MH 017

851 123 8
                                    

Pesta penutupan Asian Games ke 18 akan berlangsung 2 hari lagi. Menjelang hari itu, wajah-wajah para atlet tampak lebih cerah dan ceria. Tidak ada lagi tekanan, tidak ada lagi kekhawatiran, tidak ada lagi raut tegang saat pertandingan. Setiap sudut dining hall hanya diisi canda tawa para pengunjung yang asik bersenda gurau. Kurang dari satu bulan sejak kota Jakarta dipenuhi oleh para pejuang medali dari berbagai Negara. Dalam kurun waktu yang tidak bisa dikatakan singkat itu, banyak sekali moment indah yang mungkin akan sulit untuk dilupakan.

Meskipun suasana ceria sedang menguar dimana-mana, hal itu sama sekali tidak mempengaruhi seorang wanita yang saat ini tengah menikmati makan siangnya. Kim Haera. Atlet peraih medali emas itu memang tidak lagi murung seperti hari-hari sebelumnya. Namun, sikap Kim Haera benar-benar kembali seperti semula. Dingin, kejam, dan tidak ramah. Shin Minkyung dan Aeri Uchinaga bahkan tidak lagi berani menggoda Kim Haera. Wanita itu akan bereaksi berlebihan kala ketenangannya diusik.

"Haera, jadi bagaimana dengan rencana kita?"

Lama mereka saling diam karena terlalu fokus menikmati makan siang. Aeri Uchinaga berucap seraya menatap Kim Haera penuh harap. Mereka memang sudah berbaikan sehari setelah bertengkar. Kim Haera yang mendatangi temannya lebih dulu. Wanita itu sadar kalau Aeri Uchinaga tidak pantas diperlakukan sedemikian tidak adilnya. Ia dicampakkan oleh Lee Mark, dan hal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan Aeri Uchinaga.

"Rencana apa?" Sahutnya.

"Kau tidak ingat? Kita berencana berkunjung ke Bali, kan?"

Begitukah? Kim Haera berpikir sejenak. Seingatnya, ia tidak pernah menyetujui usulan Aeri tempo hari, atau mungkin belum. Lalu dari mana wanita Jepang itu mengambil kesimpulan kalau mereka benar-benar berencana liburan bersama?

"Apa sebelumnya aku sudah setuju untuk pergi?" Kim Haera berucap skeptis.

Aeri Uchinaga terlihat bingung dengan jawaban Kim Haera. Sepertinya mereka menarik kesimpulan yang sama sekali berbeda. Kim Haera tidak memberi penolakan apa pun hari itu, jadi bukankah artinya ia setuju?

"Kau hanya diam saat kita membicarakannya. Kupikir kau memang setuju."

Bukan salah Kim Haera kalau temannya menarik kesimpulan seperti itu. Seharusnya Aeri menanyainya lebih dulu, bukan? Kim Haera mengedik acuh setelahnya. Ia tidak mau ambil pusing meski wanita Jepang disampingnya sudah menampilkan raut wajah kecewa.

"Heol."

Ketika situasi kembali hening, Shin Minkyung tiba-tiba bersuara dan kontan mengambil alih atensi 2 wanita lainnya. Atlet angkat besi itu tampak sangat terkejut. Matanya melotot nyalang kala mendapati sebuah artikel yang baru saja di rilis beberapa menit yang lalu. Mulutnya sampai berkomat-kamit membaca kata-perkata yang memenuhi layar ponsel pintarnya.

"Haera-ah... aku pikir, kau benar-benar memiliki hubungan spesial dengan Lee Mark."

Detik itu juga Kim Haera kehilangan nafsu makannya. Kenapa pula Shin Minkyung harus menyebut nama bajingan itu? Sial. Namun demikian, Kim Haera tetap menoleh pada temannya. Wanita itu sedang menebak-nebak kemana arah pembicaraan Shin Minkyung saat ini. Ia harap tidak seburuk yang ia bayangkan.

"Apa maksudmu?" Tanyanya kemudian.

"Kau belum melihat berita hari ini? Padahal sosial media sedang heboh karena kabar kencan Lee Mark dan aktris Kim Yerim. Dispatch merilis foto-foto mereka tadi pagi."

Seperti terjun bebas dari ketinggian 3000 kaki, Kim Haera seakan kehilangan tempat untuk sekedar menapak. Wanita itu tiba-tiba tercekat hingga tak mampu lagi berkata-kata. Apa ini nyata? Jika iya, bisakah ia menghilang saja?

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang