IX

1.8K 270 18
                                    

Sedih banget aku lupa save beberapa part terus ilang dan harus diketik ulang:(

---

"Terus kamu mau lakuin apa?"

Lana menggeleng pelan. Ia kini tengah bersandar pada dinding kayu di belakangnya. Bersisian dengan laki-laki penuh luka disampingnya.

"Kadang aku ngerasa aku gak pantes ada di keluarga ini. Gak ada yang gak hebat kecuali aku. Mama aja yang walaupun ibu rumah tangga tapi pinter banget. Dulu juga karirnya cemerlang sebelum dia lepas itu waktu nikah sama papa,"

Cowok itu mengangguk pelan. Ia mendengarkan semua keluh kesah Lana malam ini.

"Waktu tahu Sabda diterima perusahaan multinasional bahkan sebelum dia lulus bikin aku mikir kalo aku sudah ketinggalan sangat jauh,"

Yang dibutuhkan Lana hanyalah didengar. Dan laki-laki itu memberikan semua telinganya untuk mendengar.

"Kamu pernah gak sih rasain punya lingkungan yang serba cepat dan hebat?"

Cowok itu menggeleng pelan.

"Aku mulu yang cerita. Kamu kenapa bisa bilang dalam dua minggu ini hampir mati tiga kali?"

Lana mengangkat wajahnya untuk melihat lawan bicaranya.

"Becanda, Lana. Biar kamu gak serius bnaget,"

Gadis itu langsung merengut sebal.

"Kalo gitu ceritain tentang kamu,"

"Gak ada yang menarik dari hidup aku,"

Lana menggeleng. "Luka-luka itu?"

Cowok itu menegak habis air mineral sebelum beringsut mendekat pada Lana.

"Aku ceritain dongeng aja,"

Walaupun tubuh mereka dekat, Lana tahu bahwa cowok itu membuat batas jarak yang pasti di antara mereka.

"Kamu tahu cerita ayam dan elang?"

"Ayam yang dimakan elang?"

Cowok itu mengangguk kecil.

"Dulu sekali ayam dan elang itu bersahabat baik. Karena cintamya elang kasihan sama ayam yang harus selalu menunduk untuk mencari makan, akhirnya elang pinjemin jarum untuk sayapnya ayam biar dia bisa terbang juga,"

Lana mengangguk. Ia menumpukan kepala di atas lututnya yang berdiri. Matanya menatap cowok yang kini tengah tersenyum itu.

"Sampai akhirnya ayam malah hilangin jarum itu. Elang marah dan murka. Lalu mulai makan semua keturunan si ayam,"

"Padahal katanya dia cinta,"

Tangan cowok itu telusur dan mengusap kepala Lana yang kini hampir memejamkan mata.

"Hanya karena cinta, bagaimana mungkin ayam memanfaatkan dan mengabaikan elang begitu saja?"

Lana kembali membuka mata dan bersitatap dengan mata biru yang mampu menenggelamkannya itu.

"Lalu bagian mana yang salah dari cara mereka mencintai kalau hanya saling menyakiti?"

Cowok itu tersenyum hambar. Tubuhnya lalu bersandar pada dinding dibelakang mereka.

"Cinta itu tanpa syarat. Cinta itu justru membebaskan,"

Lana menatapnya dengan dahi berlipat.

"Bagaimana bisa kamu membebaskan seseorang yang kamu cintai?"

"Lalu harus seperti elang dan ayam yang merasa harus saling memberi tapi berujung saling menyakiti?"

---

From Here to Mars [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang