Panti Asuhan

60 69 3
                                    

Panti Asuhan Kasih Bunda, tulisan itu terpampang besar-besar di depan pagar sebuah gedung dengan halaman hijau yang cukup luas.

Setelahnya muncul sosok wanita paruh baya dengan senyum yang mengembang sempurna di bibirnya. Aku kurang tahu siapa sosok itu.

"Wah, ada nak Nabil" Wanita itu menyambut Nabil dengan ramah.

"Iya bu. Nabil bawa buku-buku nih buat adik-adik"

"Yaampun, terima kasih banyak nak"

"Hahaha, gak apa-apa bu. Adik-adik juga suka membaca kan?"

"Iya mereka sangat suka, kalau gitu langsung dibawa masuk saja nak Nabil"

Saat memasuki halaman dari tempat itu, Nabil langsung dikerumuni oleh anak-anak sebaya Bintang. Senyum tulus terlukis indah di wajah cowok itu, 'manis' gumamku dalam hati.

Saat ini aku dapat melihat sisi lain dari sosok Nabil, Nabil yang aku kenal selama ini sosok yang cerewet, merasa paling dewasa, sok bijak, dan hal-hal menyebalkan lainnya.

Ternyata cowok ini suka berbagi dan menyukai anak kecil, pantas saja dia sangat akur dengan Bintang.

Terkadang aku berfikir jika mempunyai saudara itu sangatlah menyenangkan, baik kakak atau pun adik. Tetapi aku bisa mendapatkan kedua sosok itu dari Nabil dan Bintang, sosok yang sudah aku anggap seperti kakak dan adik laki-lakiku.

Jika kalian mengira menjadi anak tunggal itu menyenangkan karena kasih sayang orang tua tidak dibagi, kalian salah.

Menjadi anak tunggal itu tak semenyenangkan yang kalian pikirkan, menjadi anak tunggal itu selalu dituntut untuk menjadi yang terbaik.

Kenapa tidak?, toh harapan orang tuaku satu-satunya cuma aku.

"Kak Nabil, kakak ini siapa?" Salah satu anak yang tingginya sepinggangku menarik-narik ujung baju Nabil bertanya mengenai siapa aku.

"Dia namanya kak Nabila, dia temennya kak Nabil. Nanti kita main sama kak Nabila juga" Nabil menjelaskan dengan senyum yang tak kunjung surut dari bibirnya, dia tampak sangat senang berbaur dengan anak-anak itu.

"Nah, kalian semua bawa buku-bukunya ke dalam dulu ya. Nanti kak Nabil sama kak Nabila nyusul, tar kita main bareng. Oke? "

"Asik!, kita punya kakak baru! "

Salah satu dari mereka bersorak kegirangan dengan mata yang berbinar, sepertinya ia sudah membayangkan seperti apa keseruan bermain nanti.

"Kok lo melongo gitu sih? " Nabil menyentuh bahuku.

"Hmm, gak apa-apa " Jawabku singkat.

"Ini tempat yang selalu gue kunjungi buat berbagi, gue salut sama mereka, selalu bisa senyum walau mereka kurang beruntung dari kita. Nah, kalo mereka aja bisa bahagia terus, kenapa Nabila gak bisa? "

Tangan Nabil terangkat dan menyelipkan anak rambutku yang tertiup angin ke balik telingaku.

"apa-apaan sih lo"

"Jangan lo kira dengan nyembunyiin kesedihan dibalik senyuman lo, gue kagak tau gitu?, mimik muka lo bisa dibaca Nabila"

"Maksud lo apa sih? " Tanyaku mulai terpojok.

"Gini nih, gue temen lo dari kecil Nab, jadi gue tau bener gimana lo. Sosok gadis kecil yang selalu nangis karena ditinggal ortunya kerja" Aku tersenyum kaku mendengar kalimat Nabil.

Ya Nabil benar, sosok gadis kecil dengan boneka beruang coklat selalu menangis saat ditinggal orang tuanya untuk bekerja.

Tapi aku tidak terlalu menghiraukan hal itu, aku kan punya bik Iyem, Nabil, Bintang, teman-temanku, dan juga bunda yang sudah aku anggap seperti orang tuaku. Jadi keberadaan mama dan papa tidak terlalu aku harapkan.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang