14. (Luka Terpendam)

239 24 2
                                    


Selamat membaca 💙

^_^


"Yan, lo suka baca novel? Gak nyangka gue." Suara cempreng khas Anggi membuat Fahrian terperanjat kaget. Cewek itu mendekati nakas dan mengambil sebuah buku yang berada diatas nakas.

Tanpa menjawab Fahrian melangkah mendekati Anggi, lalu merebut buku digenggaman cewek itu dengan cepat. Dan hal itu pun membuat Anggi cemberut.

"Sana keluar!" usir Fahrian sadis, seraya mendorong punggung Anggi keluar kamar.

"Lo ngusir, Yan?" tanya Anggi sembari menengok ke belakang, masih dengan posisi Fahrian yang terus mendorong punggungnya.

Dengan emosi yang berusaha disembunyikan, Fahrian mendorong Anggi keras hingga cewek itu keluar kamar dan dahinya nyaris menghantam tembok. Beruntungnya Anggi bisa menahan dengan kedua telapak tangannya.

Sebelum Anggi berusaha masuk ke kamarnya lagi, Fahrian membanting pintu keras bertepatan dengan Anggi yang melangkah mendekati pintu. Alhasil Anggi yang mendapat perlakuan tersebut hanya mampu mengumpat. Setelahnya Anggi memilih pergi dengan menghentak-hentakkan kaki kesal.

Setelah tak lagi mendengar suara Anggi, Fahrian duduk di tepi kasur, tangannya terulur mengambil buku tebal yang tadi di pegang Anggi. Keningnya mengernyit heran. Fahrian tidak pernah meminjam atau punya novel. Lantas buku ini milik siapa?

Saat itu pun ingatan Fahrian kembali mereka ulang kejadian saat dirinya pulang bersama Lia naik bus. Yah, cewek itulah yang memberikan buku ini pada Fahrian.

Kisah menginspirasi. Itulah judul bukunya.

Fahrian membaringkan tubuhnya di kasur dengan posisi kaki yang masih menggantung pada sisi ranjang. Kepalanya mendongak menatap langit-langit kamar. Setelahnya melempar asal buku yang berada digenggamanmya ke sisi kasur. "Gue balikin atau buang, yah. Males gue baca gituan."

Fahrian kembali mendudukkan dirinya. Mengambil buku yang dilemparnya ke sisi kasur. Lantas membalikkan buku, membaca blurb ceritanya. Usai membaca cerita tersebut perasaan Fahrian mendadak panas. Mendadak ia merasa buku ini menyindirnya.

Namun pada akhirnya Fahrian membuka lembaran pertama buku tersebut. Namun suara ketukan tak sabaran dari balik pintu kamarnya mengganggu konsentrasi membaca Fahrian. Fahrian menyahut dengan nada tak santai. "Apa?!"

"Makan malam Yan! Keluar lo!"

Meskipun sebenarnya malas, namun pada akhirnya Fahrian menuruti ucapan Anggi. Bukan karena Anggi, lebih tepatnya karena Mama-nya.

Di meja makan kali ini sedikit berbeda, karena ketidakhadiran orang tua Anggi. Hanya ada Fahrian, Bu Mirna dan Anggi. Meski begitu, Fahrian merasa mamanya dan Anggi sudah akrab. Dilihat dari cara mereka mengobrol sampai bercanda. Dan di sini Fahrian dicuekin. Selesai makan, ia langsung ke kamar.

Fahrian melanjutkan membaca begitu sampai kamar. Awal cerita emang keliatan biasa saja. Semacam cerita tentang keluarga yang harmonis. Fahrian  jadi teringat suasana keluarganya dulu. Sebelum mama dan papanya  bercerai. Sejenak ada sesak yang menjalar di dadanya, ketika mengingat kembali keharmonisan keluarganya dulu.

Tanpa sadar Fahrian  terus membaca buku tersebut. Saking asyiknya, ia sampai menghayati isi ceritanya. Bahkan, suara gedoran pintu disertai suara cempreng Anggi tak  dihiraukan. Yang Fahrian mau cuma fokus pada ceritanya. Entah kenapa ceritanya membuat  sesak sekaligus membuat luka lamanya kembali menganga. Dengan emosi Fahrian lempar buku itu ke pojok ruangan.

Emosinya tak bisa dikontrol lagi begitu membaca sampai dikonfliknya. Tentang perceraian. Fahrian benci kata itu. Dan ia bertekad tak mau lagi membaca  buku itu.

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang