26. (Pernyataan Cinta)

225 21 29
                                    


Selamat membaca 💙

^_^


Ujian sudah dimulai sejak beberapa hari lalu. Kali ini Lia hanya ingin fokus untuk menghadapi ujian sekolah saja. Daripada memikirkan sebuah rasa yang tidak mungkin akan terbalas juga. Mungkin bisa dibilang cinta bertepuk sebelah tangan. Karena sampai kapan pun rasa ini tak akan tersampaikan.

Ah, lupakan yang tadi. Hari ini Lia sedang mengerjakan beberapa soal UN di rumah sebagai latihan. Setidaknya ada beberapa soal UN tahun kemarin yang keluar juga saat UN sekarang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Lia tanpa mendongakkan kepala, ia masih fokus pada buku soal UN.

Lia kenal suara ini. Tapi, kepalanya enggan untuk mendongak dan pada akhirnya harus bertemu pandang dengannya.

Kenapa sih dia datang disaat-saat tidak tepat? Ini kan masih musim ujian.

"Li," panggilnya.

"Apa?" Lia masih pura-pura fokus mengerjakan soal, padahal sebenarnya pikirannya sudah ambyar akibat kedatangan laki-laki di depannya ini.

"Gak disuruh masuk, nih?" tanyanya dengan sedikit kekehan.

"Tinggal masuk aja, ada ayah sama ibu kok," jawab Lia sedikit ketus.

Buku-buku yang sedang  Lia kerjakan dirampas oleh laki-laki yang sudah mencuri hati Lia.

Kenapa dia keras kepala sih? Aku jadi kesal 'kan.

Mau tak mau Lia mendongak, menatapnya dengan tampang jutek. "Ada apa sih, Kak? Aku lagi belajar buat ujian."

"Wah adek Lili rajin, yah," kata Abrisam disertai senyuman.

Laki-laki di hadapan Lia adalah teman dekatnya sejak kecil. Umurnya  terpaut kurang lebih dua tahun. Sekarang dia masih kuliah jurusan Farmasi semester 4. Dan laki-laki inilah yang sudah membuat Lia jatuh pada pesonanya. Sayangnya, harapan Lia pupus setelah mendengar Abrisam bertunangan dengan salah satu teman kampusnya.

"Kak Abrisam, tolong jangan ganggu aku." Perkataan Lia membuat Abrisam terdiam. Mungkin karena Lia yang terbilang dingin tidak seperti biasanya.

"Ah, iya."

Setelah itu Abrisam memasuki rumah. Lia kembali mengerjakan soal-soal ujian. Tak berapa lama seseorang menghampiri Lia. "Ada apa lagi kemari, Kak?" tanya Lia dengan nada jengkel, tanpa melihat dengan baik siapa orangnya karena ia masih berusaha fokus mencerna beberapa soal yang menurutnya sulit.

"Lo lagi ada tamu, yah? Kakak lo?"

Refleks Lia mendongak. Sejak kapan Fahrian ada di sini? Kapan datangnya. "Temen waktu kecil," jawab Lia seadanya.

"Ngapain?" tanya Lia.

"Ouh iya, ini dari mama." Fahrian mengangsurkan plastik hitam yang di genggamnya.

"Ouh, makasih."

"Iya."

"Kayaknya lo lagi bete yah karena tuh cowok."

"Memang kenapa? Terus kamu ngapain masih ada di sini? Udah selesai 'kan urusannya," tanya Lia bertubi-tubi dengan perasaan kesal yang semakin bertingkat-tingkat.

"Gue mau bilang kalau gue—"

"Nanti aja bilangnya kalau bukan hal penting, aku lagi sibuk." Setelah memotong ucapan Fahrian, Lia membereskan buku-buku dan membawa plastik hitam tadi ke dalam rumah.

_____

Akhirnya sedikit demi sedikit beban ini terangkat. Yah, beban untuk membaca materi dari kelas satu hingga dua belas. Tinggal menghitung hari lagi ujian-ujian ini akan selesai.

Sore itu Lia baru selesai kelas tambahan. Ia berjalan ke gerbang depan sendirian, kalau ditanya Dea kemana? Dia sudah pulang duluan karena urusan mendadak. Meskipun sebenarnya Lia malas jalan sendiri, tapi apa boleh buat.

Langkah Lia terhenti, sebab ada seseorang yang menghalangi jalan. Ia melirik arloji dipergelangan tangan, pukul 15. 40. Sudah sejak lima menit lalu anak-anak kelas dua belas pulang. Dan koridor sudah tampak sepi.

"Ada apa?"

"Gue suka lo," katanya penuh penekanan.

Bibir Lia seolah terkunci, tiga kata itu membuatnya terdiam kaku sesaat sebelum ia menyadari sikapnya ini.

Lia tersenyum paksa. "Maaf, aku tidak bisa menerimanya."

"Apa karena dia?"

"Aku hanya tidak ingin masuk ke dalam lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. Dan aku hanya tidak ingin menyiksa diri dengan perasaan semu ini."

Selepas mengatakan itu, Lia pergi. Meski ia sempat berdebar melihat senyum dan tawanya. Tapi, Lia sadar cinta itu hanya sekilas saja. Bukan perasaan yang benar adanya. Ia hanya tidak ingin dibodohi oleh kata cinta. Tidak ingin jadi budaknya cinta. Biarlah Yang Maha Kuasa yang menentukannya, ia percaya jika Fahrian memang jodohnya mungkin akan dipertemukan lagi dengan cara yang tidak biasa.

^_^

Jumat, 23 Oktober 2020
Revisi : 29/04/2022

Hayoloh penasaran gak nih? Siapa yah yang nyatain cinta itu?

Yoo stay terus yah😁 kemungkinan dua part lagi ending💪💪😁

See you next part 😎

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang