---
"No!"
Clara menatap anak bungsunya dengan kaget. Wira yang sedang minum kopinya menoleh dengan kaget. Ia menaruh gelasnya lalu menatap Lana dengan tegas.
"How dare you! She's your mom!"
Lana langsung menciut. Sedangkan Clara langsung mendekat untuk mengelus kepalanya penuh sayang.
"I'm sorry, baby. Mama keterlaluan,"
Wira menutup iPad dihadapannya dan menatap Lana yang kini menunduk dalam.
"Kalo kamu gak mau melanjutkan kuliah. Berhenti. Papa sama Mama gak pernah memaksa kamu melakukan apapun. Yang barusan dibilang mamamu itu karna dia mau anaknya gak merasa rendah diri seperti ini. Kamu pikir papa bahagia melihat kamu tersesat begini? Kamu kira mama senang dengan sikap labilmu ini?"
Lana menggeleng pelan. Jika papamu sudah marah, kesalahannya hanya satu. Berkata tidak pantas pada mamanya.
"Jangan sekali-kali kamu berkata gak pantas sama mama. Kamu tahu apa yang sudah mama korbankan untuk keluarga kita?"
"Mas--"
Clara segera melangkah menuju suaminya. Ia merapikan dasi dan rambut Wira yang jatuh ke dahi pria paruh baya itu.
"Enough. She's your princess."
Amarah Wira mereda. Ia bangkit lalu mengecup istrinya sebelum menghampiri Lana yang masih menunduk. Pria itu lalu berlutut di hadapan gadisnya itu.
"I'm sorry."
Lana menggeleng pelan. Wajahnya sudah memerah menahan perasaan. Seperti Clara, Wira paham sekali bahwa Lana terkadang susah menyampaikan perasaan dan pikirannya. Tapi juga seperti Clara, anak perempuannya itu keras kepala, ambisius dan kuat seperti mamanya.
"It's okay to not be okay, sweetheart. Kalo Lana mau cuti kuliah dulu gak apa-apa. Kalo Lana juga gak mau ubah gudang jadi studio juga gak apa-apa. Mama tadi hanya menawarkan kemungkinan-kemungkinan yang bisa Lana lakuin tanpa harus berlarut-larut seperti ini. Atau Lana cuman mau dirumah tanpa lakuin apa-apa?"
Kepalanya mengangguk pelan. Wira meraih wajah anak gadisnya itu dan mengecup dahinya dengan lembut sebelum memeluknya erat.
"Cuman itu yang perlu Lana lakukan. Kasih tau mama sama papa apa yang Lana mau, okay?"
Clara mendekat untuk mengelus kepala anak gadisnya itu. Karena sifat mereka yang sama, terkadang ia kesusahan untuk berkomunikasi dengan Lana. Maka kadang ia terdengar memaksakan kehendak pada anaknya itu padahal tidak bermaksud demikian.
"Maafin mama ya, nak,"
---
Sepeninggal Wira bekerja, Lana masih menunggui Clara yang sedang membuat cookies. Kegemaran wanita itu sejak menikah--menurut cerita ayahnya tentu saja.
"Kamu mau liatin mama aja atau mau bantu?"
"Liatin aja. Aku nanti bantu nilai enak atau gak,"
Clara tersenyum kecil.
"Kamu itu cuman tau makanan enak sama enak banget doang, dek. Gimana bisa nilai coba?"
Lana langsung cemberut.
"Soal yang tadi--"
Mamanya langsung menggeleng. "Kamu gak berniat begitu. Mama juga,"
Enaknya berbicara dengan Clara adalah ini. Ia tidak perlu menyampaikan banyak hal tapi mamanya selalu tahu niatnya. Clara selalu tepat menilai semua perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Here to Mars [FIN]
RomancePunya orang tua yang saling mencintai. Punya saudara yang paling bisa memahami. Punya sahabat yang selalu menjadi tempat berbagi. Hidup Lana sangat bahagia. Tidak pernah merasa kurang satu apapun. Tidak kasih kasih sayang, tidak perhatian, tidak ju...