Empat belas

59 6 0
                                    

Alfa :
|Hai! Lagi apa?

Sejak tadi ponselnya masih menyala menampilkan room chatnya dengan Alfa. Laki-laki itu kembali mengiriminya pesan lima menit yang lalu.

Daniara belum juga membalasnya, masih sibuk memandang pesan singkat itu.

Apa dirinya harus sesegera mungkin membalas? Atau membiarkannya dalam waktu yang lama?

"Ah! tangan gue gatel!" ucapnya sendiri.

Jemarinya mulai bermain di atas layar ponsel miliknya. Membalas pesan dari Alfa dan kemudian memasukannya kembali pada saku seragam.

Pandangannya ada di jalanan di depannya. Banyak siswa siswi yang berlalu lalang melewatinya dengan berbagai kendaraan. Ada yang naik angkot, di jemput sanak saudara, naik mobil bahkan yang berjalan kaki pun ada.

Saat ini Daniara sedang duduk di halte sekolah, menunggu seseorang  baik hati yang akan menjemputnya.

Dua temannya sudah pulang lebih dulu atas perintah dirinya. Ia tau kali ini akan lama menunggu, hal hasil Hilda dan Susi ia suruh pulang lebih dahulu padahal dua temannya bersedia menemani sampai mobil jemputannya datang.

Alisnya bersatu. Itu bukannya Putra dan Sasi? Mereka memiliki hubungan? Bukankah Sasi adalah pacar anak IPS 2? Apa ada urusan? Ah sudahlah.

"Bodo amat, lah!" seruhnya kencang.

Daniara kembali sibuk pada pemikirannya yang kemana-mana. Besok dirinya sudah mulai mengerjakan tugas bahasa Indonesia bersama dengan teman-temannya.

Seharusnya hari ini. Namun tiba-tiba mamanya menelepon dan mengatakan jika siang ini akan ada acara keluarga.

Sebenarnya Daniara amat sangat malas jika ada kegiatan seperti ini. Jika bisa, ia akan lebih memilih duduk di rumah dari pada ikut duduk bersama keluarganya.

Tidak lama, supir mamanya datang. Daniara masuk ke dalam mobil dan berkata selamat siang pada supir yang akan selalu ada jika ia membutuhkan bantuan.

"Siang, Pak!"

Pak Robet menoleh ke belakang, memberikan senyum pada Daniara. "Siang, anak baik." balasan pak Robet membuatnya tersenyum.

"Kita langsung ke tempat ya, Neng. Ibu tadi bilang sama saya, katanya Bapak udah nunggu." jelas pak Robet.

Daniara hanya berdehem untuk jawaban atas pertanyaan pak Robet.

Gadis itu terdiam. Ia membuka kaca cendela mobilnya hingga angin luar menerpa wajahnya dengan sempurna. Dalam hati ia berdoa agar acara makan siang dadakan ini tidak akan ada hal atau informasi yang menyesakkan dada.

Mobil berhenti. Daniara menoleh rupanya lampu merah. Napasnya terelah kuat. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mobil tanpa menutup cendela mobil.

Tiba-tiba ada sebuah motor metic berhenti tepat di samping mobilnya. Daniara memastikan dan ternyata benar itu adalah Wisnu.

Wisnu di depan masih belum sadar. Laki-laki itu terlihat lelah. Seperkian detik kemudian, Wisnu menoleh pada kaca mobilnya dan terkejut ketika tau orang di dalam adalah teman sekelasnya.

"Eh, ada Ara! Kok baru pulang, Ra?" tanyanya bersamangat.

Daniara memberikan senyumnya pada Wisnu. Ia duduk tegak menatap keluar kaca. "Iya, nih. Tadi tunggu di jemput dulu." jawabnya. "Kok Wisnu baru pulang, main?" tanya Daniara lagi.

Laki-laki itu mengangguk. "Iya, tadi abis di warung belakang sebentar." menjeda. "Eh, udah ijo. Duluan, ya, Ra." pamit Wisnu. Daniara mengangguk. Menaikan kaca mobilnya lagi dan kembali pada posisi awal.

Segalanya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang