Tinggi Itu Ganteng

100 84 14
                                    


Seperti hari kamis biasanya, aku sekarang sudah rapi dengan balutan seragam warna coklat lengkap dengan aksesorisnya.

Pagi ini Nabil sakit, jadi aku diantar papa untuk ke sekolah. Aku juga heran, perasaan kemaren sore Nabil baik-baik saja.

"Makan yang banyak dek" Mama mengisi piring dihadapanku dengan beberapa centong nasi goreng yang bertopingkan sosis dan ayam suir.

Aku sangat malas jika harus mengisi perutku dipagi hari seperti ini, hal itu dapat membuatku mual saat di sekolah.

"Kebanyakan loh ma" Protesku sembari menjauhkan piring dihadapanku itu.

"Porsinya emang harus segitu"

"Tapi porsi tiap orang tuh beda-beda mama"

"Kamu itu anak remaja sayang, lagi di fase pertumbuhan. Jadi makannya harus banyak, kamu aja udah terlampau kurus loh"

Aku memutar bola mataku merasa sebal, lalu menyuap nasi goreng dihadapanku itu dengan brutal.

Tapi aksi gila ku itu membuat tenggorokanku terasa panas akibat tersedak butiran nasi goreng.

'Sial' umpatku dalam hati.

"Pelan-pelan makannya"

Mama menyodorkan segelas air putih yang langsung ku seruput dengan tergopoh-gopoh sampai tuntas.

***

"Waktunya lima menit lagi, yang sudah selesai boleh langsung dikumpul dan ambil ponselnya didepan"

Mendengar peringatan itu aku langsung panik. Bagaimana tidak?, aku saja baru mengisi delapan dari dua puluh lima soal.

Seharusnya aku sudah lama selesai jika Nabil sekolah, aku kan bisa kode-kodean dengannya.

Sebenarnya pemberitahuan kalau hari ini akan ulangan harian sudah diberi tahu dari minggu kemarin, cuma aku saja yang nekat tidak belajar karna sudah yakin dengan Nabil yang akan memberikan jawaban kepada ku.

Harapanku sekarang tinggal pada Ethan, satu-satunya manusia dengan tingkat kecerdasan diatas rata-rata yang lumayan dekat dengan jangkauanku.

"Syuuttt"

Aku memberi kode agar dapat menarik perhatian Ethan.

Tapi sayang hasilnya nihil, Ethan masih saja fokus berkutat dibalik kertas soal ulangan hariannya.

Aku geram melihat hal itu dan melempar Ethan menggunakan tutup pulpenku agar ia dapat melihat wajah memelasku untuk meminta jawaban.

Dan aksiku itu akhirnya membuahkan hasil, Ethan mengangkat wajahnya dari kertas soal mengarah ke tempat dudukku.

Ethan mengangkat kedua alis hitamnya tanda bertanya-tanya apa mau ku.

Melihat reaksi itu, mulut dan jemariku langsung sibuk memberi kode bahwa aku memerlukan jawaban.

Tapi sayangnya tak lama aksiku itu memancing perhatian Ma'am Eka.

"Nabila, kamu perlu apa?" 'Mampus' batinku, saat mendengar teguran itu.

"Ngg...,enggak apa-apa Ma'am"

"Menghadap lurus kedepan, jangan mengganggu konsentrasi temanmu"

"Iya Ma'am"

"Yang lain juga, kalau sampai ketahuan saling contek atau aksi curang lainnya saya tidak akan segan-segan unt merobek kertas ulangan kalian"

Raut wajah was-was terpancar dari setiap wajah siswa IPS. Aku mendengus kesal mendengar hal itu.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang