Dina Pembohong

71 66 9
                                    

"Kita duluan ya Nab" Ucap Karin yang jari telunjuknya sibuk memutar-mutar kunci mobil.

"Iye, hati-hati lo pada"

Setelah mengucapkan salam perpisahan, kedua cewek yang berumur tujuh belas tahun itu pun menjauhiku dengan mobil merahnya.

Sekarang aku tengah berdiri di bawah salah satu pohon di pinggir lapangan parkir sekolah, menunggu Nabil mengambil motor bebek kesayangannya.

"Alpukat kocok?" Satu cup yang berisi alpukat kocok tiba-tiba berada di hadapanku. Sebuah tangan menyodorkan salah satu menu favoritku itu.


Yudha, ia berdiri di depanku dengan tas punggung yang tengah ia sandang dan tentunya satu cup alpukat kocok di tangannya.

"Wih, tau aja lo kesukaan gue"

Ku raih cup itu, namun ditarik mundur oleh cowok dengan jaket hitam yang membungkus seragam putih abu-abunya itu. Aku mengerutkan kening karena merasa bingung.

"Eitss, jaman sekarang semuanya gada yang gratis"

"Yaudeh, berapa?" Ku ambil dompet didalam tas punggung dan membuka benda yang menampung uangku itu.


"Bayarnya gak pake uang"

"Terus? " Tanyaku bingung.

"Pake waktu"

"Waktu? "

"Lo mau kan pulang bareng gue?"

"Dih, dikira gue anak kecil apa?. Bisa disogok pake alpukat kocok"

"Yaudah, kalo gak mau alpukat kocoknya buat gue aja" Yudha mendekatkan bibirnya ke sedotan, berniat melahap menu itu.

"Eh, jangann...."

Tanganku bergerak mencegat pergerakan tangan Yudha, melihat tingkahku cowok itu tersenyum dan memperlihatkan lesung di kedua pipinya.

Duh, kenapa sih cowok ini harus seperti itu di depanku.

"Yaudah, gue pulang sama lo" Putusku kemudian.

"Nah gitu. Tunggu bentar, gue ambil motor gue dulu" Yudha menjawil hidungku dan berlari menuju tempat ia memarkirkan motornya.


Sedetik setelahnya, Nabil datang dengan motor bebeknya.

"Bil gue pulang sama Yudha ya"

"Bukannya kata lo pulang ini mau belajar sama gue? " Nabil mengingatkanku akan hal itu.

"Diundur aja deh, tar malem aja gimana? " Aku mengajaknya bernegosiasi.

"Serah lo dah" Setelahnya dengan kecepetan tinggi Nabil melaju meninggalkanku yang masih berdiri di pinggir lapangan parkir.

"Hati-hati lo!" Teriakku mengingatkan cowok itu, walaupun kemungkinan tidak didengar sangat besar.

"Yok naik" Yudha membuka kaca helm full facenya dan memamerkan senyum dengan hiasan kedua lesung di pipinya.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang