---
Setelah dipaksa ikut oleh Mamanya, Lana duduk dengan mata terpejam di dalam mobil.
Hari ini adalah hari minggu. Hari yang ia habiskan dengan malas-malasan seharian jika sedang tidak diganggu oleh siapapun.
Tapi papanya mendadak ada kerjaan di luar kota, Lana dipaksa untuk menemani wanita yang sudah merawatnya dengan amat sabar.
Tadi Lana sudah sempat menolak karena dirinya memang semalas itu, tapi dengan banyak iming-iming dari Levy dan 'semacam' ancaman dari Wira, Lana berusaha membulatkan tekad untuk menemani mamanya hari ini.
"Kamu nanti pasti happy kok. Banyak kegiatan yang bisa kamu lihat. Kan sekalian jadi fotografer, Na."
Nah ini salah satu alasan yang membuat Lana menolak. Dirinya memang tidak pintar mengambil gambar, tapi ia masih tahu tekniknya walaupun sedikit akibat kelamaan menemani Joshua.
Karena Joshua juga ada project, cowok itu menolak permintaan mamanya dan malah menumbalkan Lana dengan mengatakan bahwa hasil foto Lana juga tidak kalah bagus.
Mamanya tentu sangat sumringah. Alhasil permintaan mamanya makin tak bisa ia tolak.
"Sampe jam berapa sih acaranya?"
Clara menoleh. Tangannya lalu merapikan rambut Lana.
"Sini mama kuncirin,"
Lana menggeser tubuhnya agar Clara dapat mengikat rambutnya dengan baik.
"Sampe jam lima aja. Hari ini ada beberapa anak baru juga di panti. Keluarga mereka gak sanggup membiayai pengobatan, jadinya di titip sama kita."
"Jadi bukan cuman farewell party?"
Clara tersenyum kecil. "Setiap anak itu istimewa, sayang. Kita melepas mereka dari panti bukan karna kita sudah gak peduli tapi karena mereka bisa lebih baik dan berkembang di tempat lain. Beberapa anak ini sudah dapat sekolah dan mampu membiayai mereka hingga lulus. Sekolahnya juga punya reputasi baik,"
Setelah rambutnya diikat, Lana menoleh lalu menatap Clara yang kini juga menatapnya dengan lembut.
"Kenapa mama lakuin ini?"
Clara mengusap pipi anak gadisnya dengan lembut.
"Setiap anak tidak bisa memilih dari orang tua mana mereka terlahir. Tapi setiap orang tua punya seribu pilihan untuk mengusahakan yang paling baik untuk anak mereka. Bukan hanya kakak dan kamu, mereka juga anak-anak mama."
Ucapan itu sedikit menyentil Lana. Ia tahu apa yang sudah dialami mamanya sejak masih belia.
"Kalo mama tanya, kenapa kamu mau membantu orang-orang yang jadi korban kejahatan orang lain. Kamu jawab apa?"
Pertanyaan itu kadang masih membuatnya bingung.
Tangan Clara lalu menyentuh dadanya pelan.
"Karena cinta. Dari sini asalnya."
---
Benar kata mamanya, hati Lana langsung penuh dan hangat ketika berada di sana.
Beberapa anak berlarian sembari tertawa riang, beberapa juga tampak duduk di kursi roda namun wajah mereka juga bersinar cerah.
Di bawah sebuah pohon berkumpul delapan hingga sepuluh anak mengitari seorang perempuan yang tampak seperti dokter muda.
Lana mendekat untuk mengambil momen itu. Ternyata sang dokter sedang menceritakan sebuah dongeng tentang anak kancil yang ditangkap seorang petani karena ketahuan mencuri mentimun.

KAMU SEDANG MEMBACA
From Here to Mars [FIN]
Roman d'amourPunya orang tua yang saling mencintai. Punya saudara yang paling bisa memahami. Punya sahabat yang selalu menjadi tempat berbagi. Hidup Lana sangat bahagia. Tidak pernah merasa kurang satu apapun. Tidak kasih kasih sayang, tidak perhatian, tidak ju...