MH 016

777 112 3
                                    

Kim Haera memandang tidak nafsu pada makanannya. Hari ke tiga pasca kejadian nahas yang menimpa Lee Mark, ia sama sekali belum mendapat kabar apa pun dari kekasihnya itu. Kim Haera hanya mengetahui kabar Lee Mark dari berbagai artikel yang tersebar di dunia maya. Miris sekali. Bahkan penampakan Kim Haera saat ini sama persis seperti bunga Epiphyllum Anguliger di pagi hari, layu dan tidak sedap dipandang mata. Semudah itu Lee Mark menjungkir-balikkan hidupnya.

"Haera, jangan seperti ini. Kau harus tetap makan."

Lebih baik melihat Kim Haera marah-marah dari pada tidak bersemangat seperti sekarang. Aeri Uchinaga sudah membujuk wanita Korea itu sedari tadi, namun nihil. Kim Haera bergeming, terlalu larut dalam kesedihannya. Ia tidak makan dan tidur dengan benar sejak 3 hari terakhir. Kantung matanya terlihat semakin gelap. Tubuh langsingnya juga mulai menyusut. Hal itu kontan membuat khawatir teman-temannya.

"Aku tidak berselera." Sahut Kim Haera kemudian.

"Tapi kau harus tetap makan. Dan lagi, berhenti menatap ponselmu."

Kesabaran si wanita Jepang tampaknya sudah habis. Aeri Uchinaga berucap tegas lalu merebut paksa ponsel dari genggaman Kim Haera. Kekasih Lee Mark benar-benar keras kepala. Sudah berapa kali ia meminta Kim Haera berhenti menatap layar ponselnya? Mungkin sudah ribuan kali. Rasanya ia sangat ingin membanting ponsel Kim Haera agar temannya itu tidak lagi berharap mendapat panggilan mau pun pesan singkat dari Lee Mark.

"Ya, Kembalikan." Kim Haera tidak terima. Ia memprotes sikap Aeri dengan suara lemahnya.

"Tidak. Habiskan makan siangmu dan kau akan mendapatkan ponselmu kembali."

"Mana bisa begitu!"

"Bisa. Coba saja."

Meskipun Kim Haera sangat kesal pada sikap temannya, namun ia tetap mengindahkan perintah mutlak Aeri Uchinaga untuk menghabiskan makanannya. Kim Haera hanya tidak ingin memperpanjang masalah di antara mereka, okay? Lagi pula wanita itu sudah kehabisan tenaga untuk sekedar melawan Aeri Uchinaga. Keduanya sedang berada di tengah-tengah keramaian dining hall, dan ia masih sadar diri untuk tidak melakukan hal buruk apa pun yang bisa merusak reputasinya. Jangan lupakan fakta bahwa Kim Haera sedang menjadi sorotan para pembuat berita.

Ketika Kim Haera masih larut dalam pikirannya, tidak sengaja ia bertemu pandang dengan sosok Lee Jeno di seberang sana. Benar, Lee Jeno! Bukankah seharusnya pria itu mengetahui kabar terkini sang kapten? Sial. Kenapa ia tidak pernah memikirkan hal ini?

"Berhenti memandang sekitar, Haera. Matamu bisa copot." Tegur Aeri Uchinaga.

Ada apa dengan Aeri Uchinaga hari ini? Wanita itu menyebalkan sekali. Kim Haera berdecih tidak suka. Ia baru tahu kalau teman Jepang-nya itu bisa sangat cerewet seperti mendiang Nenek-nya.

"Aku sangat bosan, bagaimana kalau kita pergi keluar? Bioskop sepertinya lumayan."

Aeri kembali angkat suara dengan topik pembicaraan yang berbeda. Ia tidak sekedar membual kala berkata sedang bosan. Setelah pertandingan final, ia hanya menghabiskan waktu dengan berleha-leha di sekitar asrama. Terkadang Aeri Uchinaga akan pergi menonton pertandingan lain jika ada yang mengajaknya.

"Aku tidak berselera." Kim Haera menolak tawaran temannya secepat kilat.

"Ayolah, Haera. Sampai kapan kau terus berdiam diri seperti ini? Aku rasa Lee Mark juga tidak akan senang melihat kekasihnya jadi aneh."

"Aku tidak bisa, Aeri. Mengertilah."

Sangat sulit mengembalikan suasana hati Kim Haera jika sudah berhubungan dengan Lee Mark. Namun Aeri tidak akan menyerah begitu saja. Ia hanya perlu berusaha lebih keras lagi sampai teman Korea-nya itu luluh dan bersedia menuruti keinginannya.

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang