MH 021

1K 140 3
                                    

"Biar saya yang memeriksa ke dalam."

"Tidak. Kemarikan saja kuncinya, anda tidak perlu mencampuri urusan keluarga saya."

Tatapan sengit ia berikan pada sosok wanita paruh baya didepannya. Nyonya Ahn, bukan? Lee Mark tidak akan pernah melupakan kata-kata buruk wanita itu. Nyonya Ahn bahkan terang-terangan menghina Kim Haera di depan Lee Sunny. Sial. Kalau Lee Mark sedang tidak terburu-buru untuk memastikan keadaan Kim Haera di dalam sana, maka Nyonya Ahn tidak akan ia lepaskan begitu saja. Setidaknya Lee Mark akan menghujam wanita tua itu dengan ribuan kata makian.

"Anda yakin, Tuan Lee? Bisa saja Kim Haera-"

"Tutup saja mulutmu, dan serahkan kuncinya padaku sekarang juga."

Seharusnya wanita itu sadar dengan siapa ia sedang berbicara. Ayolah, Lee Mark tidak pernah menutup-nutupi sifat temperamentalnya. Ia tidak peduli pada gender atau bahkan umur lawannya. Persetan dengan dirinya yang dianggap kasar. Tidak ada ampun bagi seseorang yang ingin mengusik hidupnya. Nyonya Ahn memang tipe manusia yang gemar mencampuri urusan orang lain. Namun kali ini ia salah target. Wanita itu tampak shock kala Lee Mark merebut kasar kunci cadangan dari tangannya. Ia enggan menyuarakan protes karena tidak ingin mencari gara-gara dengan pria camar yang sudah menampilkan wajah berang.

"Pulanglah, jangan berpikir untuk menguping dari luar." Peringat Lee Mark sembari berkacak pinggang.

Meski sikap Lee Mark sudah sangat keterlaluan, namun Nyonya Ahn tetap bungkam lalu memutar tubuhnya pergi dari hadapan pria itu. Lee Mark masih menatap kepergian Nyonya Ahn hingga punggung wanita tua itu menghilang di balik tikungan koridor. Setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitar, ia lantas memutar kunci dan menarik badan pintu didepannya sampai terbuka. Pemandangan pertama yang ia tangkap adalah kondisi rumah yang sangat berantakan. Lee Mark kembali menutup rapat pintu sebelum membawa tubuh Lee Sunny menuju satu-satunya sofa yang ada di sana.

"Gunakan ini."

Si kecil Lee Sunny tersenyum senang kala sang Ayah menyerahkan ponsel serta menyematkan sepasang earphone ditelinganya. Gadis itu tidak mungkin paham kalau Lee Mark sedang berusaha menutupi pendengarannya. Lee Mark hanya tidak ingin Lee Sunny mendengar hal-hal buruk yang tidak pantas di dengar oleh putrinya itu. Deburan air lalu diikuti dengan dentuman keras dan suara rintihan kesakitan, membuat Lee Mark reflek berlari ke arah kamar mandi. Pria camar itu berdecak kesal ketika mendapati pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Namun ia tidak menunggu waktu untuk mendobrak keras pintu didepannya sampai terbuka.

"Haera!!"

Demi Tuhan, bukan hal seperti ini yang Lee Mark inginkan. Bagaimana mungkin Kim Haera berpikir untuk mengambil nyawanya sendiri, saat ia memiliki putri kecil yang masih membutuhkan kasih sayang seorang Ibu?

"Haera-ah!!" Lee Mark berteriak histeris seraya menarik tubuh Kim Haera keluar dari bak mandi. Kim Haera terbatuk-batuk setelah upaya bunuh dirinya terpaksa gagal karena kemunculan sosok Lee Mark.

"Kenapa kau seperti ini!! Apa kau tidak menyayangi putri kita?!"

Sang kapten belum bisa mengontrol emosinya. pria camar itu berteriak histeris meski tubuh Kim Haera sudah berada dalam pelukannya. Lee Mark menangis. Ia dibuat shock melihat pemandangan menakutkan di depan matanya. Bayangkan jika Lee Mark terlambat 5 menit saja. Bukankah sudah jelas apa yang akan terjadi selanjutnya? Sungguh tidak pernah terpikirkan kalau Kim Haera memiliki niat bunuh diri.

"Oppa, aku tidak bisa." Lirih Kim Haera.

Diraihnya wajah pucat Kim Haera lalu menyelami mata sendu wanita itu. Detik berikutnya Lee Mark kembali menumpahkan tangisannya. Pria itu baru saja menemukan alasan kuat mengapa Haera-nya melakukan hal buruk di luar akal sehat.

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang