21. (Peduli atau Iba?)

202 23 4
                                    


Selamat membaca 💙

^_^


Sesampainya di rumah, Fahrian melempar asal tas sekolahnya. Kemudian langsung membanting tubuhnya ke kasur. Emosinya seakan terus menerus dipermainkan. Entah kenapa disaat ia mulai memperbaiki diri, kenapa sang papa tak pernah berubah? Kapan dia sadar? Ini rumah milik mamanya. Sedangkan Pak Deka, Bu Alya dan Anggi hanya menumpang. Lantas kenapa mereka berlaku seenaknya?

Ingin sekali Fahrian meneriaki Pak Deka dan keluarga barunya itu, lalu mengusirnya dari rumah ini. Tapi, ia yakin sang mama tak akan suka dengan sikapnya ini. Alasan emosi Fahrian naik, jangan ditanya lagi. Tadi saat ia membuka pintu rumah, Pak Deka dan Bu Alya tanpa rasa bersalah bermesraan di ruang tamu. Tak perlu dijabarkan lagi semuanya, mengigat itu membuat emosinya meledak.

"BRAK!! PRANG!!"

Fahrian mengacak-acak isi kamar dan semua yang ada di meja dekat kasur ia singkirkan. Bagian akhirnya ia menonjok jendela kaca hingga pecah. Tangannya sudah bercucuran darah, tapi semua itu seakan tak terasa sakit. Justru ada yang lebih membuat Fahrian sakit. Yah, melihat sang mama terus menerus menelan pahit.

Dari luar Fahrian mendengar mamanya memanggil. Tapi, ia tak merespon, yang ia mau cuma satu Pak Deka dan keluarga barunya tak usah tinggal disini lagi! Fahrian tak suka. Mereka semua seolah racun udara yang menyesakkan.

Air mata Fahrian menetes. Hingga kian lama kian menderas, meski Fahrian tahan pun tak akan bisa. Luka yang semula ia kubur hingga dalam kini mencuat.

Di tengah isakan tangis ini, Fahrian melihat sebuah buku tergeletak tak jauh dari kasur. Ia bangkit dari tepi kasur berjalan mendekati buku tersebut. Buku itu terbuka menampilkan bait-bait tulisan panjang. Ia tak bisa melihat jelas karena matanya tertutup cairan bening yang membuat penglihatannya buram.

Fahrian membawa buku itu, lalu duduk di tepi kasur. Dengan sisa tenaga, ia mengusap kasar air mata ini. Dan barulah terlihat jelas tulisan di buku itu.

Isi buku
Pernahkah kau sakit hati? Seberapa sakitnya itu? Karena apa? Ditinggal pacar? Teman? Atau keluarga? Tapi, kau tahu seberapa besar kah rasa sakit nabi Akhirul zaman, Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan, saat perang uhud paman nabi Muhammad SAW ditombak oleh seorang budak bayaran, yang tak lain diperintahkan oleh Hindun. Hingga Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW itu terjatuh dari kudanya. Ditengah perang Uhud itu, Hindun merasa puas dengan pekerjaan seorang budak yang ia bayar untuk membunuh Hamzah. Lantaran ia sangat dendam terhadap Hamzah, karena dia telah membunuh ayah, saudara, dan pamannya. Kemudian Wasyi, seorang budak yang diperintahkan membunuh Hamzah itu, mengambil hati Hamzah dan memberikannya pada Hindun. Ia mengigitnya sedikit dengan kegembiraan yang tiada tara, karena berhasil membunuh Hamzah. Selebihnya ia membuang hati Hamzah.

Nabi Muhammad SAW menangisi Hamzah, melihat betapa memilukannya jasad pamannya.

Dan turunlah QS An- Nahl : 126

"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl: 126)

Dari kisah dan ayat di atas dapat simpulkan bahwa, hendaknya kita bersabar dengan musibah yang ditimpakan pada kita. Sesungguhnya dibalik itu semua skenario Allah SWT  sangat indah. Meskipun sakit hati yang kita rasakan amat dalam, tapi tengoklah kesekitaran kita masih banyak orang yang lebih pilu dari pada kita. Marilah kita resapi dan amalkan ayat di atas meski sulit. Maka dari itu bersabarlah.

Fahrian termenung setelah membaca kisah yang bahkan lebih mengenaskan daripada yang dialaminya. Hati ini seakan diketuk oleh palu raksasa dan hal itu sukses menyadarkannya kembali ke dunia nyata. Apakah yang ia lakukan saat ini salah?

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang