2. (Ruang BK)

632 54 8
                                    


Selamat membaca 💙

^_^

Terduduk di kursi kantin sendirian. Posisi Lia masih sama seperti satu jam yang lalu. Menelungkupkan wajah diantara lipatan tangan. Mendadak ia baru tersadar dengan kejadian beberapa jam lalu di lantai atas. Seharusnya Lia tidak berbicara seperti itu pada Dea. Ah, pasti Dea merasa sangat bersalah.

Sejujurnya Lia tidak berniat bolos. Namun, karena permasalahan sepele tadi mendadak ia jadi malas masuk kelas.

"Hey! Bangun!" Bahu Lia ditepuk cukup keras oleh seseorang. Merasakan tepukan beruntun itu, ia buru-buru menyusut sisa air matanya yang mengalir.

"Apa?" tanya Lia tanpa memandang kearah laki-laki di sampingnya. Ia enggan menengok karena tahu matanya masih agak sembab.

"Ck, ikut gue." Tanpa aba-aba laki-laki tadi menarik tangan Lia paksa. Alhasil Lia menepis tangan laki-laki di hadapannya kasar.

"Maaf." Lia menelungkupkan kedua tangannya.

"Ikut gue!" perintahnya. Kemudian berlalu pergi.

Lia hanya mengikutinya saja. Entahlah, siapa dia? Ia pun tidak tahu. Tapi, sepertinya dia salah satu anggota OSIS. Gawat!

---

Ternyata dugaan Lia benar. Laki-laki dengan tinggi badan seperti tiang dan badan kerempeng itu salah satu anggota OSIS. Dan berakhirlah Lia di dalam ruang OSIS bersama Bu Ika—selaku guru BK dan Pak Hamdan—selaku pembina OSIS. Apa-apaan ini padahal Lia tidak pernah berbuat nakal. Tapi, kenapa harus bertemu Bu Ika dan Pak Hamdan.

"Sebutkan nama dan kelas," ucap Pak Hamdan.

"Amalia, kelas XII IPA 1."

"Lia, kamu sudah kelas XII, kenapa bolos?" tanya Bu Ika heran.

"Aku tidak bolos, tadi ketiduran."

"Baik, bapak rasa kali ini hanya diberi peringatan. Karena kamu belum pernah melakukan pelanggaran apapun. Tapi, jangan diulangi lagi!" Pak Hamdan beranjak dari kursi, lantas pamit keluar.

"Ibu juga duluan, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Lia beranjak dari kursi. Namun, sebelum pergi ia sempat melirik laki-laki kerempeng yang duduk di samping meja dengan pandangan yang fokus menatap layar laptop.

"Ngapain lo masih disini?! Sana keluar!" usirnya tegas.

Mendadak Lia jadi kesal sendiri karena merasa terusir. Seterusnya Lia segera keluar dari ruangan itu.

---

"Dea, aku minta maaf."

Dea tersenyum. "Gak apa-apa."

Selesai piket kelas. Lia dan Dea menyusuri jalan menuju gerbang depan. Mencari angkot, salah satunya. Tapi, kali ini sepertinya angkot susah dikarenakan sudah sore.

"Lia, bareng aku aja!" ajak Dea begitu dirinya sampai di hadapan Lia.

Lia mengangguk ragu.

^_^

Siapa nih yang nunggu cerita ini?

Penasaran? Ikutin terus kisahnya yah 😁

Revisi : 20/04/2022

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang