik dengan kata kepo dan baperan. Right? Nggak kepo namanya bukan manusia, yang ada namanya orang hutan yang cuma mendep dirimba, terus... nggak tau apa-apa.

Jatuhnya, planga-plongo ketika kaum ciwi-ciwi ghiba news trending topik dunia, kek orang gila. Maksudnya kayak gini; temennya ketawa eh malah ikutan ketawa juga. Kek... hei, lo ngerti nggak sih kita-kita bahas apaan? Mana ketawanya tiba-tiba ngundang suasana garing lagi. Ditambah lagi, besar sendiri. Ini sih, ada yang beranggapan, kalo orang yang seperti itu, kesepian. Bener nggak sih?

Aish, merambat kemana-mana aku cerita. Next! Kita balik ke topik awal Besttai.

Lalu, baperan, nggak ada cewek yang jutek, dingin, bisu, nggak mewekan, hatinya lembut Besttai, kek squisih, ditoel dikit lembek, cuma... dalam hal berekspresi, betinalah yang paling jago milih-milih topeng? Nggak percaya? Ribet kamu semua mah, gitu aja dipikirin. Iya-in! Ntar aku ngambek kalo gak diiya-in.

Singkatnya Besttai, kayak Zelina yang sok tersakiti dengan melebih-lebihkan dalam hal berekspresi. “Nggak pa-pa kok Bi. Asalkan Dimas bahagia, gue rela ngorbanin cinta gue untuk lo biar, bisa sama-sama dia.” Zelina tersenyum. Aku yang lihatnya bergidik ngeri dengan tingkahnya.

Pura-pura nggak denger! Pura-pura nggak denger. Aku pasang ekspresi seolah-olah nggak menggangap Zelina ada disebelahku. Dan mengalihkan fokusku kelayar komputerku. Zelina yang pura-pura sedih dengan suara-suara yang sok tersakiti bicara lagi Besttai.

“Lagian, gue sadar diri kok. Cantikan elo dibanding gue, makannya Dimas nggak tertarik sama body bohay gue yang kek gini.” Eih? Sejak kapan Zelina belajar merendah begini ha?  

Aku hampir aja keceplosan ngakak.

Dia melanjutkan, “Tapi... gue kepikiran deh Bi, sama temen Dimas pasti ada yang jomblo, ‘kan? Kasian aja gue tuh, disaat temennya punya gebetan, eh... temennya nggak. Gue yakin-yakin aja sih, temen Dimas itu ganteng, terus... karirnya oke, walaupun nggak bisa menyaingi Dimas yang notebanenya anak pak bos Gemma Vers. Tapi minusnya itu, jomblo. Gimana yah, hidup temennya yang gak punya pasangan dengan kegantengan, dan hartanya yang minta bantuan untuk dihamburkan. Meringis gue ngebayanginnya Bi, mungkin, karena gue yang baik hati, boleh nggak sih gue mendaftarkan diri aja buat temen Dimas yang... yah, you knowlah? Kesepian nggak punya gebetan. Kasihan Bi, nggak pa-pa deh nggak dapet Dimas. Kalo temennya masih ada yang jomblo, kenapa enggak yah, ‘kan?”

Oh? Merendah untuk terbang ini namanya.

Tertarik dengan obrolan Zelina, aku bersedekap dada menatapnya. “Dimas nggak ada temen. Dimas nolep,” kataku sembarangan.

“Ah, masa? Nggak mungkin, ‘lah yah.” Dengan muka tengilnya, Zelina masih tetep sama pendiriannya dan nggak mau ngalah, “daripada gue ngechet Dimas pake nomor gue, gimana nanti kalo gue khilaf Bi? Maka dari itu, alangkan baiknya, gue minta kontak... ” tangan Zelina memainkan bentuk peach ke arahku dengan raut seakan-akan nanti membuatku luluh. Sori-sori aja, aku mau muntah lihat Zelina yang begitu, dikira imut apa? Idih. Sebagai bumbu aksi, Zelina senyum Besttai, “ ... temennya Dimas, dari elo? Yah?” Zelina memainkan puppy eysnya. Jijik anjir! Kek mau lesbian aja!

FriendgameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang