Warning alert : 21+🔥
---
Ray melepaskan pelukannya lalu menatap gadis dengan senyum yang tidak luntur.
"Kamu bukan milik siapa-siapa?"
Seolah butuh diyakinkan berkali-kali, Lana mengangguk. Tangannya sudah sudah melingkar di leher Ray mengusap pelan seolah meyakinkan cowok itu.
"Gimana perasaan kamu, Na?"
Lana menggeleng pelan.
"Aku gak suka kamu hilang. Tapi aku juga mau Sabda dan Joshua gak ada di sampingku. Aku gak tahu apakah ini perasaan yang sama atau bukan,"
Ray menatapnya sambil tersenyum.
"Aku bantu cari tahu,"
Cowok itu memagut bibirnya dan mengecup pelan. Lana yang kaget langsung melotot.
Ciuman Ray pelan, lembut dan penuh perasaan. Membangkitkan sebuah emosial dari dalam diri Lana. Ketika ia memejamkan mata, Ray malah menarik diri.
"Is it okay?"
Dengan gamang, gadis itu mengangguk pelan.
"You want more?"
Lana yang kembali mengangguk dikabulkan oleh Ray yang kini mengecupnya lebih bertenaga dan lebih dalam.
Bibirnya dengan ahli memberikan semua hal yang ia bisa, tangannya menarik pinggang gadis itu mendekat dan melekat ditubuhnya yang jangkung.
Ketika Lana semakin memeluk lehernya, Ray mengangkat kaki gadis itu untuk melingkari pinggangnya. Membawa gadis itu melekat sempurna padanya sebelum mendudukkannya pada meja makan di dekat mereka.
Ketika dirasa napas Lana sudah mulai memendek, Ray melepaskan bibirnya tanpa menjauh dari wajah gadis itu. Dahi dan hidung mereka bersentuhan selagi keduanya berebutan menarik udara.
"Sebanyak ini aku menginginkan kamu, Na. Sebanyak ini aku memimpikan kamu bertahun-tahun ini,"
Lana menatap mata biru yang kini mendamba itu. Manik tajam dan dalam itu selalu mampu menenggelamkannya.
"Aku--"
Jemarinya terbenam dibelakang kepala Ray dan mengusap lembut disana dan sesekali menariknya pelan.
"Apa yang kamu rasain juga sama?"
Gadis itu mengangguk pelan.
"Apa kamu menginginkan mereka juga dengan cara seperti ini?"
Pertanyaan itu membingungkan. Lana terdiam. Matanya mencari jawaban lewat tatapan Ray yang dalam. Ia memutar seluruh memori yang ada di dalam kepalanya untuk menemukan sebuah kesimpulan.
Ia memang mencintai Sabda dan Joshua. Ia juga menyayangi keduanya dengan sama besarnya. Tapi bukan perasaan seperti itu yang ia punya untuk laki-laki yang kini mendekapnya. Bukan perasaan dengan dada berdebar hebat seperti ini.
Sebuah pemahaman langsung meluncur dari kepala dan menyentuh hatinya. Lana tidak mencintai Ray dengan perasaan yang sama yang ia punya untuk Sabda dan Joshua. Cinta yang ia punya tidak dengan cara yang sama.
Lana menjauhkan kepalanya dan menatap Ray yang menunduk diatasnya. Wajahnya langsung memerah ketika menyadari posisi mereka saat ini.
"Kiss me,"
Ray tersenyum. Mereka akhirnya sampai pada satu masa dan satu rasa. Sepeti ciuman sebelumnya, Ray memulai dengan sama lembutnya. Dengan sama pelannya. Memberikan Lana waktu untuk berpikir dan mendorong tubuhnya jika bukan ini yang diinginkan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Here to Mars [FIN]
RomantizmPunya orang tua yang saling mencintai. Punya saudara yang paling bisa memahami. Punya sahabat yang selalu menjadi tempat berbagi. Hidup Lana sangat bahagia. Tidak pernah merasa kurang satu apapun. Tidak kasih kasih sayang, tidak perhatian, tidak ju...