Satu

316 11 0
                                    

"Jatoh dari pohon keren kali, ya?"

Ketika ingin mengambil ikat rambut yang ada di atas pohon sana, Daniara terjatuh. Seseorang datang dengan wajah panik lalu dengan terburu mengangkat tubuh Daniara yang tergeletak di atas rumput.

Kepala Daniara raflek menggeleng. "Ga. Masa tiba-tiba iket rambut gue nyangsang di atas pohon sih. Ga masuk di akal." bibirnya terkantup membuat suara deheman. Matanya menerawang ke langit kelas dengan kedua tangan yang menahan wajah.

Saat hendak memasuki gudang, tiba-tiba seseorang mendorongnya dan pintu gudang terbuka menampilkan sesosok laki-laki dengan hidung yang mancung serta kulit yang berwarna putih mendekat..

"Ga. Gue ngapain ke gudang? Gue-

"Ya ellah, Ni. Masih pagi udah kumat aja lo."

Seorang siswi berjalan mendekati Daniara. Daniara terkekeh malu menyadari jika tingkah anehnya sudah di ketahui oleh temennya.

Siswi itu duduk di kursi depan Daniara berada. Kursi ke dua dari depan.

"Tiap pagi kerjaannya ngehalu ga jelas. Gue takut lo gila, Ni." ucap Hilda tanpa beban. Pandangan gadis itu ada pada Daniara yang masih memasang wajah biasa.

"Ga lah. Habis kerjaan gue selain halu apa, Hil? Ga ada. Bosen banget tau kalo ga halu."

"Setidaknya ga tiap hari lah. Haluan lo ga pernah bener lagi. Kalo ga ketemu cowo cakep, ya nikah sama idola lo."

"Ya kan itu tugas kita sebagai fans. Gue kan pengen banget punya pacar kaya Oppa Haein. Yang cakep, yang romantis, perhatian, terus ngomongnya lem-

"Udah deh. Halu aja sana. Ga mungkin banget cewe petakilan, cerewet plus ga tau malu kaya lo dapetin cowok speek dewa. Dah, dah. Tidur sana." Hilda membalikan tubuh menjadih menghadap papan tulis. Memunggungi Daniara.

Daniara berdecih. Menelungkupkan kepalanya di antara tangan yang ia silang di atas meja. "Orang mah, haluan temennya di dukung. Lo malah jatohin. Fuck lah!"

"Bacot sekali anda." jawab Hilda tanpa berbalik badan.

"Ish," dengisnya kesal. Gadis itu beranjak dari duduknya berjalan keluar kelas dan memilih duduk tanpa alas di depan kelas.

Daniara mengambil ponselnya, membuka aplikasi TikTok lalu mulai menscrol vidio-vidio yang ada dengan tenang tanpa perduli dengan suara ketukan sepatu yang di buat oleh teman sekelasnya yang sudah mulai memasuki kelas.

"Nia! Masuk kelas!"

Teriakan Hilda memenuhi seisi kelas hingga keluar kelas.

"Berisik tai!"

Daniara tertawa mendengar balasan dari seseorang yang ia tau siapa pemilik suara itu. "Omelin Wid!" balas Daniara dari luar kelas.

Tidak lama toyoran mendarat di kepalanya dengan mulus. Hilda sudah beralih duduk menjadi di dekatnya dengan ponsel yang selalu menjadi teman baginya.

"Susi mana? Ga dateng-dateng?" tanya Daniara pada Hilda.

"Bentar lagi juga dateng. Lagi nyari sarapan kali." Jawab Hilda yang sudah mengetahui tingkah temannya.

Mereka berdua diam. Hanya suara lagu dari ponsel Daniara saja yang terdengar. Ponsel milik Hilda sedang menampilkan room chat yang entah dengan siapa.

Lima menit kemudian, bersamaan dengan bel berbunyi Susi datang dengan satu kantong plastik kecil di tangannya. Gadis itu mendekat pada dua temannya yang berdiri menunggu di depan kelas.

"Lama banget, gila!" komentar Hilda sambil berjalan memasuki kelas di ikuti Daniara dan juga Susi.

Susi menghela napas. "Ngantri banget, Hil. Batagornya juga masih di goreng tadi."

Segalanya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang