MH 004

1.2K 168 7
                                    

Awan pekat menyelimuti langit Jakarta di atas sana. Meski demikian, cuaca buruk itu tidak cukup mampu menghalangi para atlet untuk beraktivitas seperti biasanya. Terik matahari mau pun guyuran hujan bukanlah alasan agar bisa bermalas-malasan. Mengasah kemampuan dengan mengikuti serangkaian latihan adalah sebuah keharusan. Para pemburu medali seakan dikejar waktu. Semakin dekat pembukaan turnamen, semakin besar pula keinginan mereka untuk berdiri angkuh di atas podium.

"Release!"

Sorakan heboh mengiringi anak panah yang terlepas dan bertengger mantap di papan target. Kim Haera tersenyum manis saat mendapatkan hasil sempurna untuk kesekian kalinya.

"Bagus, Kim Haera. Lakukan sekali lagi. Setelah ini kita akan makan siang bersama!!"

Pekikan nyaring sang pelatih menyadarkan Kim Haera dari euphorianya. Ia terlalu terlena mendapat skor sempurna hingga mengabaikan situasi di sekitarnya. Park Sooyoung benar, Kim Haera harus segera menghentikan kegilaan ini. Bagaimana pun, ia masih membutuhkan asupan makanan untuk mengisi ulang tenaganya.

Mengikuti arahan Park soooyoung, Kim Haera kembali memusatkan fokusnya pada papan target. Ia memperbaiki posisi berdirinya agar lebih tegak, kemudian bersiap-siap melakukan gripping, gerakan menggenggam handle riser. Setelah selesai memasang ekor anak panah dan mengaitkan jarinya di string, ia mengangkat busur sejajar dengan papan target, poin satu ini harus sesuai dengan postur tubuh masing-masing.

Meskipun Kim Haera tampak kelelahan, namun ia masih cukup bertenaga saat melakukan drawing. Bahkan ia tidak lagi mendengar keriuhan di sekitar karena sudah larut dalam fokusnya. Wanita itu terlihat menjangkar jari di wajahnya sebelum membidik sasaran di depan sana. Mata bulatnya kontan menajam seperti seekor elang yang sedang memantau pergerakan mangsanya. Beberapa saat Kim Haera hanya terpaku pada papan target. Detik-detik sebelum melepas anak panah adalah moment yang paling mendebarkan bagi Kim Haera. Berapa kali pun ia melewati moment ini, tidak bisa dipungkiri bahwa perasaannya masih tetap gugup.

Beberapa detik berlalu Kim Haera pun berhasil meyakinkan diri. Ia segera melepas string dari genggamannya, dan dalam sepersekian detik kemudian anak panah menancap tepat di atas sasaran. Lagi dan lagi, skor sempurna untuk Kim Haera.

"Kau selalu ragu saat akan melakukan release." Seorang pria menginterupsi perayaan kecil Kim Haera. Ia adalah Choi Soobin, rekan Kim Haera. Keduanya memang akrab karena tergabung di club memanah yang sama.

"Kau tahu aku, Oppa. Anak panahku tidak akan meninggalkan busur jika aku belum yakin sepenuhnya. Aku benci kalah." Beber Kim Haera.

"Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Haera-ah. Bagaimana kalau keberuntunganmu berakhir hari ini?"

Pernyataan Choi Soobin sontak menghentikan langkah kaki Kim Haera. Ia berbalik menghadap Choi Soobin lantas melempar seringaian angkuh seperti biasanya.

"Aku tidak sampai ke tempat ini karna keberuntungan, seharusnya Oppa tahu itu." Balasnya.

"Ah, apa aku sudah salah bicara? Sepertinya kau tersinggung."

"Aku? Kenapa aku harus tersinggung pada omong kosongmu itu? Tidak penting sekali."

Riak kekesalan begitu kentara di wajah cantik Kim Haera. Ia jelas tidak suka mendengar ucapan Choi Soobin. Bersikap kurang ajar terkadang masih diperlukan, terlebih pada mereka yang gemar menganggap remeh pencapaian orang lain. Choi Soobin ini, apa harus dijadikan papan target dulu agar pria itu tahu betapa hebatnya Kim Haera saat membidik sasarannya?

Choi Soobin tiba-tiba dilanda kegugupan. Ia menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Wajah gelap Kim Haera berhasil menohok hatinya. Sial. Seharusnya ia sudah tahu sifat sombong Kim Haera. Wanita itu sangat benci ketika merasa diremehkan. Ya Tuhan, seringaian Kim Haera bahkan membuat bulu kuduknya berdiri.

Archilles' Heel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang