MH 009

959 144 5
                                    

"Kerja bagus!"

Kim Haera terkekeh senang dalam pelukan Park Sooyoung. Sang pelatih memberinya pelukan erat sebagai apresiasi kecil karena sudah berhasil melaju ke babak eliminasi. Hebatnya lagi, ia berada di urutan ke 3 klasemen sementara pemanah tunggal putri. Tentu saja hal itu sangat membanggakan bagi Kim Haera, bagaimana pun ia masih pendatang baru.

"Terima kasih, Eonni. Tapi aku seharusnya mendapat ranking pertama."

Manusia tidak akan pernah merasa puas. Wanita yang lebih tua tersenyum maklum mendengar ucapan anak didiknya. Well, tidak ada yang bisa menghentikan Kim Haera dan ambisinya.

"Tentu saja. Kau akan berada di urutan pertama setelah selesai babak aduan."

Ia hanya tidak ingin semakin menghancurkan mood Kim Haera. Wanita yang lebih muda 5 tahun darinya itu tidak memiliki siapa pun yang selalu mendukungnya sepenuh hati, benar? Lagi pula, ia yakin Kim Haera akan naik ranking.

Omong-omong, Kim Haera hanya bermain sebagai pemain tunggal. Bukannya ia tidak ingin berada dalam tim, hanya saja, para pemanah lainnya tidak ada yang tahan dengan sifat wanita itu. Kim Haera selalu memaki rekannya saat poin yang mereka dapat di bawah angka 8. Gila bukan? Begitulah Kim Haera, ambisius dan kejam. Bahkan ia juga tidak termasuk dalam tim campuran dengan alasan yang sama. Tidak mengherankan mengapa Kim Haera hanya berteman dengan Shin Minkyung saat awal-awal kedatangannya di Jakarta.

"Eonni tahu atlet China itu?" Tanya Kim Haera tiba-tiba.

"Yang mana? Ning Yizhou? Shen Xiaoting?"

"Bukan. Yang urutan 1."

"Oh, Song Yuqi. Ada apa?"

Tidak biasanya Kim Haera peduli pada lawan. Apa ia sedang insecure? Namun Park Sooyoung yakin bahwa Kim Haera tidak akan sepenasaran itu hanya karena insecurity. Ia mulai was-was.

"Tidak. Aku hanya ingin tahu namanya." Sahut Kim Haera.

Bohong. Ia jelas sedang merencanakan sesuatu dalam otaknya. Kim Haera tidak lupa bagaimana Song Yuqi sengaja memprovokasi dirinya selama pertandingan berlangsung. Walaupun tidak berpengaruh terhadap performanya, namun tetap saja Kim Haera merasa kesal karena sudah diremehkan. Mentang-mentang ia pendatang baru, bukan berarti ia harus mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari seorang senior.

"Jangan lakukan apa pun, Haera-ah."

Seperti seseorang yang bisa membaca pikiran orang lain, Park Sooyoung berucap santai seraya mengunyah cemilan yang ia dapatkan dari panitia acara. Kim Haera sontak berhenti melangkah lalu memandang sengit pelatihnya itu.

"Ada apa?" Tanya wanita yang lebih tua.

"Jujur saja. Eonni cenayang, kan?"

Pertanyaan polos itu menghasilkan semburan tawa dari mulut Park Sooyoung. Mereka kontan menarik perhatian orang-orang di sekitar. Ada-ada saja. Kim Haera memang cerdas, namun ia juga memiliki sisi naif yang bisa membuat geleng-geleng kepala.

"Sudahlah. Jangan bicara yang aneh-aneh, kita harus bersiap sebelum makan malam. Aku tahu kau pasti sudah lapar."

Kim Haera mendengus sebal. Ia tidak suka diejek sedemikian rupa. Jika Park Sooyong bukan pelatihnya, ia akan menghujam wanita itu dengan kata-kata kasar yang biasa ia lontarkan. Lihat saja, setelah turnamen berakhir, Park Sooyoung akan mendapat pelajaran berharga dari si mulut berbisa Kim Haera.

"Haera-ah!!" Keduanya baru saja melewati pintu unit dan langsung disambut oleh suara menggelegar Shin Minkyung. Ayolah, Kim Haera sangat lelah. Tidak bisakah ia tenang sebentar saja?

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang