XXVII

2K 245 4
                                    

Warning. 21+

---

"Please... Mars..."

Wajah Lana yang memerah nampak sangat seksi di mata Ray yang membuat laki-laki itu semakin bersemangat.

Semua suara yang meluncur dari mulut Lana menjadi musik favoritnya. Apalagi ketika mata mereka bertemu lantas memancarkan perasaan yang sama.

"Come with me, baby. Hold on..."

Lana mengerang. Ray meraih tubuh mungil itu sebelum akhirnya mereka meledak bersamaan dengan dada penuh perasaan.

Raynor yang ambruk diatas Lana menggulingkan tubuh hingga kini gadis itulah yang berada diatasnya. Jemarinya mengusap seluruh tubuh Lana dengan lembut membuat kekasihnya kembali mengerang pelan.

"Thank you, honey. You're amazing,"

Kecupan Ray menyapa puncak kepalanya dan cowok itu menarik selimut dengan kaki untuk menutup tubuh mereka tanpa berniat merubah posisi yang teramat intim itu.

Lana menggesekkan hidungnya pada dada Ray sebelum memberikan sebuah ciuman dengan lembut. Lalu menempatkan kepalanya dengan nyaman.

"Are you sleepy?"

Pertanyaan Ray dijawab dengan anggukan pelan membuat cowok itu tersenyum.

"Aku minta maaf karena sibuk sekali belakangan ini. Banyak operasi yang harus aku tangani dan beberapa dokter koas yang perlu aku bantu untuk pendidikan mereka. Aku bukannya gak mau ketemu kamu, tapi aku hanya takut mengacaukan fokus kalo aku mencuri waktu buat ketemu sama kamu,"

Lana berdecak pelan. "Jadi aku memang gak ada di dalam prioritas kamu?"

Ray terkekeh. Tangannya mengusap punggung telanjang kekasihnya.

"You're always my number one, Lana. Gak akan pernah keganti sama siapapun."

Gadis itu hanya kembali berdecak.

"Tiga hari yang lalu, aku dikabari bahwa laki-laki itu meninggal dunia."

Informasi itu langsung membuat Lana mengangkat kepala. Matanya menemukan mata Ray yang tampak lega namun sendu disaat yang bersamaan. Tangannya terangkat untuk mengelus wajah laki-laki itu.

"Are you okay?"

Ray menggeleng pelan. "Mamaku kondisinya juga tidak jauh berbeda. Dokter bilang mama mengalami kematian otak. Aku--"

Lana mendekat untuk mengecup pipi kekasihnya. Ia menggeser tubuh dari atas Ray dan beralih memeluk laki-laki itu.

"Babe, you--I--"

Laki-laki itu melingkarkan tangan ditubuh Lana lalu menyurukkan wajahnya pada pelukan perempuan itu.

"Aku tahu keputusan terbaikku adalah melepasnya pergi. Sangat egois sekali menahan seseorang yang sudah tidak lagi menginginkan dunia ini sebagai tempat untuk ditinggali. But, I-I just can't. I know I'm selfish, she--"

Lana tidak mengucapkan apa-apa. Yang ia lakukan hanya semakin memeluk Ray yang kini terdiam dan balik memeluknya erat. Teramat erat hingga terasa menyakitkan.

Lana tahu bahwa laki-laki ini tidak baik-baik saja.

---

"She's gone..."

Tubuh Lana membeku mendengar bisikan itu dari ponsel yang menempel di telinga kirinya.

Dunia seakan runtuh saat itu hingga Lana jatuh terduduk di anak tangga terakhir. Gelas yang ia pegang meluncur dan menabrak lantai sebelum hancur berkeping-keping.

From Here to Mars [FIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang