MH 001

1.9K 222 12
                                    

Jakarta, 18th Asian Games, 2018.

"Kim Haera, ayo!"

"Iya, sabar! Sebentar lagi."

"Kau sudah mengatakan itu 15 menit yang lalu! Apa kau ingin membunuhku?"

"Iya iya, astaga! Kau cerewet sekali!"

Kim Haera menutup kasar pintu dibelakangnya. Ia begitu kesal pada sosok gemuk yang selalu mengganggu rutinitasnya di pagi hari. Menyebalkan sekali. Si pengganggu itu adalah Shin Minkyung, atlet wanita kebanggaan Korea Selatan dari cabang olahraga angkat besi, yang sialnya harus berbagi kamar dengannya selama di Jakarta. Wanita bertubuh tambun itu berdiri di depan pintu kamar mandi sejak 30 menit yang lalu sambil merecoki Kim Haera agar segera keluar dari sana.

"Apa kau tidak bisa pergi sendiri? Dasar merepotkan!"

"Hehe.. aku mencintaimu."

Sindiran terang-terangan Kim Haera dibalas cengiran tak tahu malu Shin Minkyung. Ia bahkan satir membentuk simbol hati dengan kedua tangan besarnya, bermaksud untuk menghindar dari amukan sadis Kim Haera.

"Ck."

Tanpa mempedulikan wajah sok manis Shin Minkyung, Kim Haera lantas berjalan angkuh melewati sang roommate. Lihat saja, ia akan membuat Shin Minkyung kelelahan akibat menyamai langkah gesitnya. Kim Haera tidak habis pikir pada sifat manja Shin Minkyung, wanita itu selalu minta ditemani saat sarapan, makan siang, sampai makan malam. Benar-benar merepotkan.

Jarum jam masih bertengger di angka 07.40 pagi waktu setempat. Kim Haera baru akan memulai sesi latihan pada pukul 08.30 hingga menjelang makan siang. Masih ada waktu kurang dari 1 jam sebelum sang pelatih mengabari para atlet panahan agar berkumpul di tempat latihan. Biasanya Kim Haera hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 15 menit untuk menyelesaikan sarapan. Namun si menyebalkan Shin Minkyung terus saja memaksanya beranjak menuju dining hall bersama.

"Haera-ah, tunggu aku!"

Nafas Shin Minkyung mulai terdengar berat dan tidak beraturan. Padahal ia sama sekali belum mengikuti latihan. Sial. Wanita itu berlari kecil mengejar Kim Haera yang bergerak seperti kilat di depan sana. Kim Haera memang wanita kejam dan pendendam. Untung saja Shin Minkyung memiliki kesabaran seluas samudra sehingga keduanya tidak pernah berakhir dalam pertengkaran besar. Lagipula Shin Minkyung masih sadar diri bahwa ia memang sangat merepotkan.

"Apa kau siput? Bahkan siput tidak mudah lelah sepertimu." Kim Haera mulai melontarkan kata-kata mengejek.

"Astaga, kalau kau ingin tahu bagaimana rasanya, kita bisa bertukar badan."

"Tidak, terimakasih. Aku tidak ingin mengeluarkan uang untuk membeli jubah."

"Ya ya ya terimakasih atas penghinaannya, Nona ramping."

"Kau tersinggung? Dasar payah."

Inilah yang paling menyebalkan dari seorang Kim Haera. Alih-alih merasa bersalah, ia justru menyeringai remeh memandang wajah muram Minkyung. Ia tahu bahwa Shin Minkyung sangat mudah tersinggung ketika bentuk badannya dikatai sedemikian rupa. Meski begitu Kim Haera masih saja menyerang Shin Minkyung dengan cara seperti itu.

"Baiklah baiklah. Aku minta maaf, jangan merajuk lagi." Ucap Kim Haera mencoba untuk mengalah.

Omong-omong mereka baru saja menginjakkan kaki di dining hall. Kim Haera hanya tidak ingin wajah muram Shin Minkyung menarik perhatian orang-orang di sekitar. Bisa hancur moodnya karena menjadi pusat perhatian. Di pagi hari seperti ini dining hall selalu ramai dikunjungi. Para atlet berlomba-lomba mengisi amunisi sebelum menjalani serangkaian latihan yang pastinya sangat melelahkan. Kim Haera dan Shin Minkyung melangkah mantap ke arah stan makanan Indonesia. Keduanya memang sudah sepakat untuk sarapan dengan bubur ayam khas tuan rumah.

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang