17. (Makan Malam Keluarga)

205 23 4
                                    


Selamat membaca 💙

^_^

Acara ultah sekolah kemarin berjalan lancar dan masalah kendala sudah beres. Ditambah dengan kejadian yang sedikit menghibur menurut Fahrian. Jujur saja ia merasa lucu sekaligus kasihan melihat betapa malunya Lia saat jatuh di tengah lapangan utama untuk yang kedua kalinya.

Jam pelajaran keempat Fahrian izin tidak masuk, dikarenakan tugas OSIS. Apalagi beberapa minggu ke depan akan ada acara lagi. Meski kepalanya terasa mau meledak karena tugas OSIS yang dibilang tak sedikit. Namun, Fahrian berusaha terbiasa dengan semua itu. Resiko memang harus ia tanggung karena dulu mencalonkan diri menjadi ketua OSIS.

Bel pertanda istirahat berbunyi. Fahrian menghentikan kegiatannya. Lantas keluar dari ruang OSIS yang terasa pengap. Ketika kakinya sudah menginjak lantai luar ia merasa segala keruwetan isi kepalanya terbang terbawa angin. Rasanya sejuk menikmati angin sepoi-sepoi yang tiba-tiba berembus. Seolah tahu Fahrian memang sedang ingin mencari udara segar untuk merilekskan diri.

Mata Fahrian tak sengaja melihat Lia yang berjalan memasuki kamar mandi. Keningnya berkerut, merasa aneh. Kenapa Lia menggunakan toilet kelas XI? Padahal di toilet kelas XII juga ada. Namun, Fahrian memilih tak acuh.

Ngapain mikirin dia.

Mendadak langkah kakinya berhenti, ketika melihat kunci yang tergantung di pintu kamar mandi. Fahrian tersenyum jahat usai memutar kunci, untuk mengunci pintu kamar mandi. Sedangkan kuncinya ia simpan di saku celana.

"Itu akibatnya kalau lo ikut campur urusan pribadi gue," gumam Fahrian dengan senyum miring.

___

Usai mengerjakan tugas kelompok prakarya, Fahrian berpamitan dengan teman-temannya, kemudian ia melajukan motor dengan kecepatan sedang.  Sampai di belokan melewati SMP-nya  Anggi, Fahrian tak sengaja menyerempet cewek yang sedang jalan di trotoar. Beruntungnya Fahrian masih bisa menyeimbangkan motornya yang sempat oleng. Ia menghentikan motornya, ingin memastikan apakah cewek yang tak sengaja ia serempet baik-baik saja.

"Kamu ngapain di sini?"

Fahrian menghela napas pelan begitu mengetahui bahwa yang diserempet itu adalah Lia.

"Aku gak mau suudzon sih, tapi apa kamu sengaja ngunciin aku di toilet dan sengaja nyerempet?" Sorot matanya terlihat sendu, namun berusaha disembunyikan dengan senyum tipis.

"Gue balik," kata Fahrian tak acuh. Ia segera menaiki motornya.

"Jawab Fahrian! Jangan ngelak!!" sentak Lia dengan wajah yang memendam kesal.

"Kalau iya lo mau apa? Balas dendam? Silakan," jawab Fahrian tak acuh. Seakan ia percaya Lia tidak mungkin melakukan balas dendam. Mengingat cewek itu terlalu baik.

Lia memukuli lengan kanan dan kiri Fahrian menggunakan tasnya. Ia hanya ingin meluapkan kekesalannya. Bagaimana pun meski ia tidak mau menunjukkan amarah, meski ia mau bersabar atas perilaku Fahrian. Lia tetap tidak bisa menahan egonya. Lia kesal, tentu saja semua orang pun tidak akan tinggal diam jika sudah diperlakukan seperti itu.

"Balasan buat kamu," ucap Lia.

"Aku gak sesabar dan sebaik itu!!" teriak Lia lantas menaiki angkot yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi.

Fahrian yang awalnya berniat mengejar mengurungkan niatnya. Sebab Lia sudah lebih dulu menaiki angkot.

___

Makan malam kali ini seperti biasa ada Bu Mirna dan keluarga Pak Deka Fahrian. Walaupun sebenarnya Fahrian tak sudi makan bersama keluarga baru Papanya. Namun, karena permintaan mamanya ia rela membuang sisi pemberontaknya itu.

Fahrian menyuapkan makanannya pelan ke dalam mulut. Merasa nafsu makannya hilang. Walau tidak ingin melihat wajah Papanya dan Tante Alya yang tepat berhadapan dengannya. Ekor matanya tak sengaja menatap interaksi romantis yang dilakukan Papanya dan Tante Alya.

Pengen rasanya gue banting ini meja!

Fahrian melirik mamanya, seketika hatinya mencelos kala sang mama makan dengan kepala tertunduk. Meski disembunyikan pun Fahrian tak sebodoh itu untuk percaya bahwa sang mama baik-baik saja. Itu hanya omong kosong.

Tangan Fahrian mengepal kuat di samping tubuhnya. Sorot matanya menatap tajam pada sang papa yang tidak tahu malu menunjukkan kemesraan bersama istri barunya di depan mantan istrinya.

Fahrian bisa saja meninju sang papa, tapi ia cukup tahu diri untuk tidak merusak acara makan malam hari ini. Ia hanya tak ingin sang mama merasa kecewa. Itu saja.

"Yan, lo ngerjain Kak Lia gak kira-kira sampe buat dia malu kemarin."

Ucapan Anggi yang terbilang spontan membuat Fahrian yang sedang minum tersedak, papanya dan Tante Alya pun berhenti suap-suapan. Dan Bu Mirna mendongak  menatap Fahrian seolah meminta kejelasan.

"Itu bener?" tanya Bu Mirna.

"Fahrian." Papa ikut bersuara.

Mata Fahrian menatap tajam pada Anggi. Dari sorot matanya, Fahrian seolah memperingati pada bocah SMP itu.

"Itu kecelakaan, gak disengaja."

"Halah, bohong. Muka-muka jail gini," sanggah Anggi.

Fahrian semakin kesal dengan Anggi yang mulutnya minta ditabok. Tapi, sesaat kemudian ia menemukan cara untuk membalas Anggi.  "Lo kali yang diam-diam pacaran."

SKAKMAT! Anggi yang tadinya tersenyum meledek pada Fahrian, seketika raut wajahnya berubah dalam sekejap begitu Fahrian membalas. Padahal Anggi berusaha menutupinya. Tapi kenapa Fahrian bisa tahu?

"Kamu lupa, Ngi?" tanya papanya.

Anggi nunduk. "Maaf, Pa. Tapi itu gak akan terjadi lagi kok."

"Bohong, Pa."

"Apa sih lo," sahut Anggi sinis.

"Anggi yang sopan bicaranya," tegur Tante Alya.

Makan malam kali ini sedikit berbeda. Sebab yah terjadi sedikit keributan di meja makan. Meski Anggi-lah yang memulai keributan lebih dulu, tapi Fahrian pun ikut kena imbasnya.  Yah, mereka berdua mendapat hukuman yang sama. Yaitu, dikurangi uang jajannya.

^_^

Kamis, 15 Oktober 2020
Revisi : 25/04/2022

See you next part 😎

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang