Maaf kelamaan up mwhehe. Kalo udah lupa, baca dari awal aja. Kebetulan masih dikit kok part-nya 🙏
.
.
.
.
.Ketiga gadis itu berhenti bersamaan dengan Feby yang menepikan sepedanya di dekat mereka berdiri. "Kamu kenal dia, Lys?"
Gadis bernama Eirlys itu menggeleng. "Aku bahkan gak pernah liat dia."
"Maaf, siapa, ya?" Sang sahabat maju selangkah mendekati Feby.
"Hi, aku Feby!" Gadis itu mengangkat tangannya sembari tersenyum lebar.
Mau tak mau, sang lawan bicara pun balas menjabat tangan Feby, "Aku Claudine. Tadi ada apa manggil Eirlys? Dia gak tau kamu tuh."
Sebetulnya Feby masih sedikit jengkel dengan gadis ini karena tadi menertawakannya paling kencang saat jatuh dari sepeda. Tapi, mengetahui ia ternyata dekat dengan Eirlys--gadis yang beberapa hari terakhir ini ia cari--sepertinya Feby harus sedikit menahan diri untuk tidak marah-marah. Lagipula, marah bukanlah kebiasaannya. "Ini..." Ia merogoh ranselnya dan mengambil sesuatu dari dalam sana. "Aku mau ngembaliin ini."
"Bonny!!!" Mata Eirlys membulat saat melihat barang kesayangannya yang selama ini hilang, sekarang ada di depan matanya.
"Punya kamu, kan?" Tanya Feby memastikan.
Eirlys mengangguk semangat. "Boleh kembaliin?"
"Iyaa, nih." Gantungan kunci itu pun, ia kembalikan pada pemiliknya.
"Eh, kok barang Eirlys ada di kamu, sih? Ngambil diem-diem, ya??" Claudine menatapnya.
"Enak aja! Aku gak nyuri! Itu aku temuin pas aku sama Eirlys ada di tempat jualan buku bekas. Waktu Eirlys pulang, gantungan itu jatoh, terus aku gak sempet balikin karena Eirlys udah gak ada."
"Ya ampun, ilang di sana rupanya... Makasih ya, Feee??"
"Feby." Tambah gadis itu saat Eirlys hendak mengucapkan namanya, namun terlihat lupa.
"Iyaa, Feby! Makasih, ya! Aku kira, Bonny bakal ilang terus."
"Namanya Bonny?"
"He'em!" Gadis itu nampak masih sangat bahagia akan kembalinya gantungan kunci itu.
Feby tersenyum, "Kayaknya buletan besi di kepala Bonny kamu itu udah longgar, makanya gampang lepas dari resleting tas kamu."
"Iya ya... Bonny emang udah lama banget aku pake, dan gak pernah aku lepas dari resleting tas aku. Nanti aku ganti deh buletan gantungannya. Sekali lagi, makasih ya, Feby!"
"Sama-samaaa!"
"Jadi kamu beneran gak ambil diem-diem gantungan kunci Eirlys?" Claudine memastikan.
"Dibilangin enggak! Ih kamu ya, gak baik loh fitnah..."
"Gak fitnah! Mastiin aja! Kita harus hati-hati sama orang mencurigakan."
"Clau, ih!" Odelia yg sedari tadi diam, akhirnya menegur Claudine yang memang tampak kurang baik saat bicara dengan Feby. "Maaf ya, dia emang orangnya agak sensian."
"Parah ah, jahat! Tadi juga ngetawain aku pas jatoh. Huuu....."
"Makanya, bawa sepeda tuh yang bener!"
"Claudine..." Saat Eirlys yang menegur, Claudine pun akhirnya diam.
"Umm kalo gitu, aku pulang duluan, ya!" Feby menaiki sepedanya, lalu melambaikan tangan.
Mereka bertiga mengangguk sembari balas lambaian tangan itu. Tentunya dengan Eirlys yg membalas paling bersemangat. Senyuman lebar masih terpatri di sana lantaran benda kecilnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending My End
Teen Fiction(Completed) Mereka menyebutnya gadis yang cantik, baik, sopan dan penyayang. Mungkin memang benar. Tapi, ada satu fakta yang tidak mereka ketahui. Entah dengan atau tanpa alasan, diam-diam dirinya sering melakukan hal yang membuat seseorang kehilang...