XXVIII

4.7K 288 18
                                    


Warning! 21+ 🔥

---

Sinar matahari mengintip dari sela-sela jendela yang tersingkap. Pertanda bahwa hari sudah mulai beranjak siang.

Lana mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya dengan indra penglihatannya. Kepalanya sedikit pusing karena kebanyakan menangis.

Setelah semalam kembali berpakaian dengan benar, tangisnya kembali tumpah kala Ray meringkuk dan menangis pilu dalam tidurnya. Sudah lebih dari tiga hari laki-laki itu selalu menangis dalam tidurnya.

Sepanjang malam yang dilakukan Lana hanya memeluk dan menenangkan cowok itu. Membisikkan semua kalimat cinta dan berkata bahwa sesakit dan sepahitpun masa depan nantinya, mereka akan tetap memiliki satu sama lain.

"Hai,"

Lana menolehkan kepala. Ray yang sedari tadi meringkuk dalam pelukannya sudah bangun dan mengambil jarak antara mereka. Walaupun wajah bengap dan mata sembab, cowok itu tetap memberikannya kecupan selamat pagi sembari tersenyum tipis.

Tangan Lana terangkat untuk mengusap rambut dan wajah Ray dengan lembut. Senyumnya lebih lebar.

Gadis itu lalu meraih jemari Ray untuk ia kecup dan ditempelkan diwajahnya yang masih tersenyum.

"I want to marry you,"

Ray tampak kaget. Tangannya terlepas dari wajah Lana dan cowok itu langsung bangkit dari tidurnya.

Dengan kasar, ia mengusap wajahnya dan menghela napas berkali-kali. Pernyataan Lana yang tiba-tiba tentu saja mengejutkannya. Apalagi setelah apa yang baru saja ia alami.

"Kalo kamu lamar aku hanya karena kasian aku yang gak punya siapa-siapa karena mamaku baru aja meninggal, aku gak bisa. Aku gak akan--"

Lana ikut bangkit. Gadis itu mengambil tempat di hadapan Ray yang tampak kalut. Ia memegang wajah laki-laki itu dan menyelami matanya yang dalam.

"Listen to me!"

Ucapan tegas Lana mau tak mau membuat Ray menatapnya penuh tanya. Penuh luka dan penuh keraguan.

"Look!"

"Na, aku gak bisa--"

Lana langsung menggeleng tegas.

"Pertama, aku bilang mau nikah sama kamu memang dipicu oleh kejadian yang baru aja kamu alami. Aku gak akan bisa membayangkan gimana hidup kamu tanpa aku. Sebanyak aku membutuhkan kamu, sebanyak itu juga kamu butuh aku. Please, let me by your side no matter what,"

Ray menatapnya nelangsa.

"Kedua, kamu memang baru saja kehilangan satu-satunya keluarga yang kamu punya. Tapi kamu sekarang punya keluarga yang lain, honey. Ada mama papaku, ada Levy, ada Om Raka dan keluarga Sanjaya. Jika kamu keberatan dengan seluruh kebaikan mereka, kita bisa menikah untuk meresmikan bahwa mereka juga keluarga kamu,"

Mata Ray tidak bisa memanas mendengar semua penuturan Lana. Ia menundukkan kepala agar air matanya tidak jatuh dengan cepat.

"Ketiga,"Lana kembali membawa tatapan mereka bertemu. Ray bisa melihat seluruh cinta dari hazel milik Lana.

"Aku mau selamanya begini sama kamu. Aku mau setiap aku mau tidur dan bangun, ada kamu yang selalu peluk aku. Aku mau kita gak perlu berpamitan setelah bertemu. Aku mau menyerahkan semuanya sama kamu begitu juga kamu. Aku mau menjadi satu-satunya orang yang akan kamu cari dalam keadaan apapun. Aku mau menjadi satu-satunya perempuan yang kamu pikirkan dalam setiap langkah yang kamu ambil. Aku mau menjadi---"

Ucapannya tertelan ketika bibir Ray memagut miliknya. Lembut dan sedikit basah.

"Gimana bisa aku menerima hal sebanyak itu?"

From Here to Mars [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang