"Kim Haera, kau baik-baik saja?"
Seharusnya Kim Haera menikmati pertunjukan yang sedang berlangsung. Namun wanita itu hanya diam, sama sekali tidak bersemangat. Choi Soobin memandang wajah Kim Haera. Walaupun berada di tempat remang, wajah pucat Kim Haera masih sangat kentara. Tampaknya ia sudah tidak baik-baik saja sejak kembali ke lapangan, setelah meminta izin ke toilet sekitar 1 jam yang lalu. Choi Soobin mengira bahwa Kim Haera sedang mengalami masalah pada perutnya. Memang apa lagi yang dilakukan seseorang di dalam toilet selama 1 jam?
Kim Haera tidak membalas pertanyaan Choi Soobin. Ia hanya tersenyum kecil. Hal itu semakin memperkuat dugaan Choi Soobin bahwa Kim Haera sedang tidak baik-baik saja. Jangan lupakan fakta kalau Kim Haera hanya memberikan seringaian pada orang-orang disekitarnya, okay?
"Haera-ah."
Gelombang teriakan penonton menyulitkan Choi Soobin untuk berinteraksi dengan Kim Haera. Ia hanya ingin memastikan kondisi wanita itu. Kim Haera memeluk erat tubuhnya. Dalam kondisi normal, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi. Dan ia tidak bisa lebih khawatir lagi saat merasakan tubuh bergetar Kim Haera. Ini tidak bisa dibiarkan, Choi Soobin harus segera mencari bantuan.
"Pelatih Park!"
Ia meneriaki Park Sooyong yang sedang berdiri tidak jauh dari posisi mereka. Teriakan membahana pria itu bahkan menarik atensi para atlet lainnya.
"Ada apa Soobin-ssi?" Tanya Park Sooyoung ketika sudah berada didekat anak didiknya.
"Kim Haera demam."
"Hah? Ya Tuhan."
Pelatih mana pun pasti akan panik saat anak didiknya terserang demam tepat 1 hari menjelang pertandingan. Park Sooyoung memeriksa kondisi Kim Haera, dan ia seketika memucat kala mendapati suhu tubuh Kim Haera berada di atas rata-rata. Terlalu panas untuk ukuran manusia normal.
"Tolong bantu aku membawa Kim Haera ke ruang kesehatan. Soobin-ssi. Kau sanggup membawanya, kan?"
Choi Soobin mengangguk mantap setelahnya. Ia segera membopong tubuh lemah Kim Haera di hadapan ribuan pasang mata, yang sedang fokus menyaksikan pertunjukan di depan sana.
Semua orang terlalu asik menikmati acara, hingga tidak menyadari salah satu dari mereka sedang berada dalam kesulitan. Kecuali seorang pria di seberang sana, Lee Mark. Pria camar itu tampak memandang kekasihnya penuh kekhawatiran. Terdapat perasaan tidak rela saat tubuh Kim Haera berada dalam pelukan pria lain.
"Kau bermain kasar atau bagaimana?"
Lee Mark tersentak kecil karena sikap Lee Jeno yang begitu tiba-tiba. Pria sipit itu berbisik lirih ditelinganya. Pemandangan keduanya persis seperti pasangan gay yang sedang bermesraan di tempat umum. Sial. Sedangkan Lee Jeno sama sekali tidak menyadari reaksi sang kapten, ia fokus memandang 3 orang yang sedang berlari keluar dari lapangan. Tentu saja Lee Jeno memahami situasi saat ini. Bagaimana pun, ia juga seorang pria dewasa.
Namun Lee Mark enggan menanggapi pertanyaan Lee Jeno. Memang jawaban apa yang pantas ia lontarkan selain sebuah pembenaran? Jelas saja Lee Mark tidak akan mengatakan pada Lee Jeno perihal kelakuannya beberapa saat yang lalu. Bisa-bisa ia diejek habis-habisan oleh manusia sipit itu.
Andai waktu bisa diulang, ia tidak akan memperlakukan Kim Haera seperti tadi. Lee Mark sangat benci mengakui ini, ia benar-benar menyesali perbuatannya. Lee Mark ingin menemui Kim Haera sekarang juga, memastikan kekasihnya baik-baik saja. Namun ia masih memiliki kesadaran untuk tidak menciptakan skandal. Maka tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu waktu yang tepat untuk menemui Kim Haera dan meminta pengampunan. Padahal kisah asmara keduanya baru saja dimulai kurang dari 2×24 jam. Bisa-bisanya hubungan seumur toge itu diterjang ombak besar. Sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archilles' Heel (END)
FanfikceMarkhyuck fanfiction; Perjalanan cinta Lee Mark dan Kim Haera- atlet kebanggaan Korea Selatan yang diam-diam menjalin hubungan. CW! • 18+ • Love story • Bahasa baku • Genderswitch