6. (Olahraga Pagi)

360 38 8
                                    


Selamat membaca 💙

^_^

Hari Minggu Lia dan Dea berolahraga pagi seperti biasanya. Lia berlari paling depan meninggalkan Dea yang tertinggal jauh di belakang.

Lia menengok kebelakang masih berlari. Namun, tak berselang lama Lia memberhentikan larinya karena merasa menginjak sesuatu. Dan ketika pandangannya dialihkan ke depan. Didapatinya Fahrian dengan setelah kaos putih dan celana OR hitam menatap Lia dengan tatapan setajam silet.

Lia sempat bingung dengan tatapan Fahrian. Namun, tak lama kebingungan itu terjawab begitu Fahrian buka suara. "Lo nginjek kaki gue," ucapnya penuh penekanan.

Sontak Lia menyingkirkan kakinya yang menginjak kaki Fahrian. "Maaf."

Dari arah belakang Dea menepuk pundak Lia. Dengan napas memburu Dea berkata, "Lia, lo la-ri ce-pet ba-nget."

Lia tidak menjawab perkataan Dea. Ia segera berlari lagi dengan kecepatan sedang membuat Dea menghela nafas panjang. Sebelum Dea menyusul, ia sempat melirik sinis ke arah Fahrian. "Cih, kenapa gue harus ketemu ketos songong dan gak punya etika, sih."

Setelah mengatakan itu Dea pergi.

Fahrian mengelus dadanya pelan. Memang semenjak permasalah proposal itu, Dea selalu sinis padanya. Mungkin ini balasan.

___

Lia meneguk air mineral dingin yang tadi dibelinya di pinggir jalan. Sedangkan Dea sibuk mengipasi diri dengan topinya.

Dea menoleh ke samping. "Lia, jam berapa sih? Kok panas banget yah."

"Jam 09.25," jawab Lia melirik jam tangan hitamnya. Setelahnya Lia memijat-mijat kakinya pelan.

Suara dering ponsel membuat Lia tersentak. Ia merogoh saku celana OR-nya namun ternyata bukan ponselnya yang berbunyi melainkan milik Dea. Setelahnya ia mengangkat telepon itu.

Dea beranjak dari tempat duduknya. Setelah beberapa saat selesai mengangkat telepon, ia menatap Lia. "Gue pulang dulu, yah. Assalamualaikum," pamit Dea seraya melambai-lambaikan tangannya.

"Waalaikumsalam," jawab Lia dengan anggukan.

Setelah kepergian Dea, keadaan taman semakin ramai dengan para remaja yang sibuk ber-selfie ria dan berpacaran. Mendadak Lia jadi malas menetap di sini, alhasil Lia beranjak dari kursi taman. Lalu pergi meninggalkan taman.

Diperjalanan menuju rumah, kaki Lia nyaris tersandung jika saja ia tak bisa menyeimbangkan tubuhnya. Begitu kepalanya menengok kebelakang ternyata pelakunya adalah tetangga menyebalkan itu, siapa lagi kalau bukan Fahrian.

Bola mata Lia berotasi. "Kenapa?"

Fahrian mensejajarkan langkah kakinya. "Lo udah bikin gue putus sama pacar gue kemarin." Nada bicaranya santai, namun mengandung aura kecaman dan peringatan.

Lia tak menanggapi ocehannya. Ia acuh dan lebih sibuk memainkan ponselnya.

"Lo budeg yah?!" bentak Fahrian karena kesal Lia tak menanggapi ucapannya.

"Apa? Kamu curhat?" tanya Lia seolah-olah tak paham.

"Maksud lo apa bikin cewek gue mutusin gue? Lo naksir gue?!" tuduh Fahrian tak berdasar.

Dasar! Pede gila dia. Siapa juga yang naksir cowok kerempeng macam dia. Lagi pula Lia tidak bersalah. Toh, yang salah si kucing yang tiba-tiba loncat dari gendongannya waktu itu.

"Maaf, kamu terlalu PD," jawab Lia santai disertai penekanan diakhir kalimat.

"Terus maksud lo ap-"

Emosi yang semula diendap dalam-dalam, akhirnya tersembur juga. "Dengar, dalam Islam itu gak ada yang namanya pacaran!! Kamu Islam kan?!"

"Ya, i-ya," jawabnya ragu.

"Tahu 'kan pacaran itu termasuk mendekatkan kita pada zina."

"Tapi, gue sama sekali gak ngelakuin zina," kilahnya.

Lia menatap sekilas Fahrian sekilas, lantas mulai menjelaskan."Zina bukan perihal melakukan hubungan badan. Tapi, zina itu banyak macamnya. Pegangan tangan itu termasuk zina tangan, bertatapan itu termasuk zina mata, memikirkan dia itu termasuk zina pikiran sekaligus hati."

Setelahnya Lia menatap sekilas Fahrian yang nampak diam setelah diceramahi panjang lebar. Tapi tetap saja laki-laki tersebut menunjukan wajah seolah menantang. "Oh, ya. Gue harus percaya sama lo gitu. Yang ada musyrik!"

"Aku hanya menyampaikan ilmu yang kutahu. Bukan mau dipercaya seperti dugaan kamu."

Ah, seharusnya tadi Lia jangan menjelaskan sedemikian blak-blakan. Bisa jadi Fahrian akan merasa sakit hati karena ceramahnya tadi.

Lia menghela napas pelan ketika sudah jauh dari tempat tadi. "Aish, aku kelepasan."


^_^

Sabtu, 10 Oktober 2020
Revisi : 21/04/2022
See you next part 😎

Sorry and Thanks [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang