Nasi Goreng Udang

42 24 5
                                    

"Nabilll!!!" Aku berteriak kencang di rumah Nabil sambil menyerukan nama itu dan langsung menaiki anak tangga ke lantai atas dengan lincah.

Brukkkk....

Ku buka pintu kamar Nabil dengan brutal hingga menimbulkan suara bising, ku lirik Nabil yang tengah fokus membaca di meja belajarnya sama sekali tidak menghiraukan kedatanganku.

"Bantuin gue" Ucapku singkat sambil meletakkan setumpuk buku-buku tebal di depan wajah Nabil. Nabil hanya diam lalu melirik tumpukan buku-buku itu dan beralih ke aku secara bergantian.

"Kagak bisa, gue sibuk" Nabil menolak mentah-mentah permintaanku itu dan kembali fokus membaca.

"Orang pelit biasanya pas mati kurang tanah loh" Gumamku asal sambil berjalan menjauhi Nabil dan berhenti di tepi ranjang lalu merebahkan tubuhku di atasnya.

"Gue bakal siapin tanah satu truk biar kagak kurang" Sahut Nabil tanpa menyingkirkan buku yang menutupi wajahnya.

"Ayolah, bantuin gue ngerjain nih tugas ya ya ya, lo kan pinter, cakep juga, terus baikkkkkk buangettttt" Aku memuji cowok itu berharap agar aku dapat diberikan apa yang aku inginkan.

"Tapi kalo kagak selesai jangan salahin gue" Ucap Nabil kemudian dan akhirnya menyingkirkan buku bacaannya. Aku bersorak kegirangan di dalam hati saat melihat hal itu.

"Lah kenapa kagak selesai?, gue bisa nunggu lo ngerjainnya. Kalo nanti kemaleman, gue bisa nginep di sini" Aku yang keras kepala ingin agar tugasku dikerjakan sampai selesai tetap berusaha agar apa yang aku mau dapat terpenuhi.

"Gue jam sembilan mau pergi" Ujar Nabil sambil mulai membuka buku milikku.

"Yaelah, pergi kemana juga sih?. Sok sibuk banget hidup lo" Aku memutar bola mata karena merasa sebal dengan tingkah Nabil. Aku heran juga dengan manusia satu ini, berlagak seakan-akan kalau dirinya adalah orang tersibuk di muka bumi ini.

"Gue ada janji sama Diva" Satu kalimat pendek itu membuatku terhenyak dan seketika tersadar kalau Nabil sudah mempunyai pacar.

Dan seperti yang kalian tahu, pacar harus selalu diutamakan dan akan selalu, ku akui hal itu karena aku juga akan seperti itu jika mempunyai seorang pacar.

Tapi walau demikian, egoku tetap tak bisa aku kalahkan, aku benci dengan sosok itu. Kenapa dia selalu saja tidak memberikan aku kesempatan untuk bisa bersama Nabil?, walau Nabil hanya temanku tapi aku jauh lebih dahulu sudah mengenalnya.

"Dih, Diva lagi Diva lagi. Gada nama lain apa?, eneg gue denger tuh nama mulu"

Seperti angin yang lewat dan berlalu, Nabil sama sekali tidak menghiraukan perkataanku dan mengangangkat kembali buku bacaannya lalu lanjut fokus membaca, sepertinya buku itu sangat penting untuk hidupnya.

"Yaudah, kerjain sampe mana aja" Aku akhirnya menyerah dan untuk kali pertamanya dalam sejarah hidupku, aku mengalah dengan Nabil.

Mendengar perkataanku, buku yang menutupi wajah cowok itu kemudian turun dan matanya menatapku lekat untuk beberapa detik. Lalu meraih buku-bukuku dan mulai mengerjakan soal-soal di sana.

"Sebenernya ini semua tuh simple, gue tau lo pasti udah kelar ngerjain tuh tugas, kenapa lo kagak langsung kasih punya lo aja sih buat tar gue salin?. Kan gampang, tinggal sat set sat set kelar" Aku mendekati Nabil dan berdiri memperhatikan ia yang tengah sibuk dengan soal-soal itu.

"Iya emang gampang kalo gitu, tapi lo nya bakal bebal sampe mati, gada perubahan" Ucap Nabil dengan tangan yang masih sibuk menulis di buku.

"Mending lo simak gue, biar soal selanjutnya lo bisa coba jawab sendiri" Lanjutnya.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang