Untuk pertama kalinya aku nulis dari sudut pandang lead female hehe semoga ga aneh.
---
"Kan gue bilang gak mau. Lagian lo maksa banget sih!"
Sabda langsung merengut lucu. Tangannya ia topangkan diatas dagu dan menatap Lana dengan tatapan penuh harap.
"Cuman lo satu-satunya yang bisa membantu gue keluar dari lobang hitam ini, Na. Bayangin kalo sahabat lo satu-satunya ini terjebak selamanya di rumah yang sunyi sepi dan tidak berpenghuni itu. Lo gak kasian sama gue?"
Lana menghela napas panjang. Tangannya meraih gelas yang berisi jus jeruk dan menyeruputnya lelah.
"Lo kalo mau kabur ya kabur aja sih. Kenapa jadi nyusahin gue gini?"
Sabda kembali merengut. Tangannya kini bahkan sudah meraih jemari kiri milik Lana dan mengecupnya berkali-kali.
"Coba bayangin kalo gue punya apartemen sendiri. Lo juga bisa nginep disana tanpa ada yang recokin kita, Na. Lo bakalan terbebas dari Levy yang overprotektif itu. Lo juga gak akan digangguin sama Daniel lagi. Bayangkan, Lana."
Lana mengigit sedotan di mulutnya. Pertanda bahwa ia sedang berpikir saat ini.
"Tapi bentar lagi kita udah skripsi. Lo yakin?"
Sabda mengangguk penuh hikmat. "Kita pasti butuh tempat yang lebih sepi dan bebas dari gangguan kan?"
Rayuan itu hampir saja diiyakan oleh Lana ketika tahu-tahu sebuah tangan menepuk bahu Sabda dari belakang.
"Bilang aja kamu mau kabur dari Papi kamu kan?"
Sabda menoleh lalu tersenyum lebar.
"Jangan mau diakal-akalin Sabda, dek. Dia mau apartemen sendiri biar bebas bawa masuk cewek aja,"
Lana langsung menatapnya jijik. Dengan cepat gadis itu mengusap-usap punggung tangannya yang tadi diciumi oleh Sabda.
"Ewh! Jauh-jauh lo cowok blangsak!"
Sabda langsung menjatuhkan kepala di atas meja. Lana padahal bisa saja memihak padanya jika Levy tidak tiba-tiba muncul dan menghancurkan semua rencananya.
"Emangnya Mas Levy gak punya apartemen sendiri?"
Levy mengetuk jari telunjuknya pada dahi Sabda yang langsung dibalas cowok itu dengan cibiran.
"Aku punya waktu aku udah lulus kuliah. Bukan malah mau skripsi gini. Ngapain buang-buang duit?"
Lana menatap Levy sesaat sebelum akhirnya menatap Sabda dengan tajam.
"Paling lo juga buat nongkrong sama temen-temen blangsak lo kan?!"
Sabda terkekeh. "Temen-temen gue gak blangsak, cantik. Emang pesona kita aja yang kemana-mana makanya cewek-cewek pada nempel."
Levy langsung terkekeh. "Semangat perjuangan!"
Keduanya lalu melakukan tos yang kini tampak menyebalkan dimata Lana.
"Cowok gak ada yang bener emang,"
Keduanya bertatapan sebelum akhirnya tertawa bersamaan.
"Lo jomblo seumur hidup gini gimana bisa ngomong kalo cowok gak ada yang bener,"ledekan Sabda langsung disambut Levy dengan tawa. Lana yang sudah selesai makan langsung berdiri untuk membersihkan sisa makanannya sebelum menjauh dari sana.
"Yang bikin aku gak punya pacar siapa? Kalian!"
-----
Sabda yang berkuliah di fakultas teknik seharian ini terlihat menempeli Lana seperti perangko. Karena bujukannya beberapa hari yang lalu mental dan tidak berjalan seperti yang diinginkan, cowok itu secara konsisten memperlakukan Lana seperti ratu hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Here to Mars [FIN]
RomancePunya orang tua yang saling mencintai. Punya saudara yang paling bisa memahami. Punya sahabat yang selalu menjadi tempat berbagi. Hidup Lana sangat bahagia. Tidak pernah merasa kurang satu apapun. Tidak kasih kasih sayang, tidak perhatian, tidak ju...