Selamat membaca 💙^_^
Senin pagi ini sebelum dimulainya upacara, anak-anak OSIS sibuk mengatur siswa-siswinya untuk berbaris rapi. Lia berdiri dibarisan terakhir dengan Dea di sebelahnya.
Lia menoleh ke belakang. Ia terlonjak kaget karena kehadiran Fahrian yang tiba-tiba sudah ada di belakangnya. Lia mengembuskan napas pelan. "Ada apa?" tanya Lia bingung karena Fahrian masih berdiri menghadap ke arah Lia. Tapi matanya mengedar ke berbagai arah.
"Jagalah," kata Fahrian tanpa melihat Lia.
Lia mengangguk paham. Lantas kembali berbalik, pura-pura sibuk mengobrol dengan Dea.
Melihat Fahrian, Lia jadi teringat masalah keluarga laki-laki itu minggu lalu. Dilihat dari keadaannya sekarang dia seperti orang yang tak memiliki masalah apapun. Terlihat kalau Fahrian salah satu tipe orang yang pandai menyembunyikan masalahnya.
Tak terasa upacara telah usai. Lia baru tersadar sejak tadi tidak fokus dengan upacara pagi ini. Tepukan dari Dea-lah yang menyadarkannya.
"Lo kenapa?"
"Gak apa, De."
"Ada urusan apa sih lo sama si Fahrian itu? gue perhatiin minggu-minggu kemarin kayaknya lo peduli banget sama tuh bocah."
Lia tak menjawab pertanyaan Dea. Kakinya lebih dulu melangkah ke salah satu meja kantin. "De, pesenin jus jambu, yah," seruku.
Dea mengangguk.
_______
Lia dan Dea ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas merangkum. Masing-masing mengambil satu buku. Lia dan Dea duduk di meja yang sedikit agak pojok di barisan paling belakang.
"Lia lo ada hubungan apa sama Fahrian?"
Lia yang sudah merangkum satu halaman, menghentikan aktivitas menulisnya. Ia mendongak menatap Dea yang duduk di hadapannya. "Gak ada," jawabku.
"Tapi ...."
"Kamu gak percaya?"
"Bukan, em ... gimana, yah?" Dea menggaruk kepalanya gugup.
"Kepo, yah," canda lia sambil menusuk pipi Dea dengan jarinya.
"Lo tahu aja gue kepo tingkat berat."
"Aku cuma pengen bantu dia aja, sih," ungkap Lia memulai bercerita.
Selanjutnya, Lia menceritakan dari awal hingga akhir. Sampai habis jam pelajaran pertama. Dea pamit duluan keluar karena ada urusan. Entah urusan apa.
Lia membereskan buku dan alat tulis. Lalu buku paket biologi ini dikembalikan ke tempatnya. Selesai menyimpan buku, tak sengaja ekor matanya menangkap seseorang yang tengah menelungkupkan wajahnya di tempat baca tak jauh dari rak buku biologi kelas XII.
Niat Lia sebenarnya hanya mau memanggil. Namun, kejadian tak terduga pun terjadi. Kakinya tak sengaja tersandung kaki kursi yang berhadapan dengan orang itu, menimbulkan suara bedebum cukup keras. Lia hanya meringis melihat punggung kakinya yang tergores.
"Aduh, pake jatuh segala lagi," dumel Lia pelan.
"Ganggu aja lo," ketus seseoranh yang berdiri di depan Lia.
Lia mendongak dan berusaha berdiri dengan memegang kursi yang tak jauh dariku. "Maaf."
"Shh, aku duluan."
"Tunggu!"
______
Berakhirlah Lia dan Fahrian di UKS. Setelah diobati oleh petugas UKS yang berjaga, Fahrian tak kunjung pergi juga. Kenapa lagi dia?
Di UKS ini ada satu orang yang sakit dan satu orang petugas PMR. Dari jarak setengah meter, Lia sempat melirik Fahrian yang duduk di sofa sibuk memainkan ponselnya.
"Kamu gak ke kelas?" tanya Lia sekadar basa-basi.
Fahrian memasukkan ponselnya ke saku celana. Lalu menatap Lia datar. "Males."
"Bukannya dia ketua OSIS, harusnya memberikan contoh yang baik buat siswa-siswi di sekolah ini," gumam Lia pelan.
"Terus kalau gue ketua OSIS dan gak masuk kelas, menurut lo gue gak cocok buat jadi teladan siswa-siswi di sekolah ini?" Sorot matanya menyiratkan ketidaksukaan.
Padahal Lia berbicara pelan. Kok bisa terdengar. "Bu-bukan gitu."
"Ck, dari awal lo ini sok-sok an. Sok tahu dan sok ikut campur masalah pribadi gue. Buat apa sih lo ikut campur?" Tangannya bersidekap di depan dada, menatap Lia dengan tatapan angkuh.
"Aku cuma pengen bantu, aku tahu kamu gak suka. Tapi, boleh aku kasih saran?"
"Apa?" tanyanya tak acuh.
"Sebaiknya kamu minta maaf sama papa kamu. Meskipun kamu gak salah, karena minta maaf itu gak cuma berlaku untuk orang yang salah aja. Tapi, buat memperbaiki jalinan yang sempat putus."
Hening. Fahrian diam, memandang Lia dengan pandangan tak terbaca. Setelah itu, dia berdiri dan pergi.
Apa aku salah? Duh ... kenapa sih, Fahrian sudah banget dinasehatin. Semoga Fahrian bisa menangkap maksudku berbicara begitu.
^_^
Sabtu, 17 Oktober 2020
Revisi : 27/04/2022See you next part 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry and Thanks [TAMAT]
Novela JuvenilSebenarnya yang punya masalah dengan Fahrian, si Ketos itu Dea, tapi kenapa Amalia juga ikutan terseret dalam masalah tersebut. Bahkan lucunya takdir seolah sengaja merancang pertemuan keduanya. Amalia tak mau terlibat masalah dengan Fahrian, tapi...