Lomba Makan Bakso

65 71 7
                                    

Malam ini seperti janjiku dengan Nabil, aku akan mengobrol dengan cowok satu itu.

Nabil duduk di kursi belajarnya dengan gitar kebanggaannya, sementara aku duduk manis di pinggir ranjang menatap cowok di hadapanku itu dengan ekspresi yang sulit untuk dijelaskan.

"Bil dengerin gue dulu" Seperti tidak mendengar apa-apa, Nabil masih sibuk memetik asal senar alat musik yang berada dibawah naungannya itu.

Melihat hal itu aku menjadi geram sendiri dan ingin sekali meninju wajah Nabil.

"Bil denger gue kagak sih?!" Kali ini aku sedikit berteriak sambil berdiri dan merenggut paksa gitar di tangan Nabil.

Melihat tingkahku Nabil mengerutkan keningnya merasa bingung.

Mendapatkan respon yang sangat menyebalkan itu emosiku makin memuncak dan berniat menghancurkan bumi beserta isinya saat itu juga.

"Lo kenapa sih Bil?, lo kira tingkah lo yang ninggalin gue tadi pagi itu lucu?. Lo pikir kalo tanpa lo gue gak bisa apa-apa gitu?. Lo salah Bil, salah"

Nafas ku naik turun akibat emosi yang menggebu-gebu menjalari seluruh tubuhku.

"Lo tuh ya...."

Aku melempar gitar yang sebelumnya ku rampas dari Nabil, gerakan itu membuat bunyi yang cukup keras, mungkin gitar Nabil rusak atau apa aku tidak peduli. Yang ku tahu sekarang aku harus cepat-cepat menghilang dari ruang kamar makhluk ini.

Namun langkahku terhenti saat sebuah tangan mencengkeram pergelangan tanganku.

"Lo mau tau alasan kenapa gue ninggalin lo tadi pagi kan?, biar gue jawab"

"Gue sengaja ninggalin lo tadi pagi karna Yudha chat gue tadi malem, dia bilang kalo lo biar dia yang jemput"

Mendengar penjelasan itu aku bergeming dan mengurungkan niatku untuk pergi dari tempat itu. Tunggu, Yudha memang berniat untuk mengajakku bolos?.

"Dia emang sengaja ngerencanain buat ngajak gue bolos? "

Nabil mengangangkat kedua bahunya tanda ia tidak tahu apa-apa mengenai hal membolos itu.

"Gue kagak tau tuh kalo lo pada bakal telat"

"Kok lo kagak chat atau telepon gue sih Bil kalo Yudha mau pergi sekolah bareng gue?, setidaknya jangan pakek acara ninggalin gue tanpa sebab gitu tau"

"Biar jadi kejutan, lo kan suka sama Yudha"

"Paan sih, jangan asal omong ye tuh mulut" Aku mengancam Nabil dengan mata yang hampir saja copot dari tempatnya.

"Pipi lo merah tuh, salting ya? " Nabil menjawil hidungku berniat untuk menggoda.

"Dih, bekicot sawah. Mata lo noh kebanyakan baca buku jadi rabun"

Nabil mengambil sebuah kacamata minus miliknya yang tergeletak di atas meja belajar lalu meletakkan benda berlensa itu di batang hidungnya.

"Masih merah kok tuh pipi"

Ia menaik turunkan alisnya yang membuatku tergerak untuk mencubit sadis pinggang cowok itu.

Aku tertawa lepas malam itu karena ulah manusia konyol yang bernama Nabil tersebut.

Nabil, ia satu-satunya sahabat terbaikku.

***

"Ooo... Ooo... Huoo... Tinggalkan semua di sini...." Dengan lagak bagaikan Keisya Levronka, aku berteriak-teriak menyanyikan salah satu lagunya yang sedang viral itu.

"Suara lo bikin gue budek" Nabil menyumpal kedua kupingnya menggunakan jari telunjuk, berharap suara merduku tidak dapat ia dengar.

"Dih, ngomong aja situ iri kan?. Kagak bisa nyanyi, cuma bisanya maen gitar doang. Nolep juga"

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang