16. (Malu)

194 21 5
                                    


Selamat membaca 💙

^_^


Tak terasa acara ultah sekolah tinggal menunggu beberapa jam lagi. Sore ini Lia sedang menyiapkan kostumnya dan beberapa keperluan lain. Setelah siap ia duduk di kursi depan rumah menatap lurus rumah sebrang.

Tak ada yang menarik menurutnya, tapi begitu Lia akan mengalihkan pandangan tiba-tiba gerbang tinggi hitam rumah sebrang sana terbuka. Keluarlah Fahrian dengan motornya. Dan hanya sekilas ia melihatnya sebelum Fahrian melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Lia menghela nafas. Sambil memainkan ponsel tiba-tiba ia teringat dengan pertanyaan Fahrian dua hari lalu. Apa maksudnya? Iya sih hal itu pasti terdengar biasa saja. Seperti pertanyaan yang wajar diajukan. Tapi, anehnya entah kenapa ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya. Ada apa sebenarnya?

"Lia!"

"Ya, Bu!"

"Bantuin ibu!"

"Oke."

___

Sekitar pukul 20.00 Lia dan Dea sampai di sekolah. Di lapangan utama sudah berkumpul banyak orang, bahkan acaranya sedang berlangsung. Semakin dekat Lia dan Dea melangkah ke lapangan utama suara alunan musik semakin terdengar jelas. Kebanyakan lagu yang diputar adalah hasil rekomendasi dari beberapa anak yang ingin mengajukan lagu.

Lia dan Dea duduk di salah satu kursi di barisan kedua. Dea sibuk merapikan kostum kucingnya sedangkan Lia memilih mengaca lewat ponsel. Melihat apakah kostum kelincinya cocok atau tidak.

Jantung Lia nyaris copot dari tempatnya begitu mendengar suara gitar listrik dibunyikan keras. Ia  mengusap dada pelan, hampir saja. Diliriknya sebentar ke arah panggung, ada sekelompok anak band yang sedang mencoba alatnya masing-masing.

Tapi, gak sampai ngagetin juga 'kan.

Rasa kesal, jelas membuat suasana hati Lia buruk. Ia beranjak dari tempat duduk. Menepuk bahu Dea dua kali. "Aku ke toilet dulu."

"Oke," jawab Dea singkat.

Di koridor menuju toilet kelas X, karena kebetulan toilet itulah yang paling dekat dengan lapangan utama, Lia sempat berpapasan dengan Fahrian dan dua orang temannya. Tapi, hanya sekedar berpapasan tanpa adanya kontak mata atau pun sapaan.

Di toilet, Lia melepas sepatu kelinci dan menaruhnya di luar toilet. Tangannya  meraup air yang keluar dari keran. Membasuhnya hingga suasana hatinya sedikit lega. Mendadak ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Seperti akan terjadi sesuatu.

Lia melirik jam di ponsel. Rupanya sudah lima belas menitan lebih ia meninggalkan lapangan. Dea pasti khawatir. Lia buru-buru memasang sepatu kelincinya lantas berjalan cepat menuju lapangan utama.

Sampai di lapangan utama di tengah-tengah sana ada salah seorang laki-laki dengan kostum beruang. Lia tak bisa melihat jelas karena dia membelakanginya. Sampai akhirnya laki-laki di tengah lapangan itu mendekatkan micnya ke bibir, supaya terdengar jelas.

"Sudah tahu 'kan aturannya, jadi kali ini kita akan bermain games. Setiap lagu berhenti kalian buru-buru cari pasangan, sesuai dengan ucapan saya. Ingat!"

Semuanya mengangguk paham. Lia pun ikut-ikutan sajalah. Ia mengedarkan  pandangan sekali lagi, tapi tetap tak menemukan sosok Dea. Ah, mungkin saja dia ada di sini tapi posisinya saja yang berbeda.

"Oke, MULAI!!"

Semua anak ikut menikmati lagu yang diputar sambil berjalan melingkar. Terkecuali anak OSIS yang tidak mengikuti games ini. Tapi, kalau pun mau dibolehkan saja sih.

Awal pertama tak ada yang kena. Sampai lagu kedua diputar dan diperintahkan untuk membentuk kelompok empat orang, Lia tak kebagian. Saat itu pun ia  disuruh maju.

Meski enggan akhirnya Lia maju dengan langkah berat. Dan sampailah di tengah lapangan. Berdiri di samping Fahrian. Hah, rasanya Lia ingin cepat games ini berakhir. Lalu pulang ke rumah.

Permainan selesai dan yang maju hanya tiga orang. Dua perempuan dan satu laki-laki. Lia sempat melirik ke arah perempuan dengan kostum kura-kura di sampingnya. Sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangan lagi.

"Jadi, teman kalian yang tidak mendapat pasangan ini akan mendapatkan hukuman sesuai dengan ...."

Lia tak mendengarkan dengan jelas kelanjutan dari apa yang Fahrian ucapkan. Ia hanya merasa kurang nyaman dengan sepatu kelinci yang dikenakannya. Sempat terpikir untuk  memeriksa sebentar, tapi sayangnya hal itu terhenti ketika Fahrian  menyodorkan sebuah kertas kepadanya.

"Kertas yang kalian pegang adalah hukumannya, silahkan lakukan sekarang juga!"

Bola mata Lia melebar begitu membuka lipatan kertas yang digenggamnya. Isinya sungguh mengejutkan. 'lari bolak balik sebanyak tiga kali, jarak pendek'

Lia menghela nafas penat, karena tidak ada yang aneh dengan hukumannya. Jadilah ia segera melaksanakan hukuman itu dengan santai, tapi masih ada yang mengganjal. Entah kenapa kakinya seperti lengket. Tapi, kekhawatiran itu coba ia tepis, Lia hanya ingin hukuman ini berakhir.

Dan tepat diputaran terakhir. Mendadak fokus Lia hilang, tapi ia  masih tetap berlari karena tinggal sebentar lagi permainan ini berakhir. Sayangnya diputaran terakhir ini tak berjalan dengan mulus. Karena kehilangan fokus alhasil kaki kiri Lia tak sengaja tersandung kaki kanan yang berada di depan.

Lia terjatuh, badannya terasa sakit. Terlebih lagi setelah itu kebanyakan orang di lapangan menertawakan peristiwa ini.

Lia berdiri dengan kekesalan penuh. Belum sempat ia keluar dari area lapangan. Tiba-tiba salah seorang di antara kerumunan itu menjulurkan kakinya dan hasilnya Lia tersandung lagi. Jatuh dengan perasaan malu yang tak dapat digambarkan lagi.

Dalam sekejap emosi Lia mendadak naik. Ia menyibak kerumunan itu kasar dan berlari menuju gerbang depan. Yang ia inginkan hanyalah sebuah hiburan sebentar, bersenang-senang dengan teman. Tapi, sialnya malam ini harus jadi malam terburuk yang ia alami. Untuk yang kesekian kalinya Lia merasakan malu luar biasa.

"Lia!"

Dari belakang Lia melihat Dea berlari berusaha menggapai tangannya. Tapi, Lia menghindar. "Aku pulang," putus Lia cepat.

"Tapi ...."

"Aku duluan, De."

Sekilas sebelum benar-benar berbalik dan pergi, Lia melihat air muka Dea yang tampak merasa bersalah. Entah, mungkin karena merasa bersalah sudah meninggalkan Lia sendiri.

^_^

Kamis, 15 Oktober 2020
Revisi : 25/04/2022

See you next part 😎

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang