Epilog

1.8K 156 24
                                    

2 years later.

Vancouver, Canada.

Sore hari di musim semi. Semilir angin berlomba-lomba masuk melewati celah-celah ventilasi. Pun, puluhan jendela kaca yang terbuka mengibarkan lembar-lembar kain hingga meloloskan sinar matahari. Rumah mewah bergaya Skandinavia klasik tersebut tampak sunyi bak tidak berpenghuni. Halaman luas yang dikelilingi selusin pohon pinus serta pagar besi setinggi 3 meter, menegaskan fakta bahwa pemiliknya menjunjung tinggi nilai privasi.

Terhitung 1 tahun sejak rumah itu di huni oleh keluarga baru. Meskipun sedemikian singkatnya, kenangan yang tercipta tak kalah hebat dengan rumah yang ditinggali berpuluh-puluh tahun lamanya. Setidaknya itulah yang dirasakan Lee Mark selama ini. Pria itu tidak akan pernah menyesali keputusannya untuk menepi dari peradaban. Ia tidak perlu repot memikirkan berbagai pemberitaan yang berseliweran. Mereka bahagia. Lantas apanya yang perlu ditakutan?

2 tahun berlalu sejak Kim Haera mengalami peristiwa tragis yang hampir merenggut nyawanya. Pendarahan hebat yang menyebabkan sang wanita terbaring tidak berdaya di ranjang pesakitan. Sejak peristiwa itu pula, semuanya tidak lagi sama. Sosial media tiba-tiba ramai membicarakan kemunculan Kim Haera. Wanita itu sudah lama menghilang, maka tak heran jika publik dibuat tercengang kala kondisi kesehatannya menguak ke permukaan.

Lee Mark tidak tahu siapa bajingan yang sudah membocorkan informasi tentang Haera-nya. Semuanya terjadi sangat cepat tanpa bisa dicegah. Kim Haera kritis, berbagai macam pemberitaan mulai tersebar luas di luar sana. Bahkan putri kecil mereka juga ikut terseret setelahnya.

Demikian alasan mengapa Lee Mark memutuskan pindah secepatnya. Ketika Kim Haera masih berjuang melewati masa kritisnya, Lee Mark sibuk bolak-balik kantor Imigrasi mengurus segala tetek bengek dokumen yang mereka butuhkan. Maka ketika Kim Haera dinyatakan sadar 5 hari kemudian, ia segera memboyong keluarga kecilnya terbang menyeberangi Samudra. Tidak ada bantahan. Kim Haera benar-benar sudah memasrahkan hidupnya pada sosok Lee Mark.

"Oppa. Kenapa lama sekali?"

Aktivitas kecil Lee Mark dihentikan oleh suara mendayu Kim Haera. Omong-omong, mereka sudah resmi menikah sejak 3 bulan yang lalu. Hanya pemberkatan sederhana yang dilangsungkan ditepi danau Moraine. Lee Mark ingat betul bagaimana harunya hari itu. Ia tidak berhenti menangis kala mengucap janji suci di hadapan pendeta, hingga menjadi tontonan gratis orang-orang di sana.

"Kemarilah, Oppa butuh bantuanmu."

Kim Haera berdecak kesal menanggapi perkataan sang pria. Namun demikian, ia tetap membawa langkahnya mendekati sosok tampan yang sedang asik mematut diri di depan cermin sembari memperbaiki bentuk dasinya yang sedikit kacau.

"Kenapa tidak bilang dari tadi? Kita hampir terlambat, tahu?"

"Tenanglah, kita bisa melarikan diri ke kamar hotel kalau Eomma dan Appa tidak mau membukakan pintu. Mereka akan menjaga Sunny sepanjang malam, sementara kita bisa bersenang-senang."

Penuturan panjang sang pria disambut cubitan keras di perut berototnya. Berapa banyak lebam yang ia butuhkan agar berhenti menggoda Kim Haera? Entahlah, sepertinya Lee Mark tidak pernah mempermasalahkan perbuatan sadis istrinya. Bagi Lee Mark, menggoda Kim Haera sudah menjadi rutinitas harian yang tidak boleh ia lewatkan. Lagi pula ia sangat menyukai respon malu-malu wanita itu. Akhir-akhir ini Kim Haera memang lebih mudah tersipu, pipi tirusnya kontan menguarkan semburat merah kala mendengar rayuan suaminya.

"Sudah selesai. Aku tunggu di luar."

Lihat. Kim Haera bahkan memilih kabur dari tatapan nakal Lee Mark. Namun bukan Lee Mark namanya kalau ia melepaskan wanitanya begitu saja. Lee Mark segera menahan tubuh Kim Haera lalu melingkarkan lengan kekarnya di sekitar pinggang ramping wanita itu.

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang