Enam

94 6 0
                                    

Nyatanya. Alasan bebenah, beres-beres atau istilah lain untuk merapihkan kamar yang tadi ia gunakan untuk alasan adalah palsu.

Daniara sama sekali tidak memegang pekerjaan rumah sama sekali ketika sampai di rumah. Ia dengan penuh tekatnya berniat untuk bermalas-malasan saja.

Membersihkan kamar bisa nanti saat moodnya sedang bagus.

Sekarang, gadis dengan pakaian rumahan itu sedang duduk di lantai kamarnya dengan beberapa cemilan di hadapannya. Televisi besar di jarak satu meter sedang menyala, menayangkan sebuah drama korea yang sedang dirinya tonton kembali.

Yaps, drama ini sudah ketiga kalinya Daniara rewatch.

Gadis itu begitu serius menonton. Padahal ia sudah tau bagaimana ending drama tersebut.

Sedang serius-seriusnya menonton, ponselnya bersuara dengan nyaring membuat Daniara terkaget dan reflek mengatakan. "Bangke!"

Sial. Dirinya lupa mengubah mode teleponnya.

Panggilan dari nomor tidak terkenal masuk. Baru saja ingin ia jawab, panggilan sudah terputus. Daniara mencoba mengabaikan itu dan kembali fokus kembali pada dramanya.

Namun tidak bisa karena kembali berbunyi.

Kali ini pesan teks.

08596664**** :
|Hai!!
|Apa kabar?
|Sv Alfa

Tangan Daniara membeku seketika. Jemarinya tidak bisa di gerakkan. A-Apa-apaan ini?

Daniara tersadar. Ia berdehem berulang kali untuk mengendalikan diri.

Napasnya di hembus dengan pelan.

|Ok.

Singkat, padat dan jelas.

Balasan seperti itu adalah balasan yang paling tepat untuk saat ini.

Bagaimana laki-laki itu bisa mendapatkan nomor teleponenya? Bukankah masing-masing dari mereka sudah menganti nomor sejak tiga tahun lalu?

Ponsel kembali berbunyi. Balasan dari Alfa Daniara dapatkan.

Alfa :
|Terima kasih.

Tidak di balas. Hanya di baca lalu kembali ke main menu.

Ponselnya kembali dalam mode senyap. Daniara menaruh ponsel itu di atas lantai begitu saja dengan televisi yang menyala. Sementara orangnya, pergi keluar kamar.

Di bawah, Daniara memilih dapur sebagai tempat pelariannya. Jujur saja, jantungnya berdebar dengan begitu hebat tanpa tau apa sebabnya. Rasanya dirinya ingin sekali tersenyum. Namun bingung hal apa yang membuatnya bahagia?

Segelas susu sudah habis. Daniara kembali membuka kulkas dan mengambil kembali kotak susu yang ada di pintu kulkas. Di minum kembali susu itu dengan rakus.

Dua gelas susu sudah masuk dalam perutnya.

"Tutup pintu kulkasnya atuh, Neng."

Daniara memutar kepala saat mendengar suara mbok Dira. Tapi apesnya, keningnya membentur pintu kulkas cukup keras hingga suara yang di timbulkan terdengar cukup kencang.

Mbok Dira terkekeh. Wanita usia kurang lebih enam puluh tahun itu meletakan kantung plastik bawaannya lalu berjalan menghampiri Daniara yang masih terduduk di depan kulkas dengan tangan yang mengusap-usap kening.

Segalanya [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang