XXVI

1.9K 246 11
                                    

---

Setelah percintaan mereka yang panas waktu itu, Lana tidak pernah lagi mendengar Raynor menyatakan cinta. Juga tidak pernah lagi mengulang keinginannya untuk menikah.

Sudah setahun lebih sejak hari itu. Raynor sudah diterima dengan baik di keluarganya. Papa dan Mamanya tidak lagi memperlakukannya dengan dingin, bahkan Clara yang baik hati terkadang mengirimkan makanan ke apartemen ataupun ke rumah sakit untuk di santap oleh Ray.

"Hai Mama,"

Clara menoleh dan tersenyum menatap Lana yang tampak seperti zombie yang kelaparan.

"Kamu pulang jam berapa semalam?"

"Setengah tiga. Untung ini hari minggu,"

"Sendirian?"

"Ray dinas sampe pagi. Hari ini bahkan dia juga dinas lagi. Gila apa ya kerja mulu, dokter kan juga butuh istirahat,"

Gerutuan Lana membuat Clara tersenyum kecil.

"Memangnya udah berapa hari gak ketemu?"

Pertanyaan santai itu membuat Lana meradang. "Bukan hari. Tapi minggu."

"Eh?"

Lana mendengus. Ia mengangkat jemarinya dan menekuk jempol. "Udah empat minggu, Mam. Hampir sebulan aku gak ketemu dia. Kalo udah bosen mah ngomong aja, emang aku cuman pacar pajangannya dia?"

"Kamu lagi PMS?"

Pertanyaan itu membuat Lana terdiam lalu meringis kecil.

"Sakit banget perut aku, Ma. Pengen tidur aja deh seharian,"

Begitu tahu penyebab suasana hati Lana tidak baik karena apa tak pelak membuat Clara akhirnya terkekeh pelan.

"Yaudah kamu makan dulu. Abis itu istirahat sambil kompres perutnya sama air hangat. Kalo mau tidur sampe sore juga gak apa-apa. Tapi nanti malem kamu harus ikut turun, kita makan malem bareng ya. Kakakmu pulang hari ini,"

Lana mengangguk. Setelah selesai dengan banyak project di Bali, kakaknya itu ikut memutuskan untuk membangun rumah dan menetap di sana. Katanya Bali sangat menyegarkan dan membuatnya lebih tenang dibandingkan di Jakarta yang sumpek.

Tentu saja orang tuanya tidak melarang dan mendukung keputusan anak sulung mereka, asalkan Levy bersedia pulang ke Jakarta kapanpun mereka mau. Dak tidak melewatkan setiap acara keluarga yang mereka lakukan termasuk di rumah keluarga Wirajaya.

Seperti hari ini, ketika mamanya ingin makan malam bersama, Levy harus turut hadir jika tak ingin membuat papanya marah karena telah berani menolak keinginan mamanya.

"Kayaknya kita baru dinner bareng itu dua minggu yang lalu. Mama udah pengen kumpul lagi?"

Pertanyaan Lana disambut dengan alis terangkat oleh Clara.

"Memangnya mama gak boleh makan malem bareng anak-anak mama?"

Dari raut wajah dan suara, Lana tahu pilihan terbaiknya adalah mengamini dan menganggukkan kepala pada mamanya. Sebelum papa datang dan membuatnya menjadi bersalah dengan menanyakan hal yang seharusnya tidak ia tanyakan.

---

Makan malam yang dimaksud oleh Clara ternyata makan malam di sebuah restoran mewah dengan memesan banyak sekali makanan. Clara yang datang paling akhir karena harus menjemput Levy di bandara-pun tampak pias ketika matanya menemukan banyak sekali orang di sana.

Di sebelah Papanya bahkan ada Raka yang tengah memangku anak bungsunya yang berseberangan dengan Ray yang tampak tersenyum lebar menyambutnya. Cowok itu bahkan memujinya cantik tanpa suara dan kembali sibuk dengan anak kedua Raka yang kini sedang disuapi makan oleh cowok itu.

From Here to Mars [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang