XII

1.6K 242 12
                                    

Siap-siap! Aku akan update ngebut cerita ini🙃

---

Malam sudah semakin larut. Lana sudah berbaring di atas selimut baru sedangkan cowok yang ia 'selamatkan' duduk di lantai beralaskan selimut lama.

"Mars?"

Cowok itu menoleh.

"Kancil apa kabar?"

Senyum lalu terbit dari bibirnya. Cowok memutar tubuh dan menaruh dagunya di atas kasur.

"Kenapa?"

Lana menggigit bibirnya. "Aku penasaran gimana hidupnya kancil. Apa dia bahagia?"

Cowok itu berdiri lalu naik ke atas kasur dan setengah berbaring di samping Lana.

"Sepertinya kata bahagia terlalu muluk untuk hidupnya. Bisa bertahan dan ibunya tetap hidup sudah cukup bagi kancil,"

Lana mendekat. Ia merebahkan tubuh pada laki-laki asing untuk pertama kalinya.

"Kamu tahu namaku dari mana?"

Cowok itu tersenyum. Tangannya menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik itu.

"Dari barang-barang yang ada di gudang."

"Kalo ternyata itu bukan namaku?"

"Feeling?"

Lana tersenyum kecil. Tangannya menyentuh bekas luka pada tulang selangka cowok itu.

"Ini--sakit?"

Cowok itu tercekat. Lana lalu mendongak dan menatap mata biru itu penuh sesal. Setelah menelan ludah berkali-kali, ia berbisik pelan dan terdengar ketakutan.

"Sakit, Na. Sakit banget."

Air mata langsung jatuh diujung matanya. Lana mendekat untuk mengusap butiran itu.

"Aku gak tahu gimana nyembuhinnya, tapi tiap aku sakit dan nangis papa akan cium dan peluk aku semalaman."

Tubuhnya semakin dekat dan memeluknya makin erat. Tubuh cowok itu akhirnya berubah rileks dan balas memeluk tubuh mungil itu.

Tangannya yang kuat dengan mudah membawa tubuh Lana menindihnya hingga mereka semakin menempal erat.

Hatinya menghangat. Seumur hidup tidak pernah ada yang memperlakukannya seperti ini. Tidak ada yang memeluk dan menanyakan apakah ia bahagia. Tidak ada yang mencium dan menanyakan kesakitannya.

Lana yang pertama kali.

"Lana Wirajaya,"

"Ya?"

"Namaku Lana Wirajaya."

Cowok itu tersenyum. "Lana."

---

"Aku masih sangat kecil waktu itu. Belum mengerti kenapa papa mati dan meninggalkan banyak hutang. Aku juga tidak mengenal siapapun dari keluarga papa ataupun Mama. Sejak itu aku hanya tinggal berdua mama."

"Tiap pagi aku selalu melihat laki-laki yang berbeda keluar dari kamar mama. Aku masih gak tahu kalau mama menjual diri untuk menghidupi kami dan melunasi hutang Papa. Sampai suatu hari ada laki-laki yang sepertinya memiliki hubungan khusus sama mama. Mereka akhirnya menikah. Aku bisa kembali sekolah. Hutang papa di bayar lunas."

Lana menoleh dan menemukan wajah Mars yang tampak pias.

"Saat itu kami gak tahu kalau baru saja masuk ke sarang buaya. Gak ada yang gratis dari sebuah pertolongan. Mama mulai sadar bahwa semua ini salah, dia berkali-kali mencoba kabur dan berujung dipukuli. Aku juga berkali-kali melakukan hal yang sama. Sampai akhirnya mama mulai kehilangan kewarasan dan butuh bantuan medis."

From Here to Mars [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang