MH 025

1.2K 132 9
                                    

"Jangan melihatku seperti itu. Aku akan baik-baik saja. Oppa tidak perlu khawatir."

"Bagaimana mungkin aku tidak khawatir, sayang..."

Wajah berlipat Lee Mark menggambarkan perasaannya yang sedang kalut. Ia benar-benar tidak ingin meninggalkan Kim Haera bersama Lee Sunny di apartemen. Semalam ia mendapat panggilan telepon dari pelatih Jung dan memintanya untuk datang ke markas. Lee Mark tidak bisa menolak karena Jung Yunho mengancam akan menggagalkan rencananya. Keputusan Lee Mark untuk pensiun masih dalam tahap perundingan. Ia tidak bisa melepaskan diri begitu saja. Jung Yunho benar-benar mempersulit keadaan. Pria tua itu ingin bicara empat mata, meskipun Lee Mark sudah mengirim seorang pengacara untuk menyelesaikan segalanya.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk mengalah. Jika dipikir-pikir lagi, rasanya sangat tidak sopan kalau ia tidak mau bertatap muka dengan para petinggi klub. Bagaimana pun, orang-orang itu sudah sangat berjasa dalam karirnya. Setidaknya Lee Mark memberikan kesan yang baik sebelum berpisah. Namun tetap saja ia sangat berat meninggalkan Kim Haera bersama putrinya.

"Aku sudah tidak memikirkan mati lagi. Sungguh." Ujar Kim Haera seadanya.

"Jangan bicara apa pun tentang kematian. Kau hanya semakin membuatku khawatir."

Dengan susah payah Kim Haera memindahkan tubuhnya ke pangkuan Lee Mark. Ia melingkarkan kedua lengan kurusnya di sekitar pundak pria itu. Lee Mark tidak berucap apa pun. Pikirannya sedang kacau membayangkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi, kala ia tidak berada di sisi sang kekasih.

Di saat-saat seperti ini, Lee Mark sangat berharap memiliki seseorang yang bisa ia andalkan. Namun Lee Mark masih sadar diri bahwa ia hanyalah anak tunggal yang hidup jauh dari keluarganya.  Lee Jeno juga tidak bisa diharapkan. Pria sipit itu terlalu sibuk mengikuti serangkaian jadwal latihan.

"Aku serius. Oppa tidak perlu khawatir berlebihan seperti ini. Aku juga tidak benar-benar sendirian, ada Sunny, ingat? Putri kita akan menjaga Eommanya dengan baik."

"Sayang, Sunny masih sangat kecil. Dia tidak bisa diandalkan." Lee Mark berucap lirih di telinga Kim Haera. Pria itu tidak berniat menutupi ketakutannya. Memangnya siapa yang bisa ia bohongi dengan kata-kata penuh kepalsuan?

"Jangan remehkan putriku. Tenaganya mungkin tidak seberapa, tapi dia jauh lebih cerdas dari Lee Jeno."

Lee Jeno pasti sangat kesal kalau ia mendengar langsung kata-kata Kim Haera. Bisa-bisanya pria sipit itu dikatai sedemikian kejamnya. Kalah cerdas dari Lee Sunny? Sialan Kim Haera.

"Cerdas saja tidak cukup menghentikan aksi nekatmu."

Mau sebesar apa pun usaha Kim Haera menenangkan Lee Mark, ia tetap tidak bisa mematahkan ketakutan pria itu. Lee Mark tidak mungkin mempercayai putrinya untuk menjaga Kim Haera. Ia tidak pernah lupa saat Kim Haera memukul kepalanya sendiri dengan botol parfum. Bahkan beberapa kali Lee Mark memergoki Kim Haera menenggelamkan tubuhnya di dalam air.

Jarak tempuh apartemen dengan markas membutuhkan waktu sekitar 15 menit berkendara. 15 menit adalah waktu yang panjang. Dalam rentang waktu itu seseorang bisa saja kehilangan nyawanya, benar? Demi Tuhan, Lee Mark tidak ingin membayangkan hal buruk terjadi pada Haera-nya.

"Aku akan meminta Sunny untuk menghubungimu, jika seandainya aku akan hilang kendali. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja. Aku janji."

"Ya Tuhan." Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan perasaan Lee Mark saat ini. Ia bahkan tidak lagi membalas perkataan Kim Haera. Lee Mark mencoba menenangkan pikirannya dengan menghirup aroma apel yang melekat di tubuh sang wanita.

"Jangan terlalu dipikirkan. Memangnya berapa lama Oppa berada di sana?"

"Aku tidak tahu, mungkin 2 atau 3 jam? Entahlah." Sahut Lee Mark.

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang