Yang masih bocil skip aja nggak pa-pa!
40. Zona ini kelewatan![+18]
Selain pelampiasan tak bernyawa, kita juga butuh pelampiasan yang nyata. Kek manusia contohnya?
•••
“Gue nggak peduli berapa teguk minuman haram ini gue konsumsi! Gue nggak peduli jika akhir gue minum kek gini berlangsung gue mati! Gue nggak peduli sama teguran-teguran bullshit yang lo lontarkan sedari tadi! Gue nggak peduli kalo lo masih tetep keras kepala nunggu di sini! Gue nggak peduli! Gue nggak peduli! Gue nggak peduli semuanya! GUE NGGAK PEDULI SEMUANYA GUE NGGAK PEDULI! Termasuk lo!”
Ada yang ngatain aku nggak waras?
Ada yang ngatain aku nggak punya hati?
Ada yang ngatain aku nggak tahu terima kasih?
Terserah!
“Bi,” Dimas masih aja berusaha mendekatiku, dan berbicara pelan terhadap aku. Tolonglah, kalo aku lagi emosi begini jangan berusaha didekati, yang ada aku semakin menjadi-jadi, “udah yah, sini botolnya, kasih ke gue. Itu nggak baik dikonsumsi berlebihan Bi, please... gue mohon jangan kayak gini Bi,”
“Apa mau lo ha? Sok jadi pahlawan lagi? Udah gue bilangin, gue nggak peduli!” Lagi, aku meneguk sempurna rad wine yang aku bawa dari sky life club, “dari pada lo pusing mikirin gue kek gini, mending lo minum juga! Gue tau Mas, lo butuh pelampiasan atas ucapan gue beberapa hari ini yang udah ngaduk-ngaduk emosi lo. Lo jadi cowok jangan terlalu sabaran ngadapin tingkah sahabat lo ini yang kelewatan bar-bar! Kalo lo mau marah, marah aja! Jangan di pendam! Kalo lo cari pelampiasan, ini, gue punya satu untuk lo? Hum, happy fun dear!”
Aku berjalan mendekati Dimas yang diambang kamar, dia mematung dengan rahang mengetat. Bibirku tersenyum miring, sambil membawa sebotol rad wine ditanganku lalu meneguknya dihadapan Dimas, tanganku kiriku yang menganggur mengelus rahang Dimas secara pelan.
Dia terpejam.
Hayolah Besttai, Dimas juga perlu pelampiasan ini. Satu botol cukup, bukan? Tanganku beralih mengalung dileher Dimas, sesudah meneguk minuman haram ini untuk yang kesekian kali, aku berbisik ditelinga Dimas Besttai, “Seneng nggak, gue panggil lo... deer? Deer... deer, deer. Deer.” Secara nyata, aku nggak bisa mengendalikan hasrat yang aku punya, “ayoklah Mas, lo pusing, ‘kan mikirin... kenapa gue bertingkah kek... cewek nggak tahu diuntung beberapa hari ini? Sembari lo lanjutin lagi teka-teki di otak lo, mencari siapa dalang dibalik gue yang kek gini, kenapa nggak lo tunda aja dulu. Kita happy-happy aja dulu deer? Gue bosen tau nggak, dibuat alam sadar diri mulu, tertekan gue kalo lihat kebaikan lo Mas. Sekali-kali, gue pengen dong, liat wujud iblis dalam diri lo itu kek gimana?”
Semakin wajahku menyentuh wajah Dimas, semakin merasa pula gigi Dimas bergemeletuk di dalam sana. Aku tersenyum gila mendengar suara gesekan dari gigi Dimas. “Kenapa? Emosi lo bentar lagi menampakan diri yah? Spoiler dong Mas?” Aku cekikikan sendiri mendengar nada bicaraku Besttai, “jangan ditutupi, kalo jiwa iblis lo mau keluar, jangan ditahan, gue tungguin nih? Hem, masih stay dalam diri sisi gelap lo yah Mas? Ayok dong, keluarin, ntar kita sama-sama imbas, bosen gue lihat lo ngalah mulu atas perdebatan beberapa hari kebelakang. Nggak seru ah.”
Oke. Aksiku berhasil. Dimas menghempaskan tanganku secara kasar yang awalnya melingkar indah di lehernya. Dan kamu semua tau tindakan apa yang Dimas ambil itu? Dia mengambil botol rad wine yang masih tersegel di atas nakasku. Hayolah, Dimas juga butuh botol itu, bukannya... dia tertekan yah sama keadaanku. Maka dari itu untuk melupakan semuanya, mungkin... sebotol minuman haram itu sedikit membantu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Friendgame
Chick-LitBesttai, terjebak friendgame setelah putus dari mantan yang memiliki nilai +good, apakah bisa mempermudah melewati jenjang dunia per-move-on-an? ••• Intinya gini; kamu ikhlas enggak, kalo mantan yang memiliki nilai A+ dari segi keseluruhan, jadian l...