XIV

1.6K 233 3
                                    

--

"Hai,"

Lana menoleh lalu tersenyum kecil. Mars tampak lebih segar setelah mandi dan berganti pakaian dengan milik Cakka.

Tapi keduanya tampak canggung ketika bangun tidur dan dalam posisi yang sama canggungnya.

Mars bangun dan sadar bahwa semalaman ia mengenggam jemari Lana dan menumpukan kepala di samping gadis itu. Lana yang kaget dengan posisi itu juga langsung salah tingkah.

Lana yang kelar mandi terlebih dahulu menyarankan Mars untuk melakukan hal yang sama.

Ketika cowok itu tengah membersihkan diri, Lana memutuskan untuk membeli beberapa lauk dan sayur untuk ia masak pagi itu. Karena sejak semalam mereka belum makan dengan benar.

"Kamu bisa masak?"

Lana mengangguk. "Yang ini turunan papaku,"

"Ada yang bisa aku bantu?"

Lana menoleh. "Kamu bisa masak?"

Mars tersenyum kecil. "Yang ini tuntutan hidup,"

Lana tidak bisa tidak meringis. "Baru kali ini aku ketemu cowok bisa masak selain Papa. Levy aja bahkan ceplok telor bisa gosong. Paling bener cuman bikin mie instan,"

Melihat Lana yang tampak mulai mencair dan kembali bicara dengan nadanya yang biasa membuat Mars tersenyum makin lebar.

Keduanya lalu memutuskan memasak bersama. Dengan dibantu oleh Mars yang tampaknya lebih jago, masakan yang berupa ayam goreng dan tumis kangkung itu selesai lebih cepat.

"Abis makan kamu mau ngapain?"

Lana terlihat berpikir. Lalu matanya melebar ketika menemukan sebuah ide.

"Di garasi ada motornya Om Cakka. Kita bisa keliling jogja pake itu,"

Mars hanya mengangguk patuh. Setidaknya ia harus menyenangkan hati gadis itu dulu sebelum mengambil langkah selanjutnya.

---

Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Mangut Lele Mbah Marto, tempat makan legendaris yang sampai hari ini masih menjadi incaran banyak orang baik masyarakat lokal maupun pelancong kota lain.

Lana yang memang penyuka makanan dan tidak merasa keberatan dengan porsi makan yang banyak mencetuskan ide yang paling cocok adalah wisata kuliner.

Mars setuju karena hal itu lebih gampang dilakukan dibandingkan harus adventure ke banyak tempat.

Setelah mengisi perut sekenyang mungkin, keduanya lalu memutuskan untuk menghabiskan tenaga dengan wisata lavatour merapi sebelum nanti malam menjajaki gudeg jogja yang terkenal.

Dengan menyewa sebuah jeep beserta pemandunya, Lana duduk dengan nyaman di bagian belakang jeep bersama Mars. Sedangkan supir jeep tersebut ditemani satu rekannya.

Mars tidak bisa menahan senyum mendengar semua tawa dan tingkah Lana yang tampak sangat bahagia. Gadis itu tidak canggung mengobrol dan bercanda dengan pemandu mereka. Ia juga tampak sangat antusias mendengarkan semua cerita sejarah tentang setiap bencana alam yang berasal dari merapi.

"Kira-kira apa yang bikin mbah marijan gak mau ikut turun di evakuasi waktu bencana alam itu ya?"

Pertanyaan itu tiba-tiba dilontarkan Lana begitu saja. Mars dapat melihat para pemandu mereka saling tatap dengan canggung. Lalu salah satu dari mereka menjawab dengan ragu.

"Mungkin karna beliau percaya dengan apa yang ia yakini,"

Lana hanya termenung. Dari sejak kembali dari sisa-sisa rumah yang dijadikan museum itu, Lana lebih banyak diam.

"Kalo menurut saya karna dia cinta,"

Jawaban dari pemandu yang menyetir membuat Lana menoleh. Begitu juga rekan kerjanya.

"Bapak saya pernah bilang, jika kita mencintai sesuatu matipun kita gak akan takut."

Jawaban itu membuat Lana tersenyum. "Siapa yang gak takut mati?"

Pemandu itu tertawa singkat. "Saya juga takut mati, mbak."

Lana lalu tertawa kecil.

"Tapi mungkin jika level cinta yang kita punya sudah setinggi itu rasanya gak ada yang gak mungkin. Mbak pernah gak merasa bisa melakukan apa aja untuk seseorang?"

Pertanyaan itu membuat Lana kembali termenung.

"Kayak kamu pernah aja mas, ngomongnya dalem banget,"

Kelakar dari pemandu satunya mengembalikan tawa di jeep tua itu. Lana tersenyum setelahnya.

"Jadi jika kita mencintai sedalam itu kemungkinan kita tersakiti juga semakin besar?"

Pertanyaan Lana kembali membungkamkan tiga pria itu.

"Gak usah dipikirin, Na. Mungkin memang sudah seperti itu jalannya,"

Lana lalu hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Mars.

Tapi lagi-lagi kalimat yang terdengar dari pemandu itu membuatnya terdiam.

"Bisa aja bukan tersakiti, mbak. Tapi cara yang paling tepat untuknya pulang. Katanya untuk menemukan rumah yang tepat, jalan yang kita puluh justru yang paling menyakitkan namun juga yang paling hebat,"

---

Sepulang dari lavatour dan mengganti pakaian, Lana dan Mars kembali keluar rumah untuk menyambangi sebuah rumah makan yang menyediakan salah satu gudeg terbaik.

Mereka memutuskan untuk berjalan kaki malam itu di sekitar rumah karena merasa terlalu kenyang makan.

"Gak semua hal harus kamu pikirin sedalem itu, Na."

Lana meringis kecil.

"Gak kebayang gimana takutnya mereka waktu bencana alam itu,"

Tangannya lalu diraih oleh Mars dan memasukkan dalam kantung jaket yang ia gunakan untuk mengusir dingin angin malam.

"Jika itu cara Tuhan menjemput mereka, mungkin memang yang terbaik,"

Lana mengangguk kecil.

"Kamu mendadak kangen rumah ya?"

Pikirannya ditebak dengan tepat oleh Mars. Tapi Lana menggeleng pelan.

"Kamu bisa hubungi mereka, Na. Jangan terbebani oleh aku,"

Lana hanya diam. Ia tetap melangkahkan kaki dengan pelan.

"Mangut Lele udah. Gudeg juga udah. Berarti besok pagi kita makan Lupis nya Mbah Satinem."

Mars langsung menghela napas ketika Lana menyetir pembicaraan ke arah yang berbeda.

"Karna biasanya ngantri dan cepet habis. Kita jam enam udah berangkat biar kebagian,"

Cewek itu tidak menoleh sama sekali. Pegangannya pada Mars bahkan juga sudah lepas.

"Na--"

Lana menoleh lalu tersenyum seperti tidak ada yang terjadi.

"Ini pertama kali kamu ke Jogja. Jadi kamu harus coba lupis ini. Dia ada di Netflix tahu. Lee Seunggi bahkan pernah syuting bareng juga,"

Tidak ada alasan untuknya menjadi keras kepala saat ini, Mars hanya bisa menghela napas panjang lalu menyusul  gadis itu.

Tangannya lalu menggenggam jemari itu dengan lembut. Tidak erat tidak juga terlalu longgar seolah memberikan kesempatan untuk dilepas kapan saja.

---

Here we go~~

Love

--aku

From Here to Mars [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang