✨Special Part✨

326 17 0
                                    

^_^

Setelah hubungan Lia dan Fahrian berakhir. Seminggu kemudian, Abrisam menelepon Lia. Sebenarnya Lia juga sedikit tak nyaman, karena ia memang berencana untuk move on dari Abrisam. Tapi, walau bagaimana pun Abrisam 'kan tak tahu akan perasaannya dan setidaknya ia menghargai Abrisam, sebagai teman masa kecilnya.

Telepon itu singkat saja. Abrisam meminta Lia untuk datang ke sebuah Cafe. Katanya ada yang ingin dibicarakan.

Lia membuka pintu Cafe dan matanya langsung tertuju pada Abrisam yang duduk di kursi paling pojok, laki-laki itu melambaikan tangan tak lupa dengan senyum khasnya yang sedikit menggoyahkan hati Lia.

Lia duduk, senyum cerah Abrisam masih tak juga sirna. Laki-laki itu hendak memegang tangan Lia yang ada di meja. Namun, Lia lebih dulu menarik tangannya. Menunjukkan ketidaknyamanan. "Ada urusan apa, Kak?"

Abrisam terdiam. "Lo kenapa?"

"Maaf, Kak tapi sebaiknya kakak cepet bilang. Aku udah mulai sibuk buat persiapan kuliah," alibi Lia. Pandangannya mengedar ke sekitar yang penting tak lama-lama menatap wajah Abrisam.

Abrisam meremas tangannya. "Gue ada salah sama lo?"

Helaan napas lelah terembus dari bibir Lia. "Gak Kak."

"Terus kenapa lo dingin gini? Seakan-akan lo ngehindarin gue, Li." Abrisam berusaha meraih tangan Lia, tapi perempuan berhijab tosca itu dengan gesit menyembunyikan tangannya.

"Kakak tahu arti dari menjaga batasan?" tanya Lia dengan sorot mata dingin.

Abrisam diam.

"Kita berdua udah dewasa, Kak. Dan harusnya kakak tahu apa maksud dari 'batasan' yang aku bilang. Meskipun aku tahu kita udah gak seiman lagi." Ada kekecewaan dan sakit yang berusaha disembunyikan. Sakit mengetahui fakta bahwa Abrisam ternyata memilih untuk pindah keyakinan karena perempuan yang dinikahinya itu.

Abrisam menghela napas. "Lo masih kecewa dengan keputusan gue menikah dengan Janet? Oh, ayolah Li lo gak bisa kekanak-kanakan gini."

Lia berdiri, dengan perasaan lelah. "Kakak udah tahu perasaan aku, ya. Baguslah, karena itulah yang menjadi alasan kenapa aku mau menghindar dari kakak." Lia menutup matanya sejenak mendadak kepalanya pusing. "Aku cukup tahu diri untuk gak maksa kakak, karena perasaan ini hanya sepihak. Lagi pula kita udah berbeda keyakinan. Gak mungkin aku mengkhianati keyakinan aku hanya karena alasan cinta."

"Lo harus datang saat acara kelahiran anak gue."

Senyum Lia mengembang. "Kayaknya aku bisa nolak. Aku sibuk Kak."

Lia berbalik pergi, tapi tangan Abrisam lebih dulu mencekal pergelangan tangan Lia. Dengan kesal, Lia menyentak tangan Abrisam kasar. Sorot matanya menunjukkan kecewa. "Ingat batasan Kak!" Suara Lia meninggi.

Lia buru-buru berlari keluar dari Cafe sebelum Abrisam mencegahnya lagi.

_______

Lia berhenti di depan gerbang rumahnya. Ia berbalik menatap gerbang rumah seberang. Sudah sepekan Lia tak pernah melihat Fahrian. Kemana dia? Bahkan untuk menanyakan kabar kepada ibunya atau kepada Bu Mirna pun Lia tak berani.

Lia menutup matanya sebentar, kemudian mengembuskan napas lelah. Matanya kembali terbuka dan refleks tubuhnya termundur ke belakang begitu melihat Fahrian yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Apa ini mimpi?

"Kamu ...."

Tangan Fahrian terulur, memberikan sebuah plastik hitam. Entah apa isinya. Lia menerimanya.

"Dari mama gue."

"Sebentar Fahrian," cegah Lia.

Fahrian berbalik. Melihat dari raut wajahnya saja, Lia sudah tahu Fahrian enggan berbicara lama-lama dengannya.

"Ngomong aja di sini," kata Fahrian.

"Aku minta maaf soal perkataan waktu itu."

Fahrian hanya mengangguk.

Melihat respons Fahrian yang kelewat singkat membuat Lia semakin merasa bersalah. Ia mengira Fahrian pasti sangat membencinya sekarang. Karena saat itu ia dengan teganya melontarkan kata-kata menyakitkan. Lia tertunduk, memaklumi jika Fahrian memang membencinya. Toh, itu memang kesalahannya.

"Gue berusaha buat lupain. Tapi, nyatanya setiap gue ketemu lo, semua kata-kata itu keinget lagi." Fahrian menatap Lia yang sibuk meremas roknya sendiri. "Seharusnya emang gue jangan pernah nunjukkin muka lagi hadapan lo. Tapi, sialnya sekarang gue terpaksa harus ketemu sama lo."

Fahrian merasakan rintik hujan menyentuh kulitnya. Laki-laki itu menatap Lia yang masih terdiam. Entah memikirkan apa. "Masuk sana. Jangan ngedrama di tengah hujan, ini kenyataan buka drama. Kalau sakit lo sendiri yang repot."

Lia mengangguk. Lantas bergegas masuk.

Bertepatan dengan kaki Lia menapak teras rumah, hujan deras langsung mengguyur. Awalnya Lia hendak masuk, tapi berbalik lagi dan menyadari kalau Fahrian masih belum masuk ke rumahnya.

Meski ragu, akhirnya Lia berinisiatif untuk mengambil payung untuknya dan satunya lagi untuk Fahrian. Ia terburu-buru menghampiri Fahrian. Begitu sampai, Fahrian langsung menoleh. "Kenapa lo balik lagi?"

Lia menyodorkan payung. "Kalau gak bisa masuk rumah, kamu bisa ke rumahku dulu."

Lia tak menunggu Fahrian. Perempuan itu bergegas pergi dan segera masuk ke rumahnya. Meninggalkan Fahrian yang masih terdiam di bawah guyuran hujan.

"Gue udah basah kuyup gini ngapain pake payung!" kesal Fahrian lantas membanting payung yang diberikan Lia ke sembarang arah.

Lia yang melihat dari jendela kamarnya hanya bisa menghela napas pelan. "Kayaknya keputusan aku salah."

____

29/04/2022

Oke guys segitu aja special part-nya. Jangan kecewa sama ending dan spesial part ini. Karena emang nyatanya kisah cinta Fahrian dan Lia emang gini, gak bisa dipaksain.

Kelanjutan hubungan mereka bakalan berlanjut di Sorry and Thanks season 2. Di sana happy ending. 

Thanks buat yang udah dukung. See you 🤗

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang