Friend Zoon

32 31 1
                                    

Sudah di akhir semester, dan lebih tepatnya hari terakhir aku di kelas sebelas, selanjutnya aku akan menjadi senior di Bina Bangsa atau kelas tertinggi yaitu kelas dua belas, itu pun kalau aku naik kelas nantinya.

Hari ini adalah hari pembagian raport, aku tengah membantu Yudha mendorong motornya dari gerbang sekolah untuk sampai ke parkiran.

"Udah biar aku aja yang dorong" Yudha berusaha menghentikan aku yang sibuk membantunya mendorong motor.

"Gamau"

"Dih, batu emang"

***

Saat aku memasuki kelas, hal pertama yang tertangkap oleh indera penglihatanku adalah penampakan Karin dan Ica yang tengah sibuk mengobrol, palingan ngegosipin gaya rambut pak Anton pikirku.

"Wih, seru banget keknya. Lagi ngegosipin perihal gaya rambutnya pak Anton ya?" Tebakku langsung.

"Sumpah kita sepemikiran banget, gue juga sadar kali kalo pak Anton ngeganti gaya rambutnya. Mungkin gegara hari ini hari spesial kali ye, karna setelah ini kita bakal libur, makanya pak Anton penampilannya agak beda"

"Atau jangan-jangan pak Anton ada janji sama mbak Lilis?, gila sih" Aku seketika mengakhiri kalimat panjangku saat menyadari kedua temanku itu diam tanpa meresponku.

"Lo pada kenapa sih?, ada yang salah ya sama gue?" Tanyaku pada keduanya sambil melihat-lihat tubuhku, mungkin saja aku memakai rok terbalik.

"Sok asik lo" Ucap Karin kemudian.

"Lah, emang gue asik. Ya gak sayang?" Tanyaku pada Yudha.

"Iya sayang" Sahut Yudha yang sudah duduk manis di bangkunya.

"Dih, sombong amat lo jadi alien. Gue juga punya kali, ya gak sayang?" Tanya Ica melempar kalimat pada Revan yang tengah sibuk bermain ular tangga bersama Nabil dan Dimas.

"Iya sayang" Jawab Revan sambil mengangkat sebelah tangannya untuk memberikan jempolnya dengan mata yang masih sibuk dengan permainan ular tangga di depannya itu.

"Lah, terus gue sama siapa dong?" Tanya Karin menunjuk dirinya.

"Tuh, si Dimas ada" Jawabku cepat.

"Kagak deh, gue kagak demen modelan benih kecambah kek gitu"

Aku sontak tertawa karena tidak dapat membayangkan jika Karin dan Dimas disatukan. Sampai kapan pun kedua makhluk itu pasti tidak akan akur, Dimas dengan sifat jahilnya dipadu dengan Karin yang emosian.

"Kalo gitu sama Nabil aja noh, biar otak lo encer dikit" Ujar Ica tak mau kalah.

"Dih, tar gue pinter kagak nolep iya" Karin bergidik ngeri seperti tengah membayangkan sesuatu yang sangat buruk jika ia hidup dengan Nabil.

"Gue juga kagak demen sama lo Muhammad Karin Firdaus Binti Jamaludin, orang gue demennya sama Nabila" Sahut Nabil di bangku yang juga di isi oleh Dimas dan Revan itu. Wajahnya tampak datar tanpa ekspresi.

Sontak ucapan Nabil barusan membuat Karin dan Ica berhenti tertawa dan menutup mulutnya dengan tangan, sangat tidak menyangka dan tampaknya syok berat. Berbeda dengan Yudha yang refleks menatap ke arah Nabil dengan beringas.

Tak aku sangka-sangka, mendengar ucapan itu, Yudha langsung bangkit dari kursinya dan menghardik Nabil yang tengah sibuk bermain ular tangga. Yudha mencengkeram kerah baju Nabil dengan kasar.

"Maksud lo apa?, gue udah naruh curiga sama lo dari dulu. Dan lo dengan pengecutnya sembunyi di balik kata bercanda, lo kira gue kagak lihat gerak gerik lo selama ini? "

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang